Sabtu, 17 Juni 2017

Rheumatoid arthritis


1. Defenisi
   Rheumatoid arthritis  (RA) adalah gangguan kronis, inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi. Proses ini melibatkan suatu respon inflamasi dari kapsul sekitar sendi (sinovium) sekunder  (Suiraoka 2012).
   Rheumatoid arthritis  juga dapat menghasilakan peradangan difus di paru-paru , membran di sekitar jantung, selaput paru-paru, dan putih mata, yang paling umum dalam jaringan subkutan (Suiraoka 2012).
   Rheumatoid arthritis  adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien-pasien Rheumatoid arthritis  terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresivitasnya (Mansjoer, 2011).
   Rheumatoid arthritis  merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien rheumatoid arthritis  terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, rheumatoid arthritis  dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular lainnya (Nugroho,2011).
2. Etiologi
Salah satunya adalah masalah kekebalan tubuh yang berbalik menyerang jaringan persendian. Hal ini mengakibatkan tulang rawan di sekitar sendi menipis dan membentuk tulang baru. Pada saat tubuh digerakkan, tulang-tulang di persendian bersinggungan sehingga memicu rasa nyeri.
Rheumatoid arthritis , hakikatnya manifestasi dari penyakit  seperti gangguan metabolisme, genetik, dan factor nutrisi. Bila berlangsung secara terus menerus akan berakibat terbentuknya serat-serat jaringan di antara serat-serat otot. Darah yang alirannya  dapat memicu terjadinya rheumatoid arthritis , karena fungsi sebagian darah yang mengangkut sisa-sisa makanan dan kotoran tubuh menjadi berdesak-desakan sehingga menjadi kekurangan oksigen. Zat-zat polutan yang tersebar melalui udara juga dapat mengakibatkan rheumatoid arthritis




3.  Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis  reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan synovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degerstif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
(Anonim,2014)

4.   Manifestasi Klinis
a.    Kaku pada persendian dipagi hari.
b.    Radang pada lebih dari tiga sendi disertai dengan pembengkakan.
c.    Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.
d.    Kelelahan.
e.    Nyeri otot dan kehilangan nafsu makan.
f.      Adanya nodul-nodul rheumatoid arthritis
g.    Terbatasnya pergerakan.
h.    Berat badan menurun.
i.      Kekuatan berkurang.
j.      Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal. (Dito Anurogo & Ari Wulandari 2012)
5.  Pemeriksaan diagnostik
a.    Laboratorium 
b.    Artrosentesis 
c.    Radiologi 
d.    Darah perifer 
e.    Urine lengkap 
f.      Transaminase 
g.    Fungsi Ginjal 
h.    Asam Urat.(Anonim,2013) .
Kriteria diagnostik rheumatoid arthritis adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi periartikuler pada foto rontgen.
Kriteria rheumatoid arthritis menurut American Reumatism Association (ARA) adalah:
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning 
    Stiffness).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
      pada satu sendi.
c.  Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
      cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-
      kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan  sekurang-kurangnya pada salah satu sendi lain.
e. Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.
f.   Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
6.   Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat di lakukan antara lain :
a.    Mengatasi obesitas
b.    Mengontorol faktor metabolik seperti asam urat
c.    Berolahraga atau melakukan aktifitas fisik
d.    Mengatur pola makan. (Suiraoko, 2012)                 
7. Penatalaksanaan
a.    Farmakologi
Methotrexate, prednisone, aspirin, glukokortikoid.
b.    Non Farmakologi
Penderita dianjurkan untuk tirah baring, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Anjurkan memperhatikan pola makan, gaya hidup, Adapun penelataksanaan keperawatan yaitu:
1)    Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
2)    Istirahat
Merupakan hal penting karena rheumatoid arthritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
3)    Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar