BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai sebagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang,dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya,mampu menghadapi setres kehidupan dengan
wajar,mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya,dapat
berperan serta dalam lingkungan hidup,menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya
dan merasa nyaman bersama dengan orang lain. (Keliat, dkk, 2005, dikutip oleh
Prabowo 2014).
Halisinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indran tanpa stimulus eksteren: Perspsi
palsu (Maramis, 2005, dikutip oleh Prabowo 2014)
Halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja 2014)
Halusinasi adalah suatau gejala
gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan
sensori palsu berupa suara, Penglihatan, Pengecapan, perabaan atau penghidupan
(Direja 2014)
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995,
prevalensi gangguan jiwa di Indonesia 264 orang per 1000 penduduk terbagi atas psikosis
(3/1000), demensia (4/1000), mental (5/1000), emosional usia 15 tahun ke
atas (140/1000) dan emosional usia 5-14 tahun (114/1000).
Untuk mengetahui besarnya masalah gangguan jiwa di
masyarakat, Departemen Kesehatan pada tahun 2007 dengan Riskesdas (Riset
Kesehatan Dasar) telah melakukan studi di setiap provinsi tentang Gangguan
Mental Emosional pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Instrumen yang
digunakan self-rating questionaire - 20 dengan cut off point > 6. Hasil
studi tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional di
Indonesia yaitu 1,6 (Abizhaki, 2010).
Berdasarkan
hasil data yang di dapatkan di klinik
kesehatan mental avicena makassar, yang mengalami gangguan jiwa di KlinikAVICENA
Makassar pada tahun 2012 sebanyak 115 orang, halusinasi
93 orang (81%),menarik diri 14 orang (12%) dan harga diri rendah 8 orang (7%)
dan pada tahun 2013 jumlah yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 107
orang,halusinasi 100 orang (93%),menarik diri 7 orang (7%) dan pada tahun 2014
yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 83 orang,halusinasi 79 orang (95%) dan
menarik diri 4 orang (5%).
Berdasarkan uraian tersebut dan hasil
penentuan kasus ujian akhir program maka penulis menyusun karya tulis dengan
judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien Tn.”A”
Dengan Masalah Utama Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang cempaka klinik avicena Provinsi Sulawesi Selatan”.
B.
Lingkup Bahasan
Terbatasnya
waktu dan tenaga maka dalam pembahasan ini penulis hanya terbatas pada
kasusnpasien Tn“A” dengan Gangguan Persepsi Sensori:Halusinasi Pendengaran di
ruang cempaka klinik avicena Propinsi sulawesi selatan yang di rawat oleh
penulis dari tanggal 03 s.d 05 Agustus 2015.
C. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk
memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam pelaksanaana suhan
keperawatan pada klien dengan masalah utama gangguan persepsisensori ; Halusinasi Pendengaran.
2.
Tujuan Khusus
a.
Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian keperawatan yang dilakukan
pada klienTn”A” dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori; Halusinasi Pendengaran di Ruang Cempaka di klimik
avicena
Provinsi Sulawesi Selatan.
b.
Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan diagnosa
keperawatan pada klien Tn”A” dengan
masalah utama gangguan persepsi sensori; Halusinasi Pendengaran di Ruang Cempaka di klinik avicena Provinsi Sulawesi Selatan.
c.
Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan
rencana tindakan keperawatan
pada klien Tn”A” dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori; Halusinasi Pendengaran di Ruang Cempaka di klinik avicena Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
d.
Memperoleh pengalaman nyata dalam
mengimplementasikan rencana asuhan
keperawatan pada klien Tn” A” dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori; Halusinasi Pendengaran di Ruang Cempaka
di klinik avicena Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan.
e.
Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan
evaluasi pada klien Tn” A” dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori ; Halusinasi Pendengaran di Ruang cempaka di klinik
avicena Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan.
f.
Menganalisa kesenjangan yang terjadi antara
teori dan kenyataan pada
klien Tn ”A” dengan
masalah utama gangguan persepsi
sensori Halusinasi Pendengaran di Ruang cempaka di klinik avicena Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
g.
Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada klienTn”A”
dengan masalah utama gangguan persepsi sensori; Halusinasi Pendengaran di Ruang
Cempaka di klinik
avicena Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan.
D.
Manfaat
penulisan
1.
Sebagai
salah satu syarat dalam menyelsaikan pendidikan pada program studi DIII
Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2.
Sebagai
bahan masukan bagi rumah sakit dalam peningkatan pelayanan keperawatan
khususnya pada pasien gangguan persepsi sensori:Halusinasi pendengaran
3.
Sebagai
bahan bacaan
E.
Metodologi
1. Tempat
Adapun tempat pengambilan data dari kasus
ini yaitu ruang Cempaka klinik avicena Provinsi Sulawesi Selatan
2.
Waktu pelaksanaan pengambilan kasus
Pengambilan kasus dilakukan pada tanggal 03 sampai
05 Agustus 2015 diruang cempaka klinik avicena Provinsi Sulawesi Selatan
3.
Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Teknik
wawancara dilakukan untuk mendapatkan data secara akurat secara langsung dari
klien
b. Teknik
observasi
Teknik
observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap
perilaku klien.
c. Studi dokumentasi
Untuk
memperoleh data yang akurat tentang penatalaksanaan pemberian obat dan hal-hal
yang lain yang berisi perkembangan perilaku klien melalui buku registrasi.
F. Sistematika
Penulisan
Untuk mendapatkan suatu gambaran singkat yang
menyeluruh dari isi penulisan karya tulis, maka penulis memakai sistem
penulisan sebagai berikut:
Bab I :
Pendahuluan
Membahas tentang latar
belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Konsep Dasar
Membahas tentang
pengertian Halusinasi, etiologi, proses terjadinyahalusinasi, tanda
dan gejala, jenis-jenis, dan penatalakasanaan Halusinasi. . Selanjutnya juga pada bab ini akan dibahas pula tentang
konsep keperawatan Halusinasi, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, pohon masalah intervensi, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
Bab III :
Tinjauan Kasus
Membahastentang studi kasus
dengan menggunakan tehnik pendekatan proses keperawatan kesehatan jiwa dengan
sistematika, yaitu pengkajian, analisa data, pohon masalah,diagnosa
keperaawatan,intervensi , implementasi, dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan
Membahas tentang
kesenjangan antara teori dan fakta yang didapatkan di dalam studi yang
dibahas secara sistematis mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi , implementasi dan evaluasi
Bab V : Penutup
Membahas tentang
kesimpulan dari seluruh isi karya tulis ini dengan saran-saran untuk perbaikan
selanjutnya untuk pembaca.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep
Medis
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa di jumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang ”Khayal”,halusinasi sebenarnya merupakan bagian
dari kehidupan mental penderita yang ”teresepsi”
(Yosep,2010).
2.
Jenis-jenis
halusinasi
Menurut Yosep (2007)
dikutip oleh Damaiyanti (2012) halusinasi terdiri dari delapan jenis.
Penjelasan secara detail mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi
adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi
pendengaran (auditif/akustik)
Paling
sering di jumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak
mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat
yang bermakna.Biasanya suara tersebut ditujukan pada penderita sehingga tidak
jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
b. Halusinasi
penglihatan (vsual/ Optik)
Lebih
sering terjadi pada keadaan delirum (penyakit organik).Biasanya sering muncul
bersamaan dengan penurunankesadaran,menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi
penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya mencium suatu bau
tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada
penderita.Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang di anggap penderita sebagai
kombinasi moral.
d. Halusinasi
pengecapan (Gustatorik)
Walaupun
jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman.Penderita merasa
mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang dari
halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi
perabaan (Taktil)
Merasa
diraba,disentuh,ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawahkulit.Terutama
pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
f. Halusinasi
kinistetik.
Penderita
merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota badanya
bergerak-gerak.Misalnya “phantom
phenomenom”atau
tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).Sering pada skizoprenia dalam keadaan toksis tertentu
akibat pemakaian obat tertentu.
g.
Halusinasi
Viseral
Timbulnya
perasaan tertentu di dalam tubuhnya:
1)
Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada
dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom lobos
parietalis. Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.
2)
Derealisasiadalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya persaan segalah sesuatu yang dialaminya
seperti dalam impian
3.
Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut
Yosep(2010) fakor predisposisi klien dengan halusinasi adalah:
1)
Faktor perkembangan
Tugas
perkembangan klien terganggu misalnya rendanya konrol dan kehangatan
keluarga menyebapkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,mudah
frustasi,hilang percaya diri dan lebih rentang terhadap stress.
2) Faktor
Sosiokortural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
bayi akan merasa di singkirkan,kesepian,dan tidak percaya pada lingkungannya.
3)
Faktor Biologis
Mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.Adanya stres yang berlebihan di
alami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia, Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor
Psikologis
Tipe
kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalagunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.Klien memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor
Genitik Dan Pola Asuh
Penelitian
menunjukkan bahwa anak sehat yang di asuh oleh orang tua skizofrenia cenderung
mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon
klient erhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Menurut Rawlins dan heacock, (1993) dikutntip
oleh Damayant (2012) mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seoran individu sebagai mahluk yang
dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual.
Sehingga
halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi yaitu:
a) Dimensi
Fisik
Halusinasi
dapat ditimbulakan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi
Emosiaonal
Perasaan
cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan.Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
c) Dimensi
Intelektual
Dalam
dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasiakan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.pada awalnya halusinasi merupakan
usaha dari ego sendiri untuk melawan implus yang menekan,namun merupakan suatu
hal menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan
tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi
social
Klien
mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comporting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di dalam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan halusinasinya, seolah-olah
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, control diri
dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di
jadikan conrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interkasi yang menimbulkan pengalaman interpersonal
yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klie selalu
berinteraksi dengan lingkunganya dan halusinasi tidak berlangsung.
e) Dimensi
spiritual
Secara
spriritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya
terganggu, ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.Ia sering memaki takdir tetapi
lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan danorang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk
4.
Rentang
Respons
Neurobiologis
Gambar 1
Respons Adaptif Respons maladaptif
Pikiran
logis Distorsi
pikiran Gangguan piker/delusi
Persepsi
akurt
Ilusi Halusinasi
Emosi
konsisten reaksi emosi berlebihan Perilaku disorganisasi
dengan paemgalaman atau kutang Isolasi sosial
Hubungan
sosial Menarik diri
Sumber:Stuart and sundeen,(1998) dikutip
oleh Damayanti (2012)
a.
Respons adaptif
Respon adaptif adalah yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku.denagan
kata lain individu tersebut
dalam batasnormal jika menghadapibsuatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut,respon adaptif:
1) Pikiran
logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi
akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi
konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari penagalaman ahli.
4) Perilaku
sosial adalah sikap dan tingkah lakuyang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan
sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
b.
Respon psikososial
Respon psikosial meliput:
1) Proses
pikir tergangguadalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi
adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang ‘penerapan yang-yang
terjadi (objek nyata) karna rangsangan panca indera.
3) Emosi
berlebiahan atau berkuaran.
4) Perilaku
tidak biasa adalah sikap dan laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik
diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c.
Respon
maladaptive
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,adapun respon
maladaptif meliputi:
1) Kelainan
pikiran adalah keyakinan yang seacara kokoh diprtahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertantangan dengan kenyataan sosial.
2) Halusinasi
merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
3) Kerusakan
proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku
tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak
teratur.
5) Isolasi
sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengacam.
5.
Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang belum
diketahui , banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya factor-faktor
psikologi, fisiologik dan lain-lain. Beberapa orang mengatakan situasi keamanan otak normal dibombardir oleh aliran
stimulus yang berasal dari tubuh atau luar tubuh. Jika masukan akan terganggu
atau tidak ada sama sekali saat bertemu dalam keadaaan normal atau patologis,
materi berada dalam prasadar dapat unconcius atau dilepaskan dalam bentuk
halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dari keinginan
yang derepresi ke unconsicius dan kemudian karena kepribadian rusak dan
kerusakan pada realitas tingkat kekuatan keinginan sebelum diproyeksikan keluar
dalam bentuk stimulus eksternal (Damayanti, 2012)
6.
Tahapan
Halusinasi
Menurut yosep (2010) tahapan halusinasi ada lima fase,yaitu:Tabel 1
Tahapan Halusinasi
|
Karakteristik
|
Stage I:Sleep
disorder
Fase awal seseorang
sebelum muncul halusinasi
|
Klien
merasa banyak masalah,ingin menghindar dari lingkungan,takut di ketahui orang
lain bahwa dirinya banyak masalah.Masalah makin terasa sulit karena berbagai
stressor terakumulasi,misalnya kekasih hamil,terlibat narkoba,di hianati
kekasih,tidur larut malam dan bangun sangat siang.Saat terbangun merasa hampa
di kampus,Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support sistem
kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.sulittidur berlangsung
terus menerus sehingga terbiasa
menghayal.klien menganggap lamunan awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
|
Stage
II: comforting
Halusinasisecara
umum ia terima sebagai sesuatu yang di alami
|
Klien
mengalami emosi yang berlanjutseperti adanya perasaan cemas,kesepian,perasaan
berdosa,ketakutan
dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnyakecemasan.ia beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat dia control bila kecemasannya dia
atur,dalam tahap ini ada kecenderungan
klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
|
Stage
III:Condemning
Secaraumum
halusinasisering mendatangi klien
|
Pengalamansensori
klien menjadi sering dating dan mengalami bias.Klien mulai merasa tidak mampu
lagi mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarakantara dirinya dengan
objek yang di persepsikan klien mulai menarik diri dariorang lain,dengan
intensitas waktu yang lama.
|
Stage
IV:Controlling severe level of Anxiety
Fungsi
sensori menjadi tidak relevan dengan
kenyataan
|
Klien
mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.Klien dapat
merasakankesepian bila halusinasinyaberakhir.Dari sinilah di mulai fase
gangguan psikotik.
|
Stage
V:Conquering panic Level of Anxiety
Klien
mengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.
|
Pengalaman
sensorinya terganggu.Klien mulai terancam dengan datangnya suara-suara
terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar
dari halusinasinya.
Halusinasidapat
berlangsung selama minimal empat jam atau seharianbila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.
|
7.
Tanda
dan Gejala
Menurut
Hamid (2000) dikutip oleh Darmayanti & Iskandar (2012), perilaku
pasien yang berkaitan dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
a. Bicara,
senyum dan ketawa sendiri.
b. Menggerakan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat.
c. Tidakdapatmembedakan
antara keadaan nyata dan keadaan tidak nyata.
d. Terjadi
peningkatan denyut jantung pernafasan dan tekanan darah.
e. Perhatian
dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapadetik dan konsentrasi dengan
pengalaman sensorinya.
f. Curiga,
bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan takut.
g. Sulit
berhubungan dengan orang lain.
h. Ekspresi
muka tegangmudatersinggung, jengkel
dan marah.
i. Tidak
mampu mengikuti perintah dari perawat.
j. Tampak
tremor dan berkeringat, perilaku panic.
k. Bertindak
merusak diri,orang lain dan
lingkungan
l. Ketakutan, tidak dapat mengurus diri
8.
Penatalaksanaan
Pengobatan
harus cepat mungkin harus diberikan , disini peran keluarga sangat penting
karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawatpasien,menciptakan
lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Maramis,
2004 dikutip oleh Prabowo 2014).
a. Farmakoterapi
Neuroleptika
dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam
dua tahun penyakit.
Neuroleptika
dengan diosis efek tinggi bermanfaat pada penderita psikomotor yang meningkat.
TABEL
2
KELAS
KIMIA
|
NAMA
GENERIK (DAGANG)
|
DOSIS HARIAN
|
Fenotiazin
|
Asetofanezin
( Tidal )
Klopromazin
(Thorazine )
Flufenazine
( Prolixine , permiti )
Mesoridazine
( Serentil )
Perfenazin
( Trilafon )
Prokloperazine
(compazine )
Promazine
( sparine )
|
60-120
mg
30-800
mg
1-40
mg
30-400
mg
12-64
mg
15-150
mg
40-1200mg
|
Tioksanten
|
Kloprotiksen
( Tarctan )
Tiotiksen
( Nevane )
|
75-600
mg
8-30
mg
|
Butirofenon
|
Haloperidol
( Haldol )
|
1-100
mg
|
Dibenzondiazepin
|
Klozapin(
Clorazil )
|
300-900
mg
|
Dibenzondiazepin
|
Loksapin
( Loxitane )
|
20-150
mg
|
Dihidroindolon
|
Molindone
( Moban )
|
225-225
mg
|
a.
Terapi kejang listrik
Terapi
kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
articial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasng pada
satu atau dua temples , terapi kejang listrik dapat diberikan pada penderita
skizoprenia yang tidak mempan terhadap neroleptika oral atau injeksi . dosis
kejang listrik 4-5 joule/detik.
b.
Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi
suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan dengan
praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembali kemasyarakat, selain itu
terapi kerja sangat baik mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien
lain, perawat , perawat dan dokter. Maksudx supaya pasien tidak mengasinkan
diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang
terdiri dari:
1)
Terapi aktivitas
a)
Terapi music
Fokus: Memainkan alat music bernyanyi yaitu menikmati
dengan relaksasi music yang disukai pasien.
b)
Terapi seni
Fokus:
untuk mengekspresikan perasaan melaui berbagai pekerjaan seni.
c)
Terapi Menari
Fokus
pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d)
Terapi relaksasi
Belajar
dan praktek relaksasi dalam kelompok Rasional: untuk koping mal adptif
/deskriptif, meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
2)
Terapi social
Pasien
belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
3)
Terapi kelompok
a)
Terapi group ( kelompok terapeutik ).
b)
Terapi aktivitas kelompok.
c)
TAK stimulus persepsi : Halusinasi.
d)
Terapi lingkungan
Suasana
rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga ( Home like atmosphere ).
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Klien
yang mengalami halusinasi sukar mengontrol diri dan susah berhubungan dengan
orang lain.untuk itu,perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat
mengenal,menerima dan mengevaluasi perasaan sensitive sehingga dapat memakai
dirinya secara terapeutik dalam merawatklien.Dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien,perawat harus jujur,empati,terbuka dan penuh
penghargaan,tidak larut dalam halusinasi klien
dan tidak menyangkal (Iskandar, 2012).
1.
Pengkajian
Untuk dapat menjaring
data yang diperlukan umumnya,di kembangkan formulir pengkajian dan petunjuk
teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.
Isi
pengkajian meliputi:
a. Identitas
klien
b. Keluhan
utama atau alasan masuk,
c. Faktor
predisposisi,
d. Aspek
fisik atau biologis,
e. Aspek psikososial,
f. Status
mental,
g. Kebutuhan
persiapan pulang,
h. Mekanisme
koping,
i. Masalah
psikososial dan lingkungan,
j. Pengetahuan,
k. Aspek
medik.
Kemudiandatayang
di peroleh dapat di kelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut:
1) Data
objektif ialah data yang di temukan secara fakta.Data ini di dapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
2) Data
Subjektif ialah data yang di sampaikan secara lisan oleh kliendan keluarga.Data
ini di peroleh melalui wawancara perawat
di sebut sebagai data primer,dan data yang di ambil dari hasil catatan tim
kesehatan lain sebagai primer, dan data yang di ambil dari hasil catatan tim
kesehatan lain sebagai data sekunder
a. Data
Fokus
Tabel 3
Jenis halusinasi serta ciri objektif dan
subjektif pada klien
yang
mengalami halusinasi
Jenis halusinasi
|
Data Objektif
|
Data subjektif
|
Halusinasi dengar
(klien mendengar suara
/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata / lingkungan)
|
·
Bicara atau tertawa sendiri.
·
Marah-marah tanpa sebab.
·
Mendekatkan telinga kea rah tertentu.
·
Menutup telinga
|
·
Mendengar suara –suara atau kegaduhan
·
Mendengar suara-suara yang mengajak
bercakap-cakap.
·
Mendengar suara yang menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
|
Halusinasi penglihatan
(klien melihat gambaran yang jelas /samar terhadap adanya stimulus yang nyata
dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya).
|
·
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
·
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
|
·
Melihat bayangan sinar , bentuk
geometris, kartun melihat hantu atau monster.
|
Halusinasi penciuman (klien
mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang
nyata).
|
·
Mengendus-endus seperti sedang mebaui
bau –bauan tertentu.
·
Menutup hidung.
|
·
Mebaui bau-bauan seperti bau darah ,
urine , feses , dan terkadang bau-bau tersebut menyenangkan bagi klien.
|
Halusinasi pengecapan ( klien merasakan sesuatu yang tidak
nyata , biasanya merasakan rasa makanan tidak enak).
|
·
Sering meludah.
·
Muntah.
|
·
Merasakan rasa seperti darah , urine ,
atau feses.
|
Halusinasi peraban ( klien merasakan sesuatu
pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata)
|
·
Menggaruk-garuk permukaan kulit .
|
·
Mengatakan ada serangga di permukaan
kulit.
·
Merasa seperti tersengat listrik.
|
Halusinasi kinestik (klien
merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya
bergerak).
|
·
Memegang kakinya yang dianggapnya
bergerak sendiri.
|
·
Mengatakan badanya melayang diudara.
|
Halusinasi visceral (perasaan tertentu timbul dalam
tubuhnya).
|
·
Memegang badannya yang dianggapnya
berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya.
|
·
Mengatakan perytnya menjadi mengecil
setelah minum soft drink.
|
Yosep iyus, (2007) dikutip oleh Prabowo dan Budi (2014)
b.
Daftar masalah keperawatan
1) Risiko
Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri,orang lain,lingkungan).
1) Gangguan
Persepsi Sensori:Halusinasi Pendengaran.
2) Isolasi
Sosial
C.
Pohon
Masalah
Gambar 2
Effect
|
Isolasi sosial
|
Resiko Perilaku Kekerasan
|
Gangguan
sensori persepsi ; halusinasi pendengaran
|
Causa
|
Core problem
|
Sumber:Eko prabowo 2014
1. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan
Persepsi Sensori:Halusinasi Pendengaran.
b.
Isolasi
sosial
c.
RisikoPerilaku Kekerasan (Pada diri
sendiri,orang lain,lingkungan dan verbal).
2. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan menurut Stuart Lara
(2001) dikutip oleh Direja (2011)
Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum,
tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelasaian masalah (p) dari diagnosis
tertentu, Tujuan umum bisa tercapai jika serangkaian tujuan khusus telah
trrcapai
Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi(E) dari
diagnosis tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampaun yang perlu
dicapai atau dimiliki klien, umumnya kemampuan klien pada tujuan khusus dapat
dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperliukan untuk
menyelsaikan etiologi dari diagnosis keperawatan, kemampuan psikomotor yang
diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan kemampuan efek yang perlu dimiliki
agar klien percaya pada kemampuan menyelsaikan masalah.
3. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh
berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang
biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis,yaitu apa
yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan
klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek
legal.
Sebelum melaksanakan tindakan yang dudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakan tindakan masih sesuai dan
diutuhkan oleh klien saat ini,( here and now). Perawat juga menilai diri
sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal
yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali
apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tindakan tidak ada hambatan maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melakukan tindakan
keperawatan,perawat membuat kontrak( inform consent) dengan klien yang isinya
menjelaskan apa yang akan dilaksanakan
dan peran serta yang diharapkan dari klien.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses kelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi
menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, Evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
S.O.A.P diantaranya sebagai berikut:
S : Respon
subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Dapat diukur dengan menanyakan
:”Bagaimana perasaan bapak setelah latihan nafas dalam?”
O : Respon
obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat
dukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau
menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai
dengan hasil observasi.
A : Analisa
ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraksi dengan masalah yang
ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan
P : Perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri
dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawat
BAB
III
TINJAUAN KASUS
Tgl. MRS : 02 Agustus 2011
Tgl.Pengkajia :
03 Agustus2015
No.
Register : 371
Ruangan : Cempaka
Dx.
Medis : SKIZOFRENIA
A.
Pengkajian
1.
Biodata
a.
Identitas Klien
Nama :
Tn. ‘A’
Umur : 42 Tahun
Informan : Pasien dan Rekam medik
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Status perkawinan : kawin
Pendidikan : SMP
Alamat : Makassar
b.Identitas
Penanggung
Jawab
Nama : Ny “H”
Agama : islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Hubungan dengan klien :
Saudara kandung
2. Alasan Masuk
a. Riwayat
keluhan utama: pada tanggal 02 Agustus
2011 klien masuk ke klimik avicena untuk yang ke-3 kalinya dengan alasan klien
mengamuk dan melempar barang-barang,klien juga pernah memukul ayahnya karena
klien tidak di kasi uang,.klien mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan
yang isinya “REHAP ANTO”
b. keluhan
saat di kaji : klien mengatakan sering
mendengar suara waktu pagi hari dan saat klien sendiri,klien mendengar
suara-suara bisikan 2-3 kali dalam sehari,isi suara yang sering di dengar yaitu
“REHAP ANTI-REHAP ANTO”
Masalah
keperawatan: Gangguan persepsi sensori :Halusinasi pendengaran.
3. Faktor Predisposisi
a.
Klien Pernah
mengalami gangguan jiwa 8 tahun yang
lalu pada tgl 02 AGUSTUS 2008
b.
Pengobatan yang dijalani klien sbelumnya kurang berhasil karena
klien tidak rutin minum obat,klien juga malas datang kontrol ke rumah sakit
c.
Klien pernah menjadi korban aniaya fisik oleh ayahnya karena klien
mengambil uang ayahnya
d.
Saat di
kaji klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e.
Klien mengatakan
pengalaman masa lalu yang tidak menyenagkan adalah klien cerai dengan isterinya
karena klien merasa suda tidak cocok
Masalah Keperawatan
:Resiko perilaku kekerasan
4. Pemeriksaan Fisik
a.
Tanda-tanda
vital
Tekanan Darah :110/60 mmHg
Nadi : 116 x/mnt
Suhu : 36oC
Pernafasan :
24 x/mnt
b.
Bb: 73 Kg Tb : 1565cm
c.
Keluhan fisik :saat dikaji klien tidak memiliki keluhan fisik
apapun,klien mengatakan bahwa keadaanya baik-baik saja
Masalak keperawatan: Tidak ada
5. Faktor Psikososial
Gambar
3
Genogram 3 generasi
G I
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
42
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
?
|
16
|
Ket:
: Laki- laki
: Perempuan
:
Garis perkawinan
:
Garis keturunan
:
Klien
? : Umur tidak di ketahui
:
Meninggal
------- :
Tinggal serumah
G1 : kakek
dan nenek klien sudah meninggal,tidak di
ketahui pebabnya
GII
: ibu klien sudah meninggal dunia,klien tunggal serumah dengan
ayah dan saudara perempua klien.
GIII : Klien
anak ke-10 dari 10 bersaudara, klien sekarang berada di klinikavicena ,klien memiliki 1 orang anak yangb diasuh oleh istrinya dan tidak
menikah.
Kesimpulan:
tatanan yang ada dalam keluarga tersebut adalah tife keluarga inti,pola asuh
klien di asuh oleh kedua orang tuanya semasa kecil,sehingga sekarang klien
masih tinggal bersama ayah dan saudara perempuannya
a) Konsep
Diri
1. Citra tubuh : klien menganggap diri dan tubihnya biasa-biasa saja dan
klien merasa di aggota tubuhnya yang pling di suka adalah hidungnya
2. Identitas
:klien menyadari bahwa dirinya seorang
laki-laki dan klien merupakan anak ke-10 dari.
3. Peransebelum sakit: klien adalah seorang kepala keluarga dalam keluarganyan
saat sakit: klien adalah seorang
pasien di klinik avicen .
4. Ideal
Diri : klien berharap bisa segera
sembuh dan pulang kerumahnya dan bisa diterima oleh masyarakat terutama
keluarganya
5. Harga
Diri : klien adalah seorang yang
pendiam,klien merasa senang kalau berkumpul bersama teman- temannya,klien tidak
merasa malu atau minder saat berinteraksi di lingkungan sosialnya
Masalahkeperawatan:
Tidak ada
b) Hubungan
Sosial
1.
Orang
terdekat: Klien mengatakan orang yang berarti dan klien sayangi adalah ibunya
2.
Peran
serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:Klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok dimasyarakat.
3.
Hambatan:Klien
tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang laen.
Masalah
keperawatan: Kerusakan interaksi sosial
4. Nilai dan keyakinan:Klien memiliki keyakinan bahwa
penyakitnya bisa sembuh
5.
Kegiatan
ibadah:Klien terkadang melakukan ibadah tetapi sering juga tidak melakukan
kegiatan ibadah karena terganggu dengan suara-suara yang di dengarnya
6.
Status
Mental
a. Penampilan
Klien terlihat rapi dan bersih,kuku jarai-jari kaki dan
tangan klien nampak brsih dan pendek
Masalah
keperawatan:Tidak ada
b. Pembicaraan
-
bicara
klien cepat dan jelas
-
klien
mampu menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh perawat
Masalah
keperawatan : kerusakan
komunikasi verbal
c.
Aktivitas
motori
-
klien
terlihat gelisah dan lesu
-
kebanyakan
waktu di habiskan untuk tidur
Masalah
keperawatan: Intoleransi aktvitas
d.
Alam
perasaan
-
kien
merasa kwatir dengan keadaannya
-
klien
merasa takut jika keluarganya tidak datang menjemput sesuai janjinya.
Masalah
keperawatan :Ansietas
e.
Afek
Klien
bisa tersenyum dan sedih ketika diberi stimulus emosi yang kuat / Afek tumpul.
Masalah
keperawatan : tidak ada masalah.
f. Interaksi
dalam wawancara
-
klien
bersedia menjawab pertanyaan yang di ajukan
-
kontak
mata kurang dan cendrung melihat ke arah lain
Masalah
keperawatan:kerusakan interaksi sosial
g. Persepsi
Halusinasi
Klien
mengatakan sering mendengar suara-suara yang mengejek dan membuat klien tersinggung,isi suara yang di
dengar yaitu ‘‘REHAP ANTO-REHAP ANTO’’ klien mengatakan sering mendegar
suara-suara tersebut pada waktu pagi hari dan saat sendiri,hal ini di alami 2-3
kali dalam sehari,saat klien mendengar suara-suara tersebut klien menjadi marah
karena klien merasa tersinggung
Masalah keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
h.
Isi pikir
Klien tidak memiliki gangguan isi pikir
Masalah
keperawatan: Tidak ada
i.
Arus
pikir
sirkumustansial:
Pembicaraan klien berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan ,namu klien tetap terus di arahkan
Masalah
keperawatan: perubahan proses pikir.
j.
Tingkat kesadaran
-
klien
menyadari sepenuhnya kalau klien berada di RS/klinik avicena,klien juga
mengetahui kapan dan siapa yang membawanya ke klinik
Masalah
keperawatan: Tidak ada masah
k.
Memori
-
Daya ingat
klien baik,klien masih bisa mengingat kejadian yang terjadipada masa lalu
maupun pada saat ini
Masalah
keperawatan: Tidak ada masalah
l.
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien
mampu berhitung 1-10 ,
dapat menjawab pertanyaan ketika ditanya penjumlahan seperti 5+6=11 dan pengurangan seperti 7-2=5
Klien
kurang mampu berkonsentrasi karena pasien meminta pertanyaan diulang.
Masalah
keperawatan: Tidak ada masalah
m.
Kemampuan penilaian
Klien
gangguan ringan, klien dapat memilih makan dulu sebelum
mandi. Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
n.
Daya tilik Diri
-
klien
menyadari bahwa dirinya sakit,dan klien juga menyadari bahwa klien berada di
klinik avicena
Masalah
keperawatan: Tidak ada masalah
7.
Kebutuhan
Persiapan Pulang
a.
Makan
-
klien
makan 3x sehari yaitu pagi,siang dan malam dengan porsi makan sedang yang
terdiri dari Nasi,Sayur,Ikan/tahu
-
klien
mampu makan sendiri tanpa bantuan
b.
Eliminasi BAB/BAK
Klien
mampu melakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain, dapat juga membersihkan wc
setelah menggunakannya.
c.
Mandi
Klien
mampu mandi sendiri tanpa bantuan oleh perawat
maupun dengan bantuan orang lain, klien mandi menggunakan sabun mandi
serta mencuci rambut dengan shampo, menggosok gigi dengan pasta gigi, klien
mengatakan mandi 2 x sehari
d.
Berpakaian
Klien
berpakaian sendiri,tanpa di bantu oleh orang lain. Klien
ganti baju 1x sehari..
e.
Istirahat dan tidur
Klien
mengatakan tidur siang selam 3 jam mulai jam 2-4 siang, sedangkan tidur malam selama 9 jam dari jam 8 malam-5 pagi. Klien
mengatakan hanya kadang-kadang mengalami gangguan tudur pada saat malam hari
f.
Penggunaan obat
Dalam
penggunaan obat klien mampu minum obat sendiri, klien tidak mampu mengetahui nama-nama obat , dosis, manfaat minum obat dan efek
yang ditimbulkan setelah minum obat .
g.
Pemeliharaan dan kesehatan
Klien
masi memerlukan perawatan lanjutan, klien sampai sekarang masih berada dirumah sakit/klinik, dan perawatan pendukung kurang karena selama dirawat keluarga
klien jarang menjenguknya.
h.
Kegiatan di dalam ruangan
Klien
mengatakan dirumahnya selalu menjaga kebersihan rumah dengan menyapu,mengepel lantai, mencuci mobil,mengelap kaca rumah
8.
Mekanisme
Koping
a. Adaptip
-
Klien mampu
mengungkapkan perasaannya
b. Maladaptip
-
klien
sering mendengar suara-suara yang menghina dan mengejek dirinya
Masalah keperawatan : Tidak ada
9.
Pengetahuan
klien mengetahui tentang penyakit yang di deritanya
klien tahu jika penyakitnya muncul kembali haruS dI bawa
ke RS
Masalah
keperawatan : Tidak ada
10. Aspek Medik
Diagnosa:
Schizofrenia
Terapi
medik:
·
HLP 5g
·
CPZ 100g
·
SEZORIL
25g
·
HEXIMER
2g
·
ZEVITU
11. Daftar Masalah Keperawatan
·
Risiko
Perilaku Kekerasan
·
Gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
·
Isolasi
Sosial
·
Gangguan
komunikasi verbal
·
Ansietas
·
Kerusakan
interaksi sosial
·
Perubahan
proses pikir
B.
Analisa Data
Analisa
Data
Tabel 4
No.
|
Data
|
Masalah
|
1.
|
Ds:
-klien mengatakan jika mendengar
suara-suara klien merasa tersinggung dan klien marah.
Do:
- klien mudah tersinggung
-mata klien nampak melotot
|
Resiko
perilaku kekerasan
|
2.
|
Ds:
-klien mengatakan sering mendengar
suara-suara di pagi hari,isi suara-suara tersebut “REHAP “ANTO
Do:
-kontak mata kurang
-klien selalu melihat ke objek lain
|
Gangguan
persepsi
Sensori
: Halusinasi Pendengaran
|
3.
|
Ds
:
-klien mengatakan tidak mau bergaul dengan pasien lain
karena merasa tidak butuh dengan mereka.
-klien mengatakan lebih suka sendiri
karena tidak ada yang ganggu
Do
:
-
klien jarang berinteraksi dengan
orang lain
-kebanyakan waktu klien,klien
habiskan untuik tidur
|
Isolasi
sosial
|
C. Pohon Masalah
Gambar
4
Resiko
Perilaku Kekerasan
|
Effect
|
(efek/ akibat)
Core
problem
|
Gangguan sensori persepsi ; halusinasi
pendengaran
|
(masalah utama)
Causa
|
Isolasi sosial
|
Penyebab/etiologi
D.
Diagnosis
Keperawatan
Tabel
5
No.
|
Diagnosa
|
Tanggal
ditemukan
|
Tanggal
teratasi
|
1.
|
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
|
03Agustus 2015
|
05 Agustus 2015
|
2.
|
Isolasi sosial
|
03 Agustus 2015
|
-
|
4.
|
Resiko tinggi perilaku kekerasan
|
03Agustus 2015
|
-
|
Stratergi pelaksa Tindakana Keperawatan Dengan Diagnosa
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
SP1P
a. Mengudentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
pasien
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Mengidentifikasi cara menghardik halusinasi
h. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam kegiatan harian
SPIIP
a. Mengepaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengguanaan obat
secara teratur
c. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian klien
SPIIIP
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
c. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadawal kegiatan
harian
SPIVP
a. Msngevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan
c. Mengamjurkan kepada klien untuk memasukan kedalam jadwal
jadwal kegiatan harian
SP IK
a. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam
merawat klien
b. Menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala
halusinasi, jenis halusinasi serta proses terjadinya halusinasi
SP IIK
a. Melatih keluarga mempratekkan cara merawat klien dengan
halusinasi
b. Melatih keluarga mempratekkan cara merawat langsung klien
dengan halusinasi
SP IIIK
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
b. Jelaskan follow up klien stelah pulang
INTERVENSI
Tabel 6.
Tgl
|
No.
Dx
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Perencanaan
|
||
Kriteria evaluasi
|
Intervensi
|
Rasional
|
||||
|
|
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
|
SP1P:
Klien mampu mengenali halusinasi yang
dialaminya: isi , frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan respon.
|
Setelah dilakukan interaksi, Klien mampu
mengenali halusinasi yang dialaminya : isi , frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus , perasaan dan respon.
|
SP1P
Diskusikan dengan pasien isi, frekuensi ,
waktu terjadi ,situasi pencetus, perasaan,respon terhadap halusinasi.
|
Ungkapan dari klien mengenai isi ,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan , respon terhadap halusinasi menunjukkan apa yang di butuhkan
dan dirasakan oleh klien.
|
|
|
|
SP2P:
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
|
Setelah dilakukan interaksi, Klien mampu mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
|
SP2P
Jelaskan dan latih cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
|
Tindakan menghardik merupakan salah satu
upaya untuk mengontrol halusinai
|
|
|
|
SP3P:
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara obat secara teratur
|
Setelah dilakukan interaksi, Klien mampu
mengontrol halusinasi dengan cara obat secara teratur
|
SP3P
Jelaskan dan latih cara mengontrol
halusinasi halusinasi dengan menggunakan obat secara teratur.
|
Menggunakan obat secara teratur merrupakan salah satu tindakan yang dapat
mengendalikan halusinasi
|
|
|
|
SP4P:
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap.
|
Setelah dilakukan interaksi, Klien mampu
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
|
SP4P
Jelaskan dan latih cara mengontrol
haslusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
|
Bercakap-cakap dengan orang lain merupakan
salah satu tindakan yang dapat mengendalikakn halusinasi.
|
|
|
|
SP5P:
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan
cara melakukan aktifitas.
|
Setelah dilakukan interaksi, Klien mampu
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
|
SP5P
Jelaskan dan latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktifitas yang terjadwal
|
Melakukan kegiatan di RS yang sesuai dengan
kegiatan yang biasa dilakukan klien di rumah merupakan salah satu tindakan
yang dapat mengendalikan halusinasi
|
|
|
Perilaku kekerasan
|
SP1P:
Klien mampu Mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan serta mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik
nafas dalam dan memukul kasur
|
Setelah di lakukan interaksi, klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
|
SP1P:
Jelaskan tanda dan gejala penyebab dan
akibat perilaku kekerasan serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal.
|
Menentukan mekanisme koping yang
dimiliki klien dalam menghadapi
masalah awal dalam menyusun strategi
berikutnya.
Tarik nafas dalam dapat mengurangi
keinginan klien melakukan perilaku kekerasan
Memukul benda yang empuk berupa bantal atau guling dapat mengurangi
keinginan klien untuk melakukan perilaku kekerasan
|
|
|
|
SP2P:
Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara minum obat secara teratur
|
Setelah di lakukannya interaksi, Klien
mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur
|
SP2P:
jelaskan dan latih klien minum obat dengan
prinsif 6 benar , manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat.
|
Menggunakan obat secara teratur
merrupakan salah satu tindakan yang
dapat mengendalikan perilaku kekerasan
|
|
|
|
SP3P:
Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara verbal / bicara baik-baik
|
Setelah di lakukannya interkasi, Klien
mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal / bicara baik-baik
|
SP3P:
Latih cara verbal / bicara baik-baik
|
Cara verbal (mengungkapkan/menolal dengan
cara baik) dapat mengurangi keinginan klien untuk melakukan perilaku
kekerasan
|
|
|
|
SP4P:
Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual.
|
Setelah di lakukannya interaksi, Klien
mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
|
SP4P:
Latih cara spiritual
|
Cara spiritual (berwudhu, sholat, dan
berdo’a) dapat mengurangi kemarahan
|
|
|
Isolasi Sosial
|
SP1P
;
Klien
mampu mengenal masalah isolasi sosial
|
Setelah
di lakukannya interaksi, Klien mampu
mengenal masalah isolasi sosial
|
SP1P
jelaskan
tanda dan gejala , penyebab dan akibat isolasi social
|
|
|
|
|
SP2P
:
Klien mampu berkenalan dengan perawatatau
klien lain.
|
Setelah
di lakukannya interaksi, Klien mampu
berkenalan dengan perawatatau klien lain.
|
SP2P
:
Jelaskan
dan latih klien berkenalan
|
Melibatkan klien dalam berinteraksi sosial akan mendorong
klien untuk melihat dan merasakan secara langsung keuntungan dari
berinteraksi sosial serta meningkatkan konsep diri klien
|
|
|
|
SP3P
:
Klien
mampu bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
|
Setelah
di lakukannya interaksi , Klien mampu
bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
|
SP3P
:
Jelaskan
dan latih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
|
Memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian akan membantu klien mencapai interaksi sosial secara bertahap
|
|
|
|
SP4P
:
Klien mampu berbicara social : meminta
sesuatu , berbelanja dan sebagainya
|
Setelah
di lakukannya interaksi Klien mampu berbicara social : meminta sesuatu ,
berbelanja dan sebagainya -
|
SP4P
:
Jelaskan
dan latih berbicara social : meminta sesuatu , berbelanja dan sebagainya.
|
Melibatkan klien dalam berinteraksi sosial akan mendorong
klien untuk melihat dan merasakan secara langsung keuntungan dari
berinteraksi sosial serta meningkatkan konsep diri klien
|
Implementasi dan
Evaluasi
Tabel 7
No
|
Hari/Tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
Senin/
03/08/2015
Selasa/
04/08/2013
Rabu/
05/08/2015
Rabu/
05/08/2015
|
09.30
11:50
10;35
12;05
10.00
|
Melakukan
SP 1,Gangguan Persepsi sensori:
Halusinasi
Pendengaran.
1.
Mengidentifikasi
jenis Halusinasi
Hasil: Halusinasi pendengaran
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
Hasil: isi suara yang klien dengar adalah “REHAP ANTO”
3.
Mengidentifikasi
waktu halusinasi
Hasil: klien sering mendengar suara-suara pada waktu
pagi hari
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
Hasil:klien mendengar suara-suara tersebut 2-3 kali
dalam sehari
5. Mengidentifikasi situasai yang menimbulkan halusinasi
klien
Hasil:klien mendengar suara-suara pada saat klien
sendiri dan saat suasan sunyi
6.
Mengidentifikasi
respon klien terhadap halusinasi
7.
Hasil:
klien merasa tersinggung dan marah
Melakukan SP 2,Gangguan
Persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
1. Menjelaskan
dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan menggunakan obat secara teratur
Hasil:klien minum obat 3x sehari
Melakukan SP 3,Gangguan
Persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
1. Menjelaskan
dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
Hasil:klien menutup telinga sambil berkata”
PERGI-PERGI,SAYA TIDAK SUKA KAMU”
Melakukan SP 4,Gangguan
Persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
1. Menjelaskan
dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.
Hasil: klien mempraktekannya denga perawat
Melakukan SP 5,Gangguan
Persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
1.
Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan aktivitas yang terjadwal.
Hasil:klien
mau menerima saran yang di berikan oleh perawat
|
Pukul 09:45
SP1P
S:
ü
Klien mengatakan isi halusinasinya yaitu
mendengar suara yang mengejeknya
ü
Klien
mengatakan masih mendengar suara-suara
ü
Klien
mengatakan suara itu muncul 2-3kali sehari
ü
Klien
mengatakan suara itu muncul di waktu pagi hari
ü
Klien
mengatakan melawan suara-suara yang di dengarnya
O:
klien mempratekkan cara menghardik
halusinasi.
A:
Halusinasi (+),isolasi(+)resiko
perilaku kekerasan(+)
P:
Lanjutkan Sp 2
Mengontrol halusinasi dengan cara
menggunakan obat
SP2P
S: Klien mengatakan minum
obat secara teratur.
O: Klien mampu menyebutkan jumlah obat dan warna obat yang di minum
A: A:Halusinasi(+),isolasi(+),resiko perilaku kekerasan(-)
P: Lanjutkan Sp 3
Mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
SP3P
S: : Klien berbicara dengan temannya pada saat
halusinasinya muncul.
O: Klien dapat mencontohkan mengontrol halusinasinya dengan cara
berbicara/bercakap.
A: Halusinasi(+)
P: Lanjutkan Sp 4
Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegitan harian seperti menyapau dan merapikan
tempat tidur
SP4P
S: Klien merasa senang
mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
aktivitas.
O: Klien mampu menyebutkan
kegiatan hariannya merapikan tempat tidur dan melipat pakaian.
A: Halusinasi(+)
P: Lanjutkan Sp 4
Evaluasi kegiatan dan nilai apakah
halusinasi terkontrol .
SP5P
S: Klien mengatakan tidak mendengar
suara-suara bisikan lagi.
O:
Klien mampu mengontrol halusinasinyadengan4
cara.
A: Halusinasi(+)
P: Evaluasi semua kegiatan
harian
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada
pasien Tn.“A” dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran di Perawatan cempaka klinik avicena Provinsi Sulawesi Selatan dari
tanggal 03 – 05 agustus 2015. Maka pada bab ini akan diuraikan beberapa
kesenjangan yang ada dan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan dalam
penerapan asuhan keperawatan yaitu:
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan,Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien, Data yang dikumpulkan meliputi data biologis ,
psikologis sosial dan spiritual
Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat di kelompokkan menjadi faktor
predisposisi faktor predispitasi , penilaian terhadap stressor, sumber koping
dan kemampuan koping yang dimiliki klien
(Larai, 2001 dikuti oleh Direja 2011 )
Pada pengkajian secara teori menurut Hamid ( 2000 ) dikutip oleh Damayanti ( 2012 ), Asuhan
keperawatan jiwan dinyatakan bahwa
perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
b. Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat dan respon verbal yang lambat.
c. Menarik diri dari orang lain
d. Berusaha menghindari orang lain
e. Tidak
dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan tidak nyata.
f. Terjadi
peningkatan denyut jantung pernafasan dan tekanan darah.
g. Perhatian
dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan konsentrasi dengan
pengalaman sensorinya.
h. Curiga,
bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya ) dan takut.
i. Sulit
berhubungan dengan orang lain.
j. Ekspresi
muka tegang, muda tersinggung , jengkel dan marah.
k. Tidak
mampu mengikuti perintah dari perawat.
l. Tampak
tremor dan berkeringat , perilaku panic
Sedangkan pada pasien tn.A dengan perubahan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di dapatkan beberapa data yang sama pada teori tetapi
ada juga data yang tidak terdapat di dalam teori
Perilaku klien tn.A
memperhatikan data sebagai berikut
a. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang mengejeknya
b. Klien mengatakan suara itu muncul pada waktu pagi hari
c. Klien kadang bicara sendiri
d. Klien mengatakan
jika ada masalah klien langsung marah-marah dan memecahkan barang
e. Afek tumpul( klien selalu merespon dengan apa yang di
tanyakan
f. Klien menyadari dirinya mengalami gangguan jiwa karena
klien setress
Kesenjangan ini terjadi
karena klien telah mendapatkan pengobatan dan perawatan sehingga klien sudah
dapat beradaptasi terhadap permasalahan yang ada.
Hambatan pada awalnya timbul kesulitan dalam pengambilan
anamnese dengan klien karena klien sulit mengunggkapkan masalahnya.
Namun setelah diadakan
pendekatan dan salam terapeutik dengan klien sehingga klien mau mengunggkapkan
masalahnya.
Pengkajian pada status
mental meliputi
a. Penampilan
Klien nampak rapi,klien
mengatakan rajin mandi setiap harinya dan mengganti pakaiannya sehabis
mandi,kuku klien tampak bersih dan pendek
b. Pembicaraan
Bicara
klien cepat dan jelas, klien mampu menjawab pertanyaan yang di ajukan
c. aktivitas motorik
klien
terlihat gelisah dan lesu,kebanyakan waktu klien habiskan untuk tidur
d. alam perasaan
Klien
mengatakan kwatir dengan keadaannya,klien takut jika keluarganya tidak datang
menjemput sesuai janjinya
e. afek
ekspresi
yang ditunjukkan klien saat diberi stimulus sesuai dengan stimulus yang
diberikan
f. interaksi selama wawancara
Kontak
mata kurang dan cenderung melihat ke aarah lain
g. persepsi
Klien
mengatakan sering mendengar suara-suara yang mengejeknya dan membuat klien
tersinggung
h. proses pikir
Pembicaraan
klien berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan
i. isi opikir
klien
tidak mengalami gangguan isi pikir
j. tingkat kesadaran
klien
menyadari sepenuhnya bahwa klien sedang berada di RS/klinik avicena,klien juga
mengetahui kapan dan siapa yang membawanya ke RS/klinik avicena
k. memori
Daya
ingat klien baik,klien masih bisa mengingat kejadian yang terjadi pada masa
lalu maupaun saat ini
l. tingkat kosentrasi dan berhitung
Perhatian
klien mudah terganti dari satu objek ke objek yang lain, sedangkan kemampaun
berhitung dari 1-10 baik
m. kemampuan penilaian
Klien dapat
mengambil keputusa yang sederhana meskipun tanpa bantuan
n. daya titik diri
Klien
menyadari bahwa dirinya sakit,dan klien juga menyadari bahwa dirinya berada di
klinik avicena
B.
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik
aktual maupun potensial( Stuart dan Laraia 2001, dikutip oleh Direja 2011))
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering di
temukan pada klien dengan halusinasi menurut Mukhripah Damaiyanti &
Iskandar (2012) yaitu
1. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan verbal)
2. Gangguan persepsi sensori:Halusinasi
3. Isolasi sosial
Sedangkan
diagnosa keperawatan yang di angkat saat merawat klien Tn.A tidak jauh berbeda
dengan teori,diagnosa keperawatan pada klien tn.A adalah
a. Perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori:halusinasi pendengaran
c. Isolasi sosial
Kesenjanagan antara teori dan kasus nyata Tn.A terdapat
pada diagnosa I,II dan III yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi
penglihatan, Isolasi sosial, Resiko perilaku kekerasan.
C. Perencanaan
Perencanaan
tindakan keperawatan menurut Stuart (2001) dikutip oleh Dirwja (2011)
Perencanaan
terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan
keperawatan. Tujuan umum berfokus pada
penyelasaian masalah (p) dari diagnosis tertentu, Tujuan umum bisa
tercapai jika serangkaian tujuan khusus telah trrcapai
Tujuan khusus berfokus Pada penyelasaian
etiologi(E) dari diagnosis tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan
yang perlu dicapai atau dimiliki klien, umumnya, kemampuan klien pada
tujuan khusus dapat di bagi menjadi tiga
aspek yaitu kemampuan kognitif yang di perlukan untuk menyelsaikan etiologi
dari diagnosis keperawatan, kemampuan
psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi,dan kemampuan efektif
yang perlu dimiliki agar klien percaya pada kemampuan menyelsaikan masalah
D.
Implementasi
Implementasi
tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata, implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan
rencana tidak tertulis,yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang
dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan klien dan perawat jika tindakan
berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.
Sebelum
melaksanakan tindakan yang dudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat, apakan tindakan masih sesuai dan diutuhkan oleh klien saat ini,( here
and now). Perawat juga menilai diri sendiri , apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk melaksanakan
tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien. Setelah
tindakan tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada
saat akan melakukan tindakan keperawatan,perawat membuat kontrak( inform
consent) dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dilaksanakan dan peran serta yang
diharapkan dari klien.
E.
Evaluasi
Evaluasi
adalah proses kelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu
evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, Evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.
Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan S.O.A.P diantaranya sebagai
berikut:
S : Respon
subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Dapat diukur dengan menanyakan
:”Bagaimana perasaan bapak setelah latihan nafas dalam?”
O : Respon
obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat
dukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau
menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai
dengan hasil observasi.
A : Analisa
ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraksi dengan masalah yang
ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan
P : Perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri
dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh perawa.
Hasil yang diharapkan
pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah:
1. Klien
mampu mengenal halusinasi yang dialaminya : isi , frekuensi , waktu terjadi ,
situasi pencetus perasaan , respon
2. Klien
mampu mengontrol halusinasini dengan cara menghardik.
3. Klien
mampu mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
4. Klien
mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
5. Klien
mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang telah di
lakukan penulis maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada pengkajian klien, data yang ditemukan pada
kasus tidak semuanya ditemukan sesuai dengan yang ada pada teori. Hal ini
menunjukkan bahwa respon individu terhadap masalah berbeda-beda dan dalam hal
ini ditunujukkan bahwa terjadi kesenjangan antara teori dan kasusdan begitupun
sebaliknya.
2.
Menurut teori pada klien dengan halusinasi
pendengaran terdapat lima diagnose, yaitu risiko perilaku kekerasan, gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran, isolasi sosial, deficit perawatan
diri, dan gangguan konsep diri harga diri rendah. Sedangkan pada kasus Tn.”A”
hanya ditemukan 3
diagnosa, yaitu risiko perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran, dan isolasi
sosial, Pada perencanaan, rencana yang disusun sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien dan tetap mengacu pada masalah utama yang muncul dengan pedoman
pada teori yang sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dan hasil yang optimal
3.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sebagian
intervensi yang di terapkan sudah di laksanakan namun ada masalah intervensi
keperawatan yang tidak dapat di laksanakan karena waktu, tenaga perawat dan
ketidak ikutsertaan keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
4.
Evaluasi hasil asuhan keperawatan di peroleh
bahwa lima asuhan keperawatan yang muncul hanya teratasi semua. Hal ini terjadi
karena adanya hambatan yaitu:
a.
Jumlah perawat yang kurang di banding dengan
jumlah klien.
b.
Perawat dalam memberikan Healt Education belum
di lakukan secara intersif.
c. Kurangnya
partisipasi keluarga dalam proses penyembuhan.
d.
Waktu yang di laksanakan dalam pelaksanaan
studi kasus tidak cukup.
Di
dapatkan pula perubahan yang terjadi dalam perilaku klien setelah di berikan
asuhan keperawatan selama 3 hari, yaitu ekspresi wajah klien ceria, kontak mata
di pertahankan, klien mengetahui cara mengontrol halusinasi, dan Klien mau
berinteraksi dengan orang lain.
5.
Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus,
ada beberapa kesenjangan yang muncul karena keterbatasan waktu, kurangnya
sarana dan adanya respon yang berbeda-beda, serta ketidak ikutsertaan keluarga
dalam perawatan klien.
6.
Pada pendokumentasian keperawatan tidak begitu
sempurna karena adanya keterbatasan waktu, sarana dan prasarana.
B.
Saran-Saran
Untuk
mencapai pelayanan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori
secara optimal maka hendaknya:
1. Bidang
Akademik
Hendaknya
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang dalam bidang
keperawatan.
2. Rumah
Sakit
Hendaknya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang mengalami
gangguan persepsi sensori ; Halusinasi Pendengaran.
3. Penulis
Hendaknya
meningkatkanpengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengklasifikasikan
ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan serta untuk menambah penegtahuan
dan keterampilan di dalam menangani klien dengan masalah utama gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
4. Klien
dan keluarga
Hendaknya klien dan keluarga mampu menangani
atau menyikapi masalah gangguan persepsi sensori; Halusinasi Pendengaran.
5.
Profesi keperawatan:Hendaknya meningkatkan pengetahuan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan jiwa,
khususnya pada Halusinasi Pendengara
Strategi
pelaksanaan SPI P
“Halusinasi”
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
-
klien
mengatakan sering mendengar suara-suara
-
klien
sering melamun
-
kadang
tertawa sendiri
2. Diagnosa keperawatan
-
Gangguan
persepsi sensori:halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien
mampu untuk mengenali halusinasi,jelaskan bagaimana mengontrol
halusinasi,dengan cara yang bisa di lakukan adalah menghardik atau melakukan
tindakan yang tidak membahayakan
4. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi jenis halisinaasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
pasien
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
g. Mengidentifikasi cara menghardik halusinasi
h. Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam kegiatan harian
B. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
“assalammualaikumm,,,,Sealamt pagi pak”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan bapak hari ini”?
3. Kontrak
-
Topik
Baiklah pak,seperti janji kita tadi kita akan
brbincang-bincang tentang halusinasi dan cara mengontrol halusinasi
-
Tempat
Bapak lebih suka berada dimana? Atau disini saja pak
-
Waktu
Kira-kira berapa lama saya boleh berbincang dengan bapak?
Bagaimna kalau 20 menit
C. Fase kerja
Apakah
bapak sering mendengar suara-suara tanpa adanya wujud?Apakah suara itu
terus-menerus bapak dengar? Atau hanya sewaktu-waktu?kapan suara itu seringa
bapak dengar? Apa yang bapak rasakan saat mendengar suara itu? Bagaimna kalau
kita belajar cara menghilangkna suara itu?
Bapak! Ada
empat cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah agar sura-suara itu hilang
Pertama:dengan cara
menghardik suara tersebut
Kedua:minum obat dengan
teratur
Ketiga: berbincang-bincang
dengan orang laen
Keempat: melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal/aktivitas “Bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu,yaitu dengan cara menghardik “ Caranya sebagai berikut: Ketika suara itu
bapak dengar mohon tutup telinga bapak kemudian katakan ”pergi-pergi saya tidak
suka kamu” katakan kata-kata itu berulang-u;lang sampe suara yang bapak dengar
menghilang, Coba bapak peragakan (Setelah pasien peragakan)
Nah,,,,,,Bagus coba lagi pak
Yah,,,,,,Bapak bisa
D. Fase terminasi
1. evaluasi
Subjek : Bagaimana
perasaan bapak setelah peragakan tadi?
Objek : Apa
yang bapak lakukan ketika suara-suara itu muncul?
2. rencana tindak lanjut
“jika suara-suara itu
muncul lagi silahkan bapak coba cara yang saya ajarkan tadi
3. kontrak yang akan datang
Topik : Bagaimana
kalau kita bertemu lagi besok untuk latihan mengalihkan suara dengan cara kedua
Waktu : kira-kira
bapak maunya jam berapa besok?
Tempat : Bagaimna
kalau tempat ini saja besok pak?
Strategi
pelaksanaan SPII P
“Halusinasi”
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
-
Kontak
mata baik
-
Bicara
klien cepat
-
klien
mudah tersinggung dan marah
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persrpsi sensori:halusinasi pendengaran
3. Tujuan
-
klien
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang teratur
4. Tindakan keperawatan
a. mengevaluasai jadwal kegiatan harian
b. menjelaskan pada klien nama-nama obat dan kegunaannya
c. menganjurkan pada klien memasukkan kedalam jadwal
kegiatan harian
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
1. Fase orientasi
a. Salam taerapiutik
“Assalamualaikumm,,,,,Selamat pagi pak”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suara
itu masih muncul? Apakah bapak sudah melakukan cara mengontrol halusinasi yang
saya ajarkan ke,arin? Lalu bagaimna? Apakah suaranya berkurang?
c. Kontrak
Topik : “Sesuai
janji kita kemarin,bari ii kita akan berbincang-bincang mengenai cara kedua
untuk mengontrol halusinasi bapak yaitu tentang cara minum obat yang benar
Waktu : Berapa
lama kita berbincang-bincangnya?Bagaimana kalau 30 menit?
Tempat : Diluar
ini saja ya pak,Biar lebih nyaman
2. Fase kerja
Kemarin
saya suda ajarkan cara pertama untuk mengontrol halusinasi bapak,sekarang kita
akan lanjutkan ke cara yang kedua yaitu mengontrol halusinasi dengan cara minum
obat yang benar,jadi Bapak harus tetap rutin minum obat suapaya bisa membantu
proses penyembuhan bapak,kalau bapak berhenti minum obat maka bapak tidak akan
bisa sembuh
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien
“Bagaimana keadaan bapak sekarang?” Apakah sudah lebih
baeik?
b. Evaluasi objektif
“Baiklah kalau begitu,karena suda dua cara bapak pelajari
untuk mengontrol suara-suara tersebut,sekarang coba ulangi sekali lagi apa yang
telah bapak pelajari (Setelah klien mempraktekkan) Bagus,,,,Bapak bisa
c. Rencana tindak lanjut
“Sekarang bapak suda tau dua cara untuk mengontrol
suara-suara tersebut,jika muncul lagi yang pertama dengan cara menghardik dan
yang kedua cara minum obat yang teratur, Silakan bapak lakukan kedua cara
tersebut untuk mengatasi suara-suara yang bapak sering dengar,Untuk lebih
baiknya bagaimana kalau kita masukkan ke jadwal kegiatan harian bapak?
d. Kontrak yang akan datang
Topik : “Untuk
pertemuan selanjutnya masih mengenai cara mengontrol halusinasi bapak,yaitu
dengan cara yang ketiga dengan bercakap-cakap dengan orang lain
Waktu : “bagaimana kalau jam 08:00? Bapak maunya
berapa lama? Baiklah 20 menit ya pak?
Tempat : “Mengenai
tempat bagaimana kalau ditempat ini saja pak?
Strategi
pelaksanaan SPIII P
“Halusinasi”
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
-
Bicara
klien cepat
-
klien
mudah terlihkan ke orang lain
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
-
Klien
mampu untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
1. Fase Orientasi
a. salam terapeutik
“Assalamualaikum,,,,,Selamat pagi pak?”
b. evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? ”
Apakah suara-suara itu masih sering muncul? Apakah sudah
melakukan cara mengontrol halusinasi yang saya ajarkan kemarin? Lalu bagaimana?
Apakah suaranya berkurang?
c. kontrak
Topik : “Sesuai
janji kita kemarin,hari ini kita akan berbincang-bincang mengenai cara kedua
untuk mengontrol atau mengatasi halusinsi bapak yaitu dengan cara
berbincang-bincang dengan orang lain”
Waktu : “Berapa
lama kita berbincanh-bincangnya? Bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat : “Diluar
ini saja ya pak biar lebih nyaman”
2. Fase kerja
“saya
suda ajarkan bapak dua cara untuk mengontrol halusinasi bapak,sekarang kita
akan lanjut dengan cara yang ketiga yaitu mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, jadi pada saat suara-suara itu muncul
langsung saja bapak cari teman untuk diajak cerita“
Contoh : “Tolong
bantu saya dulu,suara itu datangl lagi,Ayo kta
ngobrol lagi”
Sekarang
coba bapak ulangi lagi seperti cara yang saya ajarkan! Bagus,,,,Jadi seperti
itu ya pak, Perbanyak latihan agar bapak ingat terus
3. Fase terminasi
a. evaluasi respon klien
“Bagaiman keadaan bapak sekarang? Apakah sudah lebib
baik?
b. evaluasi objektif
“Baikla pak kalau begitu,karena suda ada tiga cara yang
telah bapak pelajari untuk mengontrol suara-suara terbut sekarang coba bapak
ulangi sekali lagi apa yang telah bapak pelajari (Setelah klien mempratekkan)
Bagus,,,sekali lagi pak
C. Kontrak yang akan datang
Topik : “untuk
pertemuan selanjutnya masih mengenai cara mengontrol halusinasi bapak,yaitu
cara yang keempat yaitu dengan cara melakukan aktivitas atau krgiatan yang
bermanfaat”
Waktu : “Bagaimana
kalau jam 08;30 ?,,Bapak maunya berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit aja pak?
Tempat : “Mengenai
tempat bagaimana kalau di tampat yang kemarin saja pak?,,,
Strategi
pelaksanaan SPIV P
“Halusinasi”
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
-
Bicara
klien cepat
-
klien
mudah teralihkan
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori
: Halisinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien
mampu mengontrol halusinasinya dengan cara yang keempat yaitu melakukan
kegiatan yang terjadwal.
4. Tindakan keperawatan
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan yang bisa dilakukan dirumah
c. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian klien
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
1. Fase orientasi
a. salam terapeutik
“Assalamualaikum,,,,Selamat pagi pak”
b. evaluasi / validasi
“Bagaimana kabar bapak hari ini? Apa bapak baik-baik
saja? Apakah suara-suara yang bapak sering dengar masih muncul? Bagaimana
dengan tiga cara mengontrol halusinasi yang telah saya ajarkan? Apakah cara
tersebut dapat mengurangi halusinasi bapak?
c. kontrak
Topik : Sesuai
dengan janji kita kemarin hari ini kita akan belajar belajar cara keempat untuk
mengatasi halusinasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa bapak lakukan
sesuai jadwal
Waktu : “untuk
hari ini lebih singkat waktu pertemuan kita hanya 15 menit saja”
Tempat : “Bagaimana
kalau disini saja pak?”
2. Fase kerja
“Apa saja
kegiatan yang bisa bapak lakukan waktu masih berada dirumah? Lalu diantara
kegiatan tersebut yang mana bisa bapak lakukan selama bapak berada diklinik?
Baiklah kalau begitu untuk hari ini kita latihan tiga kegiatan ya pak? Apakah
bapak bisa? (setelah kegitan dilakukan)
Nah kegitan ini dapat bapak lakukan untuk mengatasi atau mengontrol
suara-suara tersebut jika muncul lagi!
3. Fase terminasi
a. evaluasi respon klien
1) evaluasi subjektif
“ Bagaimana keadaan bapak hari ini?
2) evaluasi objektif
“Sekarang coba bapak sebutkan kembali empat cara
mengontrol halusinasi bapak
b. rencana tindak lanjut
“Jika suara-suara itu muncul lagi,saya harap bapak suda
bisa mengatasi dengan keempat cara yang telah saya ajarkan sejk pertemuan
pertama kita,bapak harus melakukannya secara bertahap-tahap dan
sungguh-sungguh, sekarang kita masuk kedalam jadwal kegiatan harian bapak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar