Selasa, 20 Juni 2017

Sectio caesarea



A.     Konsep Dasar Medik
1.      Sectio caesarea
a.     Pengertian sectio caesarea
Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan abdomen dan dinding uterus (Taufan Nugroho, 2011).
Seksio sesarea adalah suatu persalainan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012).
Istilah sectio caesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perutatau vagina (Siti Nunung Nurjana dkk, 2013).
Sectio caesarea atau kelahiran caesarea adalah melahirkan janin melaui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan abdominal (Pritchard dkk, 2013).
Seksio sesarea adalah ibu yang melahirkan janin dengan cara proses pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus dalam waktu sekitar kurang lebih enam minggu organ-organ reproduksi akan kembali pada keadaan tidak hamil (Suryani Hartati & Anik Maryunani, 2015).
Anatomi integumen dalam hubungannya dengan  tindakan Sectio Caesarea
1)     Kulit
Kulit adalah organ pelindung yang menutupi seluruh permukaan tubuh. Kulit merupakan lapisan sangat tipis dan tebalnya hanya beberapa milimeter. Organ ini terdiri atas 3 lapisan.
                                     Gambar. 1 : Struktur kulit
a)     Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel yang menyusunnya secara berkesinambungan di bentuk oleh lapisan germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika di dorong oleh sel-sel baru kearah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat.
b)     Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf
c)     Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang terdapat di bawahnya. Dalam hubungannya dengan tindakan sectio caesarea, lapisan ini adalah pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ yang ada di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam tindakan sectio caesarea, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai  dinding uterus.
2)     Fasia
Pengertian Fasia Superfisial
Gambar. 2 : Bagian fasia
Di bawah kulit fasia superfisiais di bagi menjadi lapisan lemak yang dangkal, Camper’s fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa, Fasia porfunda terletak pada otot-otot perut. Menyatu dengan fasia porfunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa’s fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan terdapat otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh.
3)     Otot perut
a)     Otot dinding perut anterior dan lateral
Rectur abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu di silang oleh beberapa pita fibrosa dan berada di dalam selubang. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliques externus, obliquis internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat externus berjalan kearah bawah dan atas, serat obliques internus berjalan keatas dan kedepan, serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga otot berakhir dalam satu selubung bersama yang menutupi rectus abdominis.


b)     Otot dinding perut posterior
Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke crista iliaca.
Adapun teknik sectio caesarea meliputi :
 



 
 


1)     Insisi abdominal
Pada dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal dan insisi abdominal bawah transversa
a)  Insisi garis tengah subumbilikal
Insisi ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan perdarahan minimal. Berguna jika akses ke segmen bawah sulit, contohnya jika ada kifosklerosis berat atau fibroid segmen bawah anterior. Walaupun, bekas luka tidak terlihat, terdapat banyak ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung muncul dibandingkan dengan insisi transversa.
b)  Insisi transversa
Insisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik memuaskan, lebih sedikit menimbulkan luka jahitan dan lebih sedikit ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas pascaoperasi yang lebih baik. Insisi secara teknis lebih sulit khususnya pada operasi berulang. Insisi ini lebih vaskular dan memberikan akses yang lebih sedikit.
2)     Insisi uterus
Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi segeman transversa.

a)  Seksio Sesarea segmen bawah
Ini adalah pendekatan yang digunakan insisi transversa ditempatkan di segmen bawah uterus gravid dibelakang peritoneum utero-vesikel.
Keuntungannya meliputi :
(1)   Lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga kehilangan darah yang ditimbulkan hanya sedikit
(2)   Mencegah penyebaran infeksi kerongga abdomen
(3)   Merupakan bagian uterus yang sedikit berkontraksi sehingga hanya sedikit kemungkinan terjadinya ruptur pada bekas luka di kehamilan berikutnya
(4)   Penyembuhan lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit seperti pelekatan
(5)   Implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung terjadi pada kehamilan beriktnya.
Kerugiannya meliputi :
(1)    Akses mungkin terbatas
(2)   Lokasi uterus yang berdekatan dengan kandung kemih meningkatkan risiko kerusakan khususnya pada prosedur pengulangan
(3)   Perluasan ke sudut lateral atau dibelakang kandung kemih dapat meningkatkan kehilangan darah.
b)  Sekssio sesarea klasik
Insisi ini ditempatkan secara vertikal di garis tengah uterus. Indikasi penggunaannyameliputi :
(1)   Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
(2)   Jika akses ke segmen bawah terlarang oleh pelekatan fibroid uterus
(3)   Jika janin terimpaksi pada posisi transversa
(4)   Pada keadaan segmen bawah vaskular karena plasenta previa anterior
(5)   Jika ada karsinoma serviks
(6)   Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.
Kerugiannya meliputi :
(1)    Homestasis lebih sulit dengan insisi vaskular yang tebal
(2)    Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin
(3)    Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan
(4)    Penyembuhan terhambat karena involusi miomtreial
(5)   Terdapat lebih besar risiko ruptur uterus pada kehamilan beriktnya.
3)     Insisi Kroning-Gellhom-Beck
Insisi ini adalah garis tengah pada segmen bawah, yang digunakan pada pelahiran prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan untuk memberi lebih banyak akses. Insisi ini menyebabkan lebih sedikit komplikasi seksio sesaria klasik. Insisi ini tidak menutup kemungkinan pelahiran pervginam.
Keadaan lain :
Insisi T terbaik atau insisi J suatu saat diperlukan jika ditemukan akses tidak adekuat tanpa memperhatikan insisi segmen bawah. Insisi tersebut lebih baik dihindari. Seperti halnya pada seksio sesarea klasik, kehamilan selanjutnya akan memerlukan seksio sesarea efektif.
b.     Indikasi
1)     Indikasi yang berasal dari ibu
a)     Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan (dystosia)
b)     Detak jantung janin melambat
c)     Komplikasi pre-eklamsiIbu menderita herpes
d)     Putusnya tali pusat
e)     Risiko luka parah pada rahim
f)      Bayi dalam Posisi sungsang, letak lintang
g)     Bayi besar
h)     Masalah plasenta seperti plasenta previa
i)       Pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum, distosia, seksio sesarea berulang
j)       Presentasi bokong hipertensi akibat kehamilan
2)     Indikasi yang berasal dari janin
a)     Gawat janin
b)     Prolapsus funikuli (tali pusat penumpang)
c)     Primigravida tua
d)     Kehamilan dengan diabetes melitus
e)     Infeksi intrapartum
f)      Kehamilan kembar
g)     Kehamilan dengan kelainan congenital
h)     Anomali janin misalnya hidrosefalus
c.     Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan akhirnya harus dilakukan seksio sesarea.



d.     Tujuan kelahiran dengan sectio caesarea
Beberapa tujuan kelahiran dengan seksio sesarea diantaranya diuraikan di bawah ini :
1)     Menurut Cunningham (2005) di kutip dari Suryani & Anik, (2015) menyatakan bahwa tujuan dari kelahiran seksio sesarea adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Selain itu tindakan seksio sesarea dilaksanakan dalam keadaan dimana penundaan kelahiran akan memperburuk keadaan janin, ibu atau keduanya, sedangkan kelahiran pervaginam tidak mungkin dilakukan dengan aman
2)     Sedangkan Iswandi (2011) menyebutkan bahwapada operasi seksio sesarea dapat  dilakukan secara terencana maupun segera, dimana pada operasi seksio terencana (elektif) operasi telah direncanakan jauh-jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin.
e.     Jenis-jenis sectio caesarea
1)     Sectio caesarea transperitonealis
a)     Sectio caesarea kalsik : insisidibuat di korpus uteri
b)     Sectio caesarea profundal : insisi melintang konkaf pada segmen bawah rahim
2)     Sectio caesarea vaginalis
Menurut sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut :
a)     Sayatan memanjang (longitudinal)
b)     Sayatan melintang (tranversal)
c)     Sayatan huruf T (T-incision)
f.       Keuntungan dan kerugian sectio caesarea
Keuntungannya :
1)      Dapat menghindari kehamilan postterm karena SC biasanya direncanakan pada usia kehamilan 39 - 40 minggu
2)      Dibandingkan dengan pervaginal, risiko perdarahan postpartum akibat atonia uteri (kontraksi rahimtidak normal setelah persalinan) lebih rendah
3)      Dibandingkan dengan SC emergency, risiko komplikasi lebih rendah, misalnya injury terhadap organ dalam, laserasi bayi dan masalah terkait anestesi
4)      Mengurangi risiko STD (Sexual Transmitted Diseasease) atau infeksi lain (Herpes,HIV,Hepatitis dan HPV)
5)      Risiko trauma persalinan seperti pembengkakan atau memar lebih kecil
6)      Risiko lebih rendah terhadap injury dasar pelvis, inkontinensia urin (ketidakmampuan untuk menahan kencing).
Kerugiannya :
1)     Risiko pada ibu yang lebih tinggi terhadap : serangan jantung, hematom pada luka insisi sectio caesarea, infeksi endometritis puerperal
2)     Risiko cedera usus atau kandung kencing saat operasi
3)     Risiko kehilangan darah lebih besar, sekitar 2/3 wanita memerlukan transfusi darah
4)     Fungsi usus yang menurun setelah proses seksio sesarea
5)     Risiko placenta previa  dan placenta accreta yang lebih besar pada kehamilan selanjutnya
6)     Risiko lebih tinggi terjadinya ruptur uteri (robeknya dinding rahim pada tempat insisi SC)
g.     Komplikasi
1)     Infeksi puerperal (nifas)
a)     Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b)     Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
c)     Berat, dengan peritonitis, sepsisdan ileus paralitik. Infeksi berat sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi nifas, telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang adekuat dan tepat.
2)     Peradarahan
a)     Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b)     Atonia uteri
c)     Perdarahan pada placental bed
3)     Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi
Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.
2.      Masa nifas
a.     Pengertian masa nifas
Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. Jika secara fisiologis sudah terjadi perubahan pada bentuk semula  (sebelum hamil), tetapi secara psikologis masih terganggu maka dikatakan masa nifas tersebut belum berjalan dengan normal atau sempurna. Masa nifas (postpartum / puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan.
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Sarwono Prawirohardjo 2010. Hal : 356)
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, 2010).
Masa nifas yaitu setelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta, ibu mengalami suatu periode pemulihan kembali kondisi fisik dan psikologisnya (Icesmi & Margareth 2013)
b.     Anatomi fisiologi sistem reproduksi
1)      Alat genitalia eksterna
a)     Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutupi oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumya batas atas rambut melintang sampai pinggir simfisis, sedangkan ke bawh sampai ke sekitar anus dan paha.
b)     Labia mayora (bibir-bibir besar) : terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.
c)     Labia minora (bibir-bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang di atas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang dibawah klitoris membentuk frenulum klitoridis
d)     Klitoris : kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif.
e)     Vestibulum : berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum (fourchette). Embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis. Kurang lebih 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina.
f)      Bulbus vestibuli sinistra et dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat ramus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina.
g)     Introitus vagina : mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada seorang virgo selalu dilindungi oleh selaput darah (himen).
h)     Himen : ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dari yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah di lalui oleh dua jari. Umumnya himen robek pada koitus dan robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan sampai mencapai dasar selaput darah itu.
i)       Perineum : terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.
2)      Alat genitalia interna
a)    Vagina (liang kemaluan/liang sanggama)
Vagina merupakan penghubung antara genitalia eksterna dengan genitalia interna. Vagina berukuran didepan 6,5 cm dan dibelakang 9,5 cm. Sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah tepi bawah simfisis ke promontrium. Vagina merupakan saluran yang terletak di bawah uterus sebagai tempat bagi penis pada saat kopulasi dan sebagai jalan bayi pada proses persalinan
b)    Uterus (rahim)
Uterus berfungsi sebagai tempat berkembangnya embrio, dinding uterus tebal, panjang sekitar 7,5 cm, dan lebar sekitar 5 cm. Selama kehamilan uterus mampu mengembang sampai 500 kali
c)     Saluran telur (tuba falopi)
Saluran telur berfungsi untuk menyalurkan ovum ke arah rahim dengan gerakan peristaltik dan dibantu oleh gerakan silia yang terdapat di dindingnya. Panjang saluran ini sekitar 12 cm dan ujungnya berbentuk corong
d)    Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium dibagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5. Ovarium merupakan kelenjar kelamin perempuan yang berfungsi untuk memproduksi ovum dan menyekresi hormon estrogen dan progesteron.
c.     Tujuan masa nifas
1)     Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikis
2)     Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun bayi
3)     Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat
4)     Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB)
5)     Untuk mendapatkan kesehatan emosi
6)     Memperlancarpembentukan air susu ibu (ASI)
7)     Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
d.     Tahapan masa nifas
1)     Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri berjalan-jalan (waktu 0-24 jam post partum). Dalam agam islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari
2)     Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa dimana pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih  6-8 minggu
3)     remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa bermingu-minggu, bulan bahkan tahun.
e.     Perubahan fisiologi masa nifas
1)     Perubahan sistem reproduksi
Walaupun istilah involusi saat ini telah digunakan untuk menunjukan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif, kadang lebih banyak mengarah ke ukurannya (Varney’s Midwivery). Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seorang wanita sangat lah menakjubkan. Uterus atau rahim yang berbobot 60 gram sebelum kehamilan secara perlahan-lahan bertambah besarnya hingga 1 kg selama masa kehamilan dan setelah persalinan akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Seorang bidan dapat membantu ibu untuk memahami perubahan-perubahan ini seperti :
a)     Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil.
b)     Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat palsenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhirnifas 1-2 cm.
c)     Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala.
d)     Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks post partum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
e)     Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Ibu pasca-melahirkan akan mengalami empat tahapan perubahan lochia dalam masa nifas ini :
(1)   Merah tua (lochea rubra). Tahap pertama ini akan berlangsung selama tiga hari pertama setelah melahirkan.
(2)   Merah dan berlendir kecoklatan (lochea sanguinolenta). Untuk tahapan kedua ini biasanya berlangsung selama 4 -7 hari postpartum
(3)   Kekuningan lalu merah mudah pudar (lochea serosa). Cairan yang berwarna seperti ini mulai keluar 1 - 2 minggu postpartum
(4)   Kekuningan lalu bening/putih (lochea alba). Cairan ini keluar selam sekitar 4 minggu, yakni dari minggu kedua sampai minggu keenam. Bila cairan lochea sudah berwarna bening, tandanya masa nifas berlangsung normal.
f)      Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
g)     Payudara
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah.
2)     Perubahan sistem pencernaan
a)     nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga diperbolehkan ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan
b)     Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke adaan normal


c)     Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda  selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeriyang dirasakannya di perineum akibat episotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.
3)     Perubahan sistem muskuloskeletal pada masa nifas
a)     Dinding perut dan peritonium
Setelah persalina, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
b)     Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui post natal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu
c)     Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar.
d)     Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungan turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
e)     Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetai simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang.


4)     Perubahan sistem perkemihan
a)     Mencapai hemostatis internal
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. 70% dari air tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai  cairan intraseluler. Kandungan air sisanya disebut ciairan ekstraseleluer.
b)     Keseimbangan asam tubuh
Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40 bila PH > 7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis
c)     Mengeluarkan sisa metabolisme, racundan zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin.
B.    Konsep Asuhan Keperawatan
1.     Pengkajian
a.     Identitas pasien
meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b.     Data riwayat kesehatan
1)     Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah klien operasi.
2)     Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama (plasenta previa)
3)     Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang di derita klien dan apakah keluarga pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa
c.      Data sosial ekonomi
penyakit ini dapat terjadi pada siapa saj, akan tetapi kemungkinan dapat lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah
d.     Data psikologis
1)     Klien biasanya dalam keadaan labil
2)     Klien biasannya cemas akan keadaan seksualitasnya
3)     Harga diri klien terganggu
e.     Pengkajian fisik meliputi keadaan umum lemah, nyeri, gelisah, pucat, perdarahan pervagina, HB turun, BB turun
f.       Pemeriksaan penunjang meliputi : laboratorium, radiologi
g.     Pola kegiatan sehari-hari : nutrisi, eliminasi, olahraga, istrahat/tidur dan personal hygiene
h.     pola reproduksi : manarche, durasi haid teratur tidaknya, siklus haid, riwayat kehamilan persalinan dan nifas
i.       Kedaaan klien meliputi
1)     Sirkulasi
Hipertensi dan perdarahan vagina
2)     Integritas ego
Dapat menunjukan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri atau kecemasan.
3)     Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan klien tidak ada distensi  (diet ditentukan)
4)     Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensai di bawah tingkat anestesi spinalepidural

5)     Nyeri / ketidaknyaman
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah
6)     Pernapasan
Bunyi paru-paru vesikuler dan terdengar jelas
7)     Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda/ keringdan utuh.
2.     Diagnosa keperawatan.
a.     Transisi perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga
b.     Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
c.      Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontrak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
d.     Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
e.     Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
f.       Risiko tinggi terhadap infeksi berhubngan dengan trauma jaringan / kulit rusak.


3.     Perencanaan keperawatan
a.     Diagnosa 1   : transisi perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan atau adanya peningkatan anggota keluarga
Tujuan           : dapat menerima perubahan dalam keluarga dengan anggotanya baru
Kriteria hasil :
1)     Menggendong bayi, bila kondisi memungkinkan
2)     Mendemontrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat
3)     Mulai secara aktif mengikuti perawatan bayi baru lahir dengan cepat.
INTERVENSI
RASIONAL
1.  Anjurkan pasien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, bantu sesuai kebutuhan




2.  Berikan kesempatan untuk ayah / pasangan untuk menyentuh dan menggendong bayi dan bantu dalam perawatan bayi sesuai kemungkinan situasi
3.  Observasi dan catat interaksi keluarga bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menggandakan dan kedekatan dalam budaya tertentu
4.  Diskusikan kebutuhan kemajuan dan sifat interaksi yang lazim dari ikatan. Perhatikan kenormalan dari variasi respon dari satu waktu ke waktu
5.   Sambut keluarga dan sibling untuk kunjungan sifat segera bila kondisi ibu atau bayi memungkinkan

6.   Berikan informasi, sesuai kebutuhan, keamanan dan kondisi bayi. Dukungan pasangan sesuai kebutuhan

7.  Jawab pertanyaan pasien mengenai portokol, perawatan selama periode pasca kelahiran
1.    Jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan  unik untuk ikatan keluarga terjadi karena ibu dan bayi secara emosional dan menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses pengenalan
2.    Membantu memudahkan ikatan / kedekatan diantara ayah dan bayi. Memberikan kesempatan untuk ibu memvalidasi realitas situasi dan bayi baru lahir
3.    Pada kontak pertama dengan bayi, ibu menunjukan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari

4.  Membantu klien dan pasangan memahami makna pentingnya proses dan memberikan keyakinan bahwa perbedaan diperkirakan
5.  Meningkatkan kesatuan keluarga dan membantu sibling memulai proses adaptasi positif terhadap peran baru kedalam struktur keluarga
6.  Membantu pasangan untuk memproses dan mengevaluasi informasi yang diperlukan, khususnya bila periode pengenalan awal telah terlambat
7.    Informasi menghilangkan ansietas yang dapat mengganggu ikatan atau mengakibatkan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas

b.   Diagnosa 2     :  gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan
Tujuan             : ketidaknyamanan, nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
1)     Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri
2)     Tampak rileks mampu tidur



INTERVENSI
RASIONAL
1.  Tentukan lokasi dan karakteristi ketidaknyaman perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis



2.  Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat
3.  Evaluasi tekanan darah dan nadi, perhatikan perubahan perilaku



4.  Ubah posisi klien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikangosokkan punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi

5.  Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur-prosedur pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik


6.  Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri
1.  Klien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyaman secara langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi
2.  Meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas

3.  Pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan tekanan darah
4.  Merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak menyenangka, meningkatkan rasa sejahtera
5.   Nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri dan ketidaknyaman berkenaan dengan gerakan otot abdomen
6.   Memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden kesigmoid, memudahkan pengeluaran


b.     Diagnosa 3   : ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi / kontrak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
Tujuan           : ansietas dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
1)     Mengungkapkan perasaan ansietas
2)     Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
3)     Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan

2.  Bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan.
3.  Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan klien dan bayi

4.  Mulai kontak antara klien / pasangan dengan baik sesegera mungkin
1.   Memberikan dukungan emosional, dapat mendorong mengungkapkan masalah
2.   Membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas

3.   Khayalan yang disebabkan informasi atau kesalapahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas
4.   Mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau mengganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi


c.      Diagnosa 4 : harga diri rendah berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa kehidupan
Tujuan           : tidak lagi mengungkapkan perasaan negatif
Kriteria hasil :
1)    Menungkapkan pemahaman mengenai faktor individu yang mencetuskan situasi saat ini
2)    Mengekspresikan diri yang positif
INTERVENSI
RASIONAL
1.  Tentukan respon emosional klien / pasangan terhadap kelahiran sesarea





2.  Tinjau ulang partisipasi klien / pasangan dan peran dalam pengalaman kelahiran. Identifikasi perilaku positif selama prosees prenatal dan antepartal

3.  Tekankan kemiripan antara kelahiraan sesarea dan vagina. Sampaikan sifat positif terhadap kelahiran sesarea. Dan atur perawatan pasca partum sedekat mungkin pada perawatan yang diberikan pada klien setelah kelahiraan vagina
1.   Kedua anggota pasangan mungkin mengalami reaksi emosi negatif terhadap kelahiran sesarea meskipun bayi sehat, orangtua sering berduka dan merasa kehilangan karena tidak mengalami kelahiran pervagina sesuai yang di perkirakan
2.  Respon berduka dapat berkurang bila ibu dan ayah mampu saling membagi akan pengalaman kelahiran, sebagai dapat membantu mneghindari rasa bersalah
3.   Klien dapat merubah persepsinya tentang pengalaman kelahiran sesarea sebagaimana persepsinya tentang kesehatannya / penyakitnya berdasarkan pada sikap profesional


d.     Diagnosa 5   : kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan mengingati kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber
Tujuan           : menambah pengetahuan klien dan memahami pentingnya perawatan diri dan perawatan bayi
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Bantu klien untuk / pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan


2.   Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang distandardisasi atau ceklis




3.   Kaji keadaan fisik klien








4.   Perhatikan status psikologis dan respons terhadap kelahiran sesarea serta peran menjadi ibu







5.   Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis yang normal
6.   Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan
1.  Periode pasca partum dapat menjadi pengalaman positif bila kesempatan penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, malnutrisi dan kompetensi
2.  Membantu menjamin kelengkapan informasi yag diterima orang tua dari anggota staf dan menurunkan konfusi klien yang disebabkan oleh diseminasi nasihat atau informasi yang menimbulkan konflik
3.  Ketidaknyamanan berkenaan dengan insisi atau nyeri penyerta, atau ketidaknyamanan usus / kandung kemih, biasanya berkurang beratnya pada hari ketiga pasca operasi, memungkinkan klien berkonsentrasi lebih penuh dan lebih menerima penyuluhan
4.  Ansietas yang berhubungan dengan kemampuan untuk merawat diri sendiri dan anaknya, kekecewaan pada pengalaman kelahiran, atau masalah-masalah berkenaan dengan perpisahannya dari anak dapat mempunyai dampak negatif pada kemampuan belajar dan kesiapan klien
5.  Membantu klien mengenali perubahan normal dari respons-respons abnormal yang mungkin memerlukan tindakan
6.  Evaluasi pascapartum untuk klien yang telah menjalani kelahiran sesaria mungkin di jadwalkan minggu ketiga daripada minggu ke enam karena peningkatan risiko infeksi dan pelambatan pemulihan

e.     Diagnosa 6   : risiko tinggi terhadap infeksi berhubngan dengan trauma jaringan / kulit rusak.
Tujuan           : infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
1)     Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan
2)     Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat
2.  Tinjau ulang hemoglobin / hematokrit pranantal, perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasi
3.  Kaji status nutrisi klien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya perhatikan berat badan prenatal


4.  Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi




5.  Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya balutan sesuai indikasi


6.   Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan udem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan
7.  Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips

8.  Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih
1.   Membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi




2.  Anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat penyembuhan
3.   Klien yang berat badan 20 % di bawah berat badan normal atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus
4.   Mencegah dehidrasi memaksimalkan volume, sirkulasi dan aliran urin, proten dan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin
5.   Balutan steril  menutupi luka pada 24 jam pertama  kelahiran sesarea membantu melindingi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma
6.  Tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus

7.  Insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5
8.   Demam paska operasi hari ketiga,  leucositosis dan tachicardia menunjukan infeksi. Peningkatan suhu samapai 38,3°C dalam 24 jam pertama sangat mengidentifikasikan infeksi



4.     Pelaksanaan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
     Komponen tahap implementasi terdiri dari :
a.    Tindakan keperawatan mandiri
b.    Tindakan keperawtaan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter
c.    Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Assoiation, undang-undang praktik keperawatan negara bagian, dan kebijakan institusi perawatan kesehatan
d.    Tindakan keperawatan kolaboratif
e.    Tindakan keperawatan kolaboratif di implementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien
f.     Dokumentasikan tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan
g.    Freuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat di tulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan.  Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012).
5.     Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap-tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan (Sugeng Jitowiyono & Weni Kristiyanasari, 2012).
Kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :
a.     Klien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah
b.     Nyeri diminimalkan / dikontrol dan  klien mengungkapkan bahwa ia nyaman
c.      Klien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawataan di rumah sakit
d.     Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi  dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal
e.     Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.



PENYIMPANGAN KDM SECTIO CAESAREA
Faktor pencetus
( plasenta previa, disproporsi sefalo pelvic, macrosomi, gawat janin, letak lintang/sungsang , distosia, riwayat persalinan sebelumnya )

Ancaman terhadap jiwa ibu dan janinnya

Tindakan penyelamatan melalui pembedahan : sectio caesarea


 
Terputusnya                                                      luka operasi abdomen                                    proses awal menjadi orang tua                                     kurangnya informasi tentang     penyakitnya
kontinuitas jaringan                                                                                                               
Text Box: Kurang pengetahuanPelepasan mediator kimia                                     port the entry mikroorganisme                              krisis situasi                                                                                           
Text Box: Perubahan proses keluargaBradikinin, histamin,                                                                                                                                                                                                                  sterssor meningkat
    Prostaglandin                                                            sirkulasi darah                                                                 
 Merangsang ujung                                                                                                                                                                                                                     koping individu tidak efektif
Syaraf nociceptor                                                        keseluruh  darah                                                                                                
Text Box: kecemasanSyaraf afferent                                                                                                                                                                                       klien merasa gagal      
Thalamus                                                       penurunan daya tahan tubuh                                                                                 dalam peristiwa
Pusat nyeri Cortex : Serebri                                                                                                                                                                    kehidupan
Text Box: Risiko tinggi
Terjadinya infeksi
       Syaraf efferent                                                                                                                                                               
Text Box: Nyeri Text Box: Harga diri rendah                                                                                                                                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar