A.
Konsep
Dasar Medik
1.
Sectio
caesarea
a.
Pengertian
sectio caesarea
Sectio
caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan abdomen dan
dinding uterus (Taufan Nugroho, 2011).
Seksio
sesarea adalah suatu persalainan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari,
2012).
Istilah
sectio caesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong.
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perutatau vagina (Siti Nunung Nurjana dkk,
2013).
Sectio
caesarea atau kelahiran caesarea adalah melahirkan janin melaui irisan pada
dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini
tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau
kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 2013).
Seksio
sesarea adalah ibu yang melahirkan janin dengan cara proses pembedahan dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus dalam waktu sekitar kurang lebih enam
minggu organ-organ reproduksi akan kembali pada keadaan tidak hamil (Suryani
Hartati & Anik Maryunani, 2015).
Anatomi
integumen dalam hubungannya dengan tindakan
Sectio Caesarea
1) Kulit
Kulit
adalah organ pelindung yang menutupi seluruh permukaan tubuh. Kulit merupakan
lapisan sangat tipis dan tebalnya hanya beberapa milimeter. Organ ini terdiri
atas 3 lapisan.

Gambar. 1
: Struktur kulit
a) Lapisan
Epidermis
Epidermis,
lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel yang
menyusunnya secara berkesinambungan di bentuk oleh lapisan germinal dalam
epitel silindris dan mendatar ketika di dorong oleh sel-sel baru kearah
permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari
keratin, protein bertanduk, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan
sel-selnya sangat rapat.
b)
Lapisan Dermis
Dermis
adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan elastin. Lapisan
superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papila kecil. Lapisan
yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf
c)
Lapisan subkutan
Lapisan
ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan ujung
syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang
terdapat di bawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan sectio caesarea,
lapisan ini adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.
Organ-organ yang ada di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
peritonium. Dalam tindakan sectio caesarea, sayatan dilakukan dari kulit
lapisan terluar (epidermis) sampai
dinding uterus.
2) Fasia

Gambar. 2 : Bagian
fasia
Di bawah kulit fasia
superfisiais di bagi menjadi lapisan lemak yang dangkal, Camper’s fasia, dan
yang lebih dalam lapisan fibrosa, Fasia porfunda terletak pada otot-otot perut.
Menyatu dengan fasia porfunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa’s
fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut.
Di bawah lapisan terdapat otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia
transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis
oleh variabel lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat
bersama-sama meliputi struktur tubuh.
3) Otot
perut
a)
Otot dinding perut anterior
dan lateral
Rectur abdominis meluas
dari bagian depan margo costalis di
atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu di silang oleh beberapa pita fibrosa
dan berada di dalam selubang. Linea alba
adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis
pubis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliques externus, obliquis internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada
bagian samping dan depan. Serat externus berjalan kearah bawah dan atas, serat obliques internus berjalan keatas dan
kedepan, serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut)
berjalan transversal di bagian depan ketiga otot berakhir dalam satu selubung
bersama yang menutupi rectus abdominis.
b)
Otot dinding perut posterior
Quadrates lumbolus adalah
otot pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas
ke crista iliaca.
Adapun
teknik sectio caesarea meliputi :






1) Insisi
abdominal
Pada
dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal dan insisi
abdominal bawah transversa
a) Insisi
garis tengah subumbilikal
Insisi
ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan perdarahan minimal. Berguna jika akses
ke segmen bawah sulit, contohnya jika ada kifosklerosis berat atau fibroid
segmen bawah anterior. Walaupun, bekas luka tidak terlihat, terdapat banyak
ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung muncul
dibandingkan dengan insisi transversa.
b)
Insisi transversa
Insisi
transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik memuaskan, lebih
sedikit menimbulkan luka jahitan dan lebih sedikit ketidaknyamanan,
memungkinkan mobilitas pascaoperasi yang lebih baik. Insisi secara teknis lebih
sulit khususnya pada operasi berulang. Insisi ini lebih vaskular dan memberikan
akses yang lebih sedikit.
2) Insisi
uterus
Jalan
masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi segeman
transversa.
a)
Seksio Sesarea segmen bawah
Ini
adalah pendekatan yang digunakan insisi transversa ditempatkan di segmen bawah
uterus gravid dibelakang peritoneum utero-vesikel.
Keuntungannya meliputi :
(1) Lokasi
tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga kehilangan darah yang
ditimbulkan hanya sedikit
(2) Mencegah
penyebaran infeksi kerongga abdomen
(3) Merupakan
bagian uterus yang sedikit berkontraksi sehingga hanya sedikit kemungkinan
terjadinya ruptur pada bekas luka di kehamilan berikutnya
(4) Penyembuhan
lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit seperti pelekatan
(5) Implantasi
plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung terjadi pada kehamilan
beriktnya.
Kerugiannya meliputi :
(1) Akses
mungkin terbatas
(2) Lokasi
uterus yang berdekatan dengan kandung kemih meningkatkan risiko kerusakan
khususnya pada prosedur pengulangan
(3) Perluasan
ke sudut lateral atau dibelakang kandung kemih dapat meningkatkan kehilangan
darah.
b)
Sekssio sesarea klasik
Insisi
ini ditempatkan secara vertikal di garis tengah uterus. Indikasi
penggunaannyameliputi :
(1) Gestasi
dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
(2) Jika
akses ke segmen bawah terlarang oleh pelekatan fibroid uterus
(3) Jika
janin terimpaksi pada posisi transversa
(4) Pada
keadaan segmen bawah vaskular karena plasenta previa anterior
(5) Jika
ada karsinoma serviks
(6) Jika
kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.
Kerugiannya
meliputi :
(1) Homestasis
lebih sulit dengan insisi vaskular yang tebal
(2) Pelekatan
ke organ sekitarnya lebih mungkin
(3) Plasenta
anterior dapat ditemukan selama pemasukan
(4) Penyembuhan
terhambat karena involusi miomtreial
(5) Terdapat
lebih besar risiko ruptur uterus pada kehamilan beriktnya.
3) Insisi
Kroning-Gellhom-Beck
Insisi
ini adalah garis tengah pada segmen bawah, yang digunakan pada pelahiran
prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan
terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan untuk memberi
lebih banyak akses. Insisi ini menyebabkan lebih sedikit komplikasi seksio
sesaria klasik. Insisi ini tidak menutup kemungkinan pelahiran pervginam.
Keadaan
lain :
Insisi
T terbaik atau insisi J suatu saat diperlukan jika ditemukan akses tidak
adekuat tanpa memperhatikan insisi segmen bawah. Insisi tersebut lebih baik
dihindari. Seperti halnya pada seksio sesarea klasik, kehamilan selanjutnya
akan memerlukan seksio sesarea efektif.
b.
Indikasi
1) Indikasi
yang berasal dari ibu
a) Proses
persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan (dystosia)
b) Detak
jantung janin melambat
c) Komplikasi
pre-eklamsiIbu menderita herpes
d) Putusnya
tali pusat
e) Risiko
luka parah pada rahim
f) Bayi
dalam Posisi sungsang, letak lintang
g) Bayi
besar
h) Masalah
plasenta seperti plasenta previa
i) Pernah
mengalami masalah pada penyembuhan perineum, distosia, seksio sesarea berulang
j) Presentasi
bokong hipertensi akibat kehamilan
2)
Indikasi yang berasal dari
janin
a)
Gawat janin
b)
Prolapsus funikuli (tali pusat
penumpang)
c)
Primigravida tua
d)
Kehamilan dengan diabetes melitus
e)
Infeksi intrapartum
f)
Kehamilan kembar
g)
Kehamilan dengan kelainan
congenital
h)
Anomali janin misalnya hidrosefalus
c.
Patofisiologi
Terjadi
kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak
memungkinkan akhirnya harus dilakukan seksio sesarea.
d.
Tujuan
kelahiran dengan sectio caesarea
Beberapa
tujuan kelahiran dengan seksio sesarea diantaranya diuraikan di bawah ini :
1) Menurut
Cunningham (2005) di kutip dari Suryani & Anik, (2015) menyatakan bahwa
tujuan dari kelahiran seksio sesarea adalah memelihara kehidupan atau kesehatan
ibu dan janinnya. Selain itu tindakan seksio sesarea dilaksanakan dalam keadaan
dimana penundaan kelahiran akan memperburuk keadaan janin, ibu atau keduanya,
sedangkan kelahiran pervaginam tidak mungkin dilakukan dengan aman
2) Sedangkan
Iswandi (2011) menyebutkan bahwapada operasi seksio sesarea dapat dilakukan secara terencana maupun segera,
dimana pada operasi seksio terencana (elektif) operasi telah direncanakan
jauh-jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan mempertimbangkan keselamatan
ibu maupun janin.
e.
Jenis-jenis
sectio caesarea
1) Sectio
caesarea transperitonealis
a) Sectio
caesarea kalsik : insisidibuat di korpus uteri
b) Sectio
caesarea profundal : insisi melintang konkaf pada segmen bawah rahim
2) Sectio
caesarea vaginalis
Menurut sayatan pada rahim, SC
dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Sayatan
memanjang (longitudinal)
b) Sayatan
melintang (tranversal)
c) Sayatan
huruf T (T-incision)
f.
Keuntungan
dan kerugian sectio caesarea
Keuntungannya
:
1) Dapat
menghindari kehamilan postterm karena SC biasanya direncanakan pada usia
kehamilan 39 - 40 minggu
2) Dibandingkan
dengan pervaginal, risiko perdarahan postpartum akibat atonia uteri (kontraksi
rahimtidak normal setelah persalinan) lebih rendah
3) Dibandingkan
dengan SC emergency, risiko komplikasi lebih rendah, misalnya injury terhadap
organ dalam, laserasi bayi dan masalah terkait anestesi
4) Mengurangi
risiko STD (Sexual Transmitted Diseasease) atau infeksi lain
(Herpes,HIV,Hepatitis dan HPV)
5) Risiko
trauma persalinan seperti pembengkakan atau memar lebih kecil
6) Risiko
lebih rendah terhadap injury dasar pelvis, inkontinensia urin (ketidakmampuan
untuk menahan kencing).
Kerugiannya :
1) Risiko
pada ibu yang lebih tinggi terhadap : serangan jantung, hematom pada luka
insisi sectio caesarea, infeksi endometritis puerperal
2) Risiko
cedera usus atau kandung kencing saat operasi
3) Risiko
kehilangan darah lebih besar, sekitar 2/3 wanita memerlukan transfusi darah
4) Fungsi
usus yang menurun setelah proses seksio sesarea
5) Risiko
placenta previa dan placenta accreta
yang lebih besar pada kehamilan selanjutnya
6) Risiko
lebih tinggi terjadinya ruptur uteri (robeknya dinding rahim pada tempat insisi
SC)
g.
Komplikasi
1) Infeksi
puerperal (nifas)
a) Ringan,
dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b) Sedang,
dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung
c) Berat,
dengan peritonitis, sepsisdan ileus paralitik. Infeksi berat sering kita jumpai
pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi nifas, telah terjadi infeksi intrapartum
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya
adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang adekuat dan
tepat.
2) Peradarahan
a) Banyak
pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia
uteri
c) Perdarahan
pada placental bed
3) Luka
kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi
Kemungkinan ruptur uteri
spontan pada kehamilan mendatang.
2.
Masa
nifas
a. Pengertian masa nifas
Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. Jika
secara fisiologis sudah terjadi perubahan pada bentuk semula (sebelum hamil), tetapi secara psikologis
masih terganggu maka dikatakan masa nifas tersebut belum berjalan dengan normal
atau sempurna. Masa nifas (postpartum / puerperium) berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan.
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak
1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Sarwono Prawirohardjo 2010. Hal : 356)
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, 2010).
Masa nifas yaitu setelah kelahiran bayi dan
pengeluaran plasenta, ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi
fisik dan psikologisnya (Icesmi & Margareth 2013)
b.
Anatomi
fisiologi sistem reproduksi
1)
Alat
genitalia eksterna
a) Mons
veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada
perempuan setelah pubertas ditutupi oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumya
batas atas rambut melintang sampai pinggir simfisis, sedangkan ke bawh sampai ke
sekitar anus dan paha.
b) Labia
mayora (bibir-bibir besar) : terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong
mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
mons veneris. Ke bawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk
kommisura posterior.
c) Labia
minora (bibir-bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk
preputium klitoridis dan yang dibawah klitoris membentuk frenulum klitoridis
d) Klitoris
: kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri
atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat
mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif.
e) Vestibulum
: berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi di
depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh
perineum (fourchette). Embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis. Kurang
lebih 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang
kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena
tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina.
f) Bulbus
vestibuli sinistra et dekstra merupakan
pengumpulan vena terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat ramus ossis
pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus
vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus
iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.
g) Introitus
vagina : mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada seorang virgo
selalu dilindungi oleh selaput darah (himen).
h) Himen
: ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dari yang semilunar (bulan sabit) sampai
yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum). Konsistensinya pun
berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang
selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah di lalui oleh
dua jari. Umumnya himen robek pada koitus dan robekan ini terjadi pada tempat
jam 5 atau jam 7 dan robekan sampai mencapai dasar selaput darah itu.
i) Perineum
: terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.
2)
Alat
genitalia interna
a) Vagina
(liang kemaluan/liang sanggama)
Vagina
merupakan penghubung antara genitalia eksterna dengan genitalia interna. Vagina
berukuran didepan 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm. Sumbunya berjalan kira-kira
sejajar dengan arah tepi bawah simfisis ke promontrium. Vagina merupakan
saluran yang terletak di bawah uterus sebagai tempat bagi penis pada saat
kopulasi dan sebagai jalan bayi pada proses persalinan
b) Uterus
(rahim)
Uterus
berfungsi sebagai tempat berkembangnya embrio, dinding uterus tebal, panjang
sekitar 7,5 cm, dan lebar sekitar 5 cm. Selama kehamilan uterus mampu
mengembang sampai 500 kali
c) Saluran
telur (tuba falopi)
Saluran
telur berfungsi untuk menyalurkan ovum ke arah rahim dengan gerakan peristaltik
dan dibantu oleh gerakan silia yang terdapat di dindingnya. Panjang saluran ini
sekitar 12 cm dan ujungnya berbentuk corong
d) Ovarium
(indung telur)
Perempuan
pada umumya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium menggantung
ovarium dibagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm,
lebar dan tebal kira-kira 1,5. Ovarium merupakan kelenjar kelamin perempuan
yang berfungsi untuk memproduksi ovum dan menyekresi hormon estrogen dan progesteron.
c.
Tujuan
masa nifas
1) Menjaga
kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikis
2) Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun bayi
3) Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat
4) Memberikan
pelayanan keluarga berencana (KB)
5) Untuk
mendapatkan kesehatan emosi
6) Memperlancarpembentukan
air susu ibu (ASI)
7) Mengajarkan
ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
d.
Tahapan
masa nifas
1) Puerperium
dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri berjalan-jalan (waktu 0-24 jam post partum). Dalam agam islam dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari
2) Puerperium
intermedial (early puerperium), suatu masa dimana pemulihan dari organ-organ
reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu
3) remote
puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika selama masa
kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa
bermingu-minggu, bulan bahkan tahun.
e.
Perubahan
fisiologi masa nifas
1)
Perubahan
sistem reproduksi
Walaupun
istilah involusi saat ini telah digunakan untuk menunjukan kemunduran yang
terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif, kadang lebih banyak mengarah
ke ukurannya (Varney’s Midwivery). Dalam masa nifas, alat-alat genetalia
interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut
involusi. Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seorang wanita sangat lah
menakjubkan. Uterus atau rahim yang berbobot 60 gram sebelum kehamilan secara
perlahan-lahan bertambah besarnya hingga 1 kg selama masa kehamilan dan setelah
persalinan akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Seorang bidan dapat membantu
ibu untuk memahami perubahan-perubahan ini seperti :
a) Involusi
uterus
Involusi
uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga
dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan
sebelum hamil.
b) Involusi
tempat plasenta
Setelah
persalinan, tempat palsenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata
dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhirnifas 1-2 cm.
c) Perubahan
ligamen
Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus,
setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.
d) Perubahan
pada serviks
Serviks
mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
serviks post partum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan
antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
e) Lochea
Lochea
adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang
ada pada vagina normal.
Ibu
pasca-melahirkan akan mengalami empat tahapan perubahan lochia dalam masa nifas
ini :
(1) Merah
tua (lochea rubra). Tahap pertama ini akan berlangsung selama tiga hari pertama
setelah melahirkan.
(2) Merah
dan berlendir kecoklatan (lochea sanguinolenta). Untuk tahapan kedua ini
biasanya berlangsung selama 4 -7 hari postpartum
(3) Kekuningan
lalu merah mudah pudar (lochea serosa). Cairan yang berwarna seperti ini mulai
keluar 1 - 2 minggu postpartum
(4) Kekuningan
lalu bening/putih (lochea alba). Cairan ini keluar selam sekitar 4 minggu,
yakni dari minggu kedua sampai minggu keenam. Bila cairan lochea sudah berwarna
bening, tandanya masa nifas berlangsung normal.
f) Perubahan
pada vulva, vagina dan perineum
Vulva
dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
g) Payudara
Laktasi
dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang
merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah.
2)
Perubahan
sistem pencernaan
a) nafsu
makan
Ibu
biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga diperbolehkan ia boleh
mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan
siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang
ringan
b) Motilitas
Secara
khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke adaan normal
c) Pengosongan
usus
Buang
air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot menurun selama proses persalinan dan pada awal
masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena
nyeriyang dirasakannya di perineum akibat episotomi, laserasi atau hemoroid.
Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus
kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih
kembali untuk merangsang pengosongan usus.
3)
Perubahan
sistem muskuloskeletal pada masa nifas
a) Dinding
perut dan peritonium
Setelah
persalina, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya
pulih kembali dalam 6 minggu.
b) Kulit
abdomen
Kulit
abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur
sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie.
Melalui post natal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal
kembali dalam beberapa minggu
c) Striae
Striae
pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis
lurus yang samar.
d) Perubahan
ligamen
Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus,
setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “kandungan turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
e) Simpisis
pubis
Meskipun
relatif jarang, tetai simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama
morbiditas maternal dan kadang kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang.
4)
Perubahan
sistem perkemihan
a) Mencapai
hemostatis internal
Cairan
yang terdapat dalam tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang terlarut di
dalamnya. 70% dari air tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler. Kandungan air sisanya
disebut ciairan ekstraseleluer.
b) Keseimbangan
asam tubuh
Batas normal
PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40 bila PH > 7,4 disebut alkalosis dan jika PH
< 7,35 disebut asidosis
c) Mengeluarkan
sisa metabolisme, racundan zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir
metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan
kreatinin.
B.
Konsep
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Identitas
pasien
meliputi
nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Data
riwayat kesehatan
1) Riwayat
kesehatan sekarang
Meliputi
keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini
dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.
2) Riwayat
kesehatan dahulu
Meliputi
penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya apakah
klien pernah mengalami penyakit yang sama (plasenta previa)
3) Riwayat
kesehatan keluarga
Meliputi
penyakit yang di derita klien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat
persalinan plasenta previa
c. Data
sosial ekonomi
penyakit
ini dapat terjadi pada siapa saj, akan tetapi kemungkinan dapat lebih sering
terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah
d. Data
psikologis
1) Klien
biasanya dalam keadaan labil
2) Klien
biasannya cemas akan keadaan seksualitasnya
3) Harga
diri klien terganggu
e. Pengkajian
fisik meliputi keadaan umum lemah, nyeri, gelisah, pucat, perdarahan pervagina,
HB turun, BB turun
f. Pemeriksaan
penunjang meliputi : laboratorium, radiologi
g. Pola
kegiatan sehari-hari : nutrisi, eliminasi, olahraga, istrahat/tidur dan
personal hygiene
h. pola
reproduksi : manarche, durasi haid teratur tidaknya, siklus haid, riwayat
kehamilan persalinan dan nifas
i. Kedaaan
klien meliputi
1) Sirkulasi
Hipertensi
dan perdarahan vagina
2) Integritas
ego
Dapat
menunjukan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi
negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukan labilitas emosional dari
kegembiraan, ketakutan, menarik diri atau kecemasan.
3) Makanan
dan cairan
Abdomen
lunak dengan klien tidak ada distensi
(diet ditentukan)
4) Neurosensori
Kerusakan
gerakan dan sensai di bawah tingkat anestesi spinalepidural
5) Nyeri
/ ketidaknyaman
Mungkin
mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah
6) Pernapasan
Bunyi paru-paru
vesikuler dan terdengar jelas
7) Keamanan
Balutan
abdomen dapat tampak sedikit noda/ keringdan utuh.
2.
Diagnosa
keperawatan.
a. Transisi
perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya
peningkatan anggota keluarga
b. Gangguan
nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
c. Ansietas
berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontrak
interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
d. Harga
diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
e. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
f. Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubngan dengan trauma jaringan / kulit rusak.
3.
Perencanaan
keperawatan
a.
Diagnosa 1 : transisi
perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan
anggota keluarga
Tujuan : dapat menerima
perubahan dalam keluarga dengan anggotanya baru
Kriteria
hasil :
1) Menggendong
bayi, bila kondisi memungkinkan
2) Mendemontrasikan
perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat
3) Mulai
secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Anjurkan
pasien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, bantu sesuai
kebutuhan
2.
Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan
untuk menyentuh dan menggendong bayi dan bantu dalam perawatan bayi sesuai
kemungkinan situasi
3. Observasi dan
catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan
dan kedekatan dalam budaya tertentu
4.
Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat
interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon
dari satu waktu ke waktu
5.
Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan
sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan
6.
Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan
dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan
7.
Jawab pertanyaan pasien mengenai portokol,
perawatan selama periode pasca kelahiran
|
1.
Jam pertama setelah kelahiran memberikan
kesempatan unik untuk ikatan keluarga
terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama
lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan
2.
Membantu memudahkan ikatan / kedekatan
diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas
situasi dan bayi baru lahir
3.
Pada kontak pertama dengan bayi, ibu
menunjukan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari
4.
Membantu klien dan pasangan memahami makna
pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan
5.
Meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu
sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru kedalam struktur
keluarga
6.
Membantu pasangan untuk memproses dan
mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan
awal telah terlambat
7.
Informasi menghilangkan ansietas yang dapat
mengganggu ikatan atau mengakibatkan meningkatkan peristaltik untuk
menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas
|
b.
Diagnosa 2 : gangguan
nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
Tujuan : ketidaknyamanan, nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan
kekurangan rasa nyeri
2) Tampak
rileks mampu tidur
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tentukan lokasi dan karakteristi
ketidaknyaman perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis
2.
Berikan informasi dan petunjuk antisipasi
mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat
3.
Evaluasi tekanan darah dan nadi, perhatikan
perubahan perilaku
4.
Ubah posisi klien, kurangi rangsangan
berbahaya dan berikangosokkan punggung dan gunakan teknik pernafasan dan
relaksasi dan distraksi
5.
Lakukan nafas dalam dengan menggunakan
prosedur-prosedur pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian
analgesik
6.
Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral
kiri
|
1. Klien mungkin
tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyaman secara langsung.
Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska
operasi dari terjadinya komplikasi
2.
Meningkatkan pemecahan masalah, membantu
mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas
3. Pada banyak
klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi
meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah
4. Merilekskan otot
dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan
menurunkan distraksi tidak menyenangka, meningkatkan rasa sejahtera
5.
Nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan.
Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri
dan ketidaknyaman berkenaan dengan gerakan otot abdomen
6.
Memungkinkan gas meningkatkan dari kolon
desenden kesigmoid, memudahkan pengeluaran
|
b.
Diagnosa 3 : ansietas
berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontrak
interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
Tujuan : ansietas
dapat berkurang atau hilang
Kriteria
hasil :
1) Mengungkapkan
perasaan ansietas
2) Melaporkan
bahwa ansietas sudah menurun
3) Kelihatan
rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan
2.
Bantu klien atau pasangan dalam
mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi
koping baru jika dibutuhkan.
3.
Memberikan informasi yang akurat tentang
keadaan klien dan bayi
4.
Mulai kontak antara klien / pasangan dengan
baik sesegera mungkin
|
1.
Memberikan dukungan emosional, dapat
mendorong mengungkapkan masalah
2.
Membantu memfasilitasi adaptasi yang positif
terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas
3.
Khayalan yang disebabkan informasi atau
kesalapahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas
4.
Mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan
dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau
mengganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi
|
c.
Diagnosa 4 : harga diri rendah
berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
Tujuan : tidak lagi
mengungkapkan perasaan negatif
Kriteria hasil :
1) Menungkapkan
pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini
2) Mengekspresikan
diri yang positif
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tentukan respon emosional klien / pasangan
terhadap kelahiran sesarea
2.
Tinjau ulang partisipasi klien / pasangan dan
peran dalam pengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama prosees
prenatal dan antepartal
3.
Tekankan kemiripan antara kelahiraan sesarea
dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur
perawatan pasca partum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada
klien setelah kelahiraan vagina
|
1.
Kedua anggota pasangan mungkin mengalami
reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua
sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran
pervagina sesuai yang di perkirakan
2. Respon berduka
dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman
kelahiran, sebagai dapat membantu mneghindari rasa bersalah
3.
Klien dapat merubah persepsinya tentang
pengalaman kelahiran sesarea sebagaimana persepsinya tentang kesehatannya / penyakitnya
berdasarkan pada sikap profesional
|
d.
Diagnosa 5 : kurang
pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
pemajanan mengingati kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber
Tujuan : menambah pengetahuan
klien dan memahami pentingnya perawatan diri dan perawatan bayi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk
belajar. Bantu klien untuk / pasangan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan
2.
Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan
menggunakan format yang distandardisasi atau ceklis
3.
Kaji keadaan fisik klien
4.
Perhatikan status psikologis dan respons
terhadap kelahiran sesarea serta peran menjadi ibu
5.
Berikan informasi yang berhubungan dengan
perubahan fisiologis dan psikologis yang normal
6.
Berikan atau kuatkan informasi yang
berhubungan dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan
|
1.
Periode pasca partum dapat menjadi pengalaman
positif bila kesempatan penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan
pertumbuhan ibu, malnutrisi dan kompetensi
2.
Membantu menjamin kelengkapan informasi yag
diterima orang tua dari anggota staf dan menurunkan konfusi klien yang
disebabkan oleh diseminasi nasihat atau informasi yang menimbulkan konflik
3.
Ketidaknyamanan berkenaan dengan insisi atau
nyeri penyerta, atau ketidaknyamanan usus / kandung kemih, biasanya berkurang
beratnya pada hari ketiga pasca operasi, memungkinkan klien berkonsentrasi
lebih penuh dan lebih menerima penyuluhan
4.
Ansietas yang berhubungan dengan kemampuan
untuk merawat diri sendiri dan anaknya, kekecewaan pada pengalaman kelahiran,
atau masalah-masalah berkenaan dengan perpisahannya dari anak dapat mempunyai
dampak negatif pada kemampuan belajar dan kesiapan klien
5.
Membantu klien mengenali perubahan normal
dari respons-respons abnormal yang mungkin memerlukan tindakan
6.
Evaluasi pascapartum untuk klien yang telah
menjalani kelahiran sesaria mungkin di jadwalkan minggu ketiga daripada
minggu ke enam karena peningkatan risiko infeksi dan pelambatan pemulihan
|
e.
Diagnosa 6 : risiko
tinggi terhadap infeksi berhubngan dengan trauma jaringan / kulit rusak.
Tujuan : infeksi tidak
terjadi
Kriteria Hasil :
1) Luka
bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan
2) Bebas
dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan
dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen
terkontaminasi dengan tepat
2.
Tinjau ulang hemoglobin / hematokrit
pranantal, perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi
pasca operasi
3.
Kaji status nutrisi klien. Perhatikan
penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya perhatikan berat badan
prenatal
4.
Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi
protein, vitamin C dan besi
5.
Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat
atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi
6.
Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan,
perhatikan kemerahan udem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan
7.
Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan
jahitan kulit, atau klips
8.
Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih
|
1.
Membantu mencegah atau membatasi penyebaran
infeksi
2. Anemia,
diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan
resiko infeksi dan memperlambat penyembuhan
3.
Klien yang berat badan 20 % di bawah berat
badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap
infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus
4.
Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume,
sirkulasi dan aliran urin, proten dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan
kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin
5.
Balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesarea membantu melindingi luka
dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma
6. Tanda-tanda
ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus
7. Insisi biasanya
sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5
8.
Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukan
infeksi. Peningkatan suhu samapai 38,3°C dalam 24 jam pertama sangat
mengidentifikasikan infeksi
|
4.
Pelaksanaan
Selama
tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi
keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen
tahap implementasi terdiri dari :
a. Tindakan
keperawatan mandiri
b. Tindakan
keperawtaan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter
c. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses
Assoiation, undang-undang praktik keperawatan negara bagian, dan kebijakan
institusi perawatan kesehatan
d. Tindakan
keperawatan kolaboratif
e. Tindakan
keperawatan kolaboratif di implementasikan bila perawat bekerja dengan anggota
tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien
f. Dokumentasikan
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan
g. Freuensi
dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah
sakit, catatan perawat di tulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan
dicatat di rencana asuhan keperawatan.
Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan
institusi perawatan kesehatan (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari,
2012).
5.
Evaluasi
Tahap
evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan
apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus
apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen
tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap-tahap
proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan (Sugeng
Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012).
Kriteria
evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Klien
akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam
persiapan prabedah
b. Nyeri
diminimalkan / dikontrol dan klien
mengungkapkan bahwa ia nyaman
c. Klien
tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala
emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawataan di rumah sakit
d. Berkemih
secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan
insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus
berlanjut secara normal
e. Klien
mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.
PENYIMPANGAN KDM SECTIO CAESAREA
Faktor pencetus



![]() |



























Tidak ada komentar:
Posting Komentar