1. Defenisi
Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan kronis, inflamasi
sistemik yang dapat mempengaruhi jaringan dan organ, terutama menyerang
fleksibel (sinovial) sendi. Proses ini melibatkan suatu respon inflamasi dari
kapsul sekitar sendi (sinovium) sekunder
(Suiraoka 2012).
Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilakan peradangan difus
di paru-paru , membran di sekitar jantung, selaput paru-paru, dan putih mata,
yang paling umum dalam jaringan subkutan (Suiraoka 2012).
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien-pasien Rheumatoid arthritis terjadi
setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresivitasnya (Mansjoer, 2011).
Rheumatoid arthritis merupakan
suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya
adalah Poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan
seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien rheumatoid
arthritis terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya
selain gejala artikular, rheumatoid
arthritis dapat pula menunjukkan gejala
konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ
non-ertikular lainnya (Nugroho,2011).
2. Etiologi
Salah satunya adalah masalah kekebalan tubuh yang berbalik
menyerang jaringan persendian. Hal ini mengakibatkan tulang rawan di sekitar
sendi menipis dan membentuk tulang baru. Pada saat tubuh digerakkan,
tulang-tulang di persendian bersinggungan sehingga memicu rasa nyeri.
Rheumatoid arthritis ,
hakikatnya manifestasi dari penyakit
seperti gangguan metabolisme, genetik, dan factor nutrisi. Bila
berlangsung secara terus menerus akan berakibat terbentuknya serat-serat
jaringan di antara serat-serat otot. Darah yang alirannya dapat memicu terjadinya rheumatoid arthritis , karena fungsi sebagian darah yang mengangkut
sisa-sisa makanan dan kotoran tubuh menjadi berdesak-desakan sehingga menjadi
kekurangan oksigen. Zat-zat polutan yang tersebar melalui udara juga dapat
mengakibatkan rheumatoid arthritis
3. Patofisiologi
Pada rheumatoid
arthritis reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan synovial. Proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang
akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degerstif dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot.
(Anonim,2014)
4. Manifestasi Klinis
a. Kaku
pada persendian dipagi hari.
b. Radang
pada lebih dari tiga sendi disertai dengan pembengkakan.
c. Bengkak
dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.
d. Kelelahan.
e. Nyeri
otot dan kehilangan nafsu makan.
f. Adanya
nodul-nodul rheumatoid arthritis
g. Terbatasnya
pergerakan.
h. Berat badan
menurun.
i. Kekuatan
berkurang.
j. Perubahan ukuran
pada sendi dari ukuran normal.
(Dito Anurogo & Ari Wulandari 2012)
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
b. Artrosentesis
c. Radiologi
d. Darah perifer
e. Urine lengkap
f. Transaminase
g. Fungsi Ginjal
h. Asam Urat.(Anonim,2013) .
Kriteria
diagnostik rheumatoid arthritis adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi periartikuler pada foto rontgen.
Kriteria rheumatoid arthritis menurut American Reumatism Association (ARA) adalah:
a.
Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning
Stiffness).
b. Nyeri
pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
pada satu sendi.
c. Pembengkakan
(oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan sekurang-kurangnya pada salah satu sendi
lain.
e. Pembengkakan
sendi yang bersifat simetris.
f. Nodul
subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
6. Pencegahan
Upaya
pencegahan yang dapat di lakukan antara lain :
a. Mengatasi obesitas
b. Mengontorol faktor metabolik seperti
asam urat
c. Berolahraga atau melakukan aktifitas
fisik
d. Mengatur pola makan. (Suiraoko,
2012)
7.
Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Methotrexate,
prednisone, aspirin, glukokortikoid.
b. Non Farmakologi
Penderita dianjurkan untuk tirah baring, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi
seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan
diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Anjurkan memperhatikan pola makan, gaya hidup, Adapun
penelataksanaan keperawatan yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi
(perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit
ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan
ini harus dilakukan secara terus-menerus.
2) Istirahat
Merupakan hal penting karena rheumatoid
arthritis biasanya disertai
rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap
hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat.
Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu
beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
3) Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan
fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi
yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu
diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini paling baik
diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti
ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak
struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar