Konsep Dasar Medis Hipertensi
1.
Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah persistem
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. (Brunner & Suddart, 2002 hal 896).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140
mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Mansjoer Arief hal 518).
Klasifikasi Tekanan Darah
Tabel 2.1 Klasifikasi
tekanan darah
Kategori
|
Tekanan darah sistolik
|
Tekanan darah diastolik
|
Normal
Normal tinggi
Stadium 1 (hipertensi ringan)
Stadium 2 (hipertensi sedang)
Stadium 3 (hipertensi berat)
Stadium
4 (hipertensi maligna)
|
120 – 130 mmHg
130 – 139 mmHg
140 – 159 mmHg
160 – 179 mmHg
180 – 209 mmHg
210 mmHg atau lebih
|
85 mmHg, 95 mmHg
(untuk para lansia tekanan diastolik 140 mmHg masih dianggap normal)
85 – 89 mmHg
90 – 99 mmHg
100 – 109 mHg
110 – 119 mmHg
120 mmHg atau
lebih
|
Sumber : (http://id.Wikipedia
Agustus 2007)
2.
Anatomi
Fisiologi
a.
Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri atas otot.
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lambung, tetapi cara kerjanya menyerupai otot
polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan urat saraf)

Gambar 2.1 Anatomi jantung
Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan
(kavum mediastinum anterior) sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada
dan dua jari di bawah papilla mammae pada tempat ini teraba adanya pukulan
jantung yang disebut iktus cadis.
Jantung memompa darah di bawah tekanan tinggi sehingga
menyebabkan darah mengalir keseluruh sistem sirkulasi. Tekanan darah adalah
kekuatan tekan yang terjadi oleh darah terhadap dinding arteri.
b.
Darah
Darah
adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2
dan CO2 di dalamnya.
Adanya O2 dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran /metabolisme di
dalam tubuh. Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja
jantung dan selama darah berada dalam pembuluh darah. Maka akan tetap encer, tetapi
kalau ia keluar di pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke
dalam darah tersebut obat anti pembekuan/sitras natrikus. Dan keadaan ini
sangat berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.
Komposisi darah meliputi eritrositm leukosit, trombosit
dan plasma. Eritrosit adalah cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6 NM.
Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel dengan cepat,
dengan adanya jarak yang pendek antara membran dan isi sel. Sel darah merah
tidak memiliki nukleus. Eritrosit terdiri dari membran luar, hemoglobin (Hb),
karbonik anhidrase. Leukosit (Sel darah putih). Keadaan bentuk dan sifat-sifat
dari berlainan dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat dibawah
mikroskop maka akan terlihat trombosit (Sel pembeku), merupakan benda-benda
kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada
yang lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.2000 –
300.000/mm3 plasma darah. Bagian darah yang encer tanpa sel-sel
darah warne bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari
air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut didalamnya.
c.
Pembuluh
darah
Pembuluh
darah arteri dimulai dari aorta keluar jantung bagian vertikel sinisma melalui
belakang kanan arteri pulmonaris kemudian membelok kebelakang melalui radikal
pulmonalis dan turun sepanjang kolumna vertebralis menembus diafragma yang
akhirnya ke rongga perut dan panggul
Peredaran
darah vena merupakan kebalikan dari arteri yaitu mengalirkan darah dari seluruh
bagian alat tubuh menuju ke jantung.
3.
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a.
Hipertensi
primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya
(terdapat pada kurang lebh 90% dari seluruh hipertensi)
b.
Hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat adanya penyakit
lain. (Penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat-obatan)
Hipertensi
primer kemungkinan memiliki banyak penyebab,
beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan
bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Pada sekitar 5 – 10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1 – 2%
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil
KB). Penyebab lain yaitu : kegemukan (obesitas), malas berolahraga, stress,
alkohol atau garam dalam makanan.
(http ://
id wifipedi org/wiki/tekan darah tinggi”)
4.
Insiden
Di negara maju
hipertensi merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanggulanan dengan
baik oleh karena morbilitas dan mortabilitas yang tinggi. Di negara barat
ditemukan 15% golongan kulit putih dewasa dan 25 – 30% golongan kulit hitam
dewasa adalah pasien hipertensi. Di Indonesia sampai saat ini belum terdapat
penyelidikan yang bersifat raional, yang dapat menggambarkan prevalensi
hipertensi secara tepat. Banyak penelitian dilakukan secara terpisah dengan
metodologi yang belum baku.
5.
Patofisiologi
Sampai sekarang
pengetahuan tentang patofisiologi hipertensi primer terus berkembang karena
belum terdapat jawaban yang memuaskan yang dapat mnerangkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh getah jantung dan tahanan
perifer. Berbagai faktor mempengaruhi tekanan darah seperti faktor genetik,
stress, dan obesitas.
Di dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi
yang berusaha mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang.
Refleksi kardiovaskuler melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang
bereaksi segera. Contoh baroreseptor yang terletak pada sinus karotis yang
berfungsi untuk mendeteksi perubahan tekanan darah.
Menurut Lund. Johnsen (1989) pada stadium awal sebagian
besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat yang kemudian
diikuti dengan kenaikan tekanan yang menetap. Guyton (1988) berpendapat bahwa
pada hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal
perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Mengenai ginjal menurut Brunner
(1998) menyatakan bahwa penurunan permukaan filtrasi pada ginjal dapat terjadi
secara kongenital atau didapat.
Peningkatan tahanan perifer ada hipertensi primer terjadi
seara bertahap dalam waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi
dalam waktu singkat. Secar apasti belum diketahui faktor hormonal atau
perubahan anatomi yang terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses
tersebut. Kelainan tumodinamika tersebut diikuti pula kelainan struktur pada
pembuluh darah jantung. Pada pembuluh darah terjadu hipertropi dinding
sedangkan pada jantung terjadi perubahan dinding vertikel.
(Slamet
Suyono, dkk, 2001, Ilmu Penyakit Dalam)
6.
Manifestasi
Klinik
Peningkatan tekanan darah merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah. Gejala yang
timbul dapat berbeda-beda, kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan
baru timbul gejala setelah komplikasi.
Adapun gejala
secara garis besarnya :
a.
Sakit
kepala terutama pagi hari
b.
Pusing
c.
Rasa tegang pada daerah tengkuk dan kepala
d.
Mata
berkunang-kunang
e.
Gangguan
neurology
f.
Gangguan
fungsi ginjal
g.
Gangguan
serebral berupa kejang, akibat perdarahan pembuluh darah otak yang berupa
kelumpuhan.
7.
Tes
Diagnostik
Seperti lazimnya
pada penyakit lain diagnostik hipertensi ditegakkan berdasarkan dari anamnetis
dan pemeriksaan penunjang tes diagnostik yang dilakukan sebagai berikut :
a.
Hemoglobin / Hematokrit dapat mengindikasi faktor-faktor
resiko seperti hiperkoagulabilitas anemnia
b.
Blood
urea nitrogen / kreatinin memberikan informasi tentang fungsi ginjal
c.
Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium dapat
meningkatkan hipertensi
d.
Pemeriksaan tiroid hiperkrodisme dapat menimbulkan
vasokuntriksi dan hipertensi
e.
Asam urat hiperusemia telah menjadi implikasi sebagai
faktor resiko terjadinya hipertensi
Elektrokardiografi dapat menunjukkan perbesaran jantung
pola tegangan, gangguan konduksi, catatan luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dari penyakit jantung hipertensi.
8.
Penatalaksanaan
a.
Terapi
Umum
1). Istirahat
2). Diet dan olahraga
-
Diet
rendah garam
-
Penurunan
berat badan
-
Olah
raga teratur
-
Menghindari faktor resiko rokok, dan stress
3). Pengobatan
b.
Diuretik
1). Tlazia
2). Hidrokirotiazid (HCR) 1 – 2 x ( 25 – 50)
mg/hari
3). Furozemia 40 gr/hr
4). Asam etokrinat
c.
Penghambat
simatetik
1). Meltidope (273) x 250 gr/hr
2). Klonidin 0,1 – 1,2 mg/hr
3). Reserpin 1 – 2 x (0,1 – 0,2) mg/hr
d.
Bloker
beta
1). Larut dalam lemak
-
Propanol
3 x (40 – 160) mg/hr
-
Asebutolol
3 x (400 – 1200) mg/hr
-
Alprenolol
2 x 50 mg/hr
-
Praktolol
2). Vasodilator
-
Prozazin
2,5 – 7,5 mg/hr
-
Hidralosir
10 – 25 mg/hr
-
Miksidil
15 – 25 mg/hr
B.
Konsep Kesehatan Lingkungan
1.
Pengertian Kesehatan
a.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
Sehat : adalah
suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan).
b.
Menurut Undang-undang Pokok –pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960
Kesehatan :
adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial budaya
dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan
c. Istilah kesehatan menurut Undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992
tentang kesehatan BAB I Pasal 1 adalah :
“Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis”.
d.
Menurut HL Blum
Kesehatan adalah
gambaran keadaan keseimbangan dari berbagai factor, yaitu factor agent, host
dan environment.
2.
Pengertian Lingkungan
a.
Menurut Undang-undang RI No. 4 tahun 1982 adalah :
“Kesatuan ruang
dengan semua benda , daya keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
b.
Menurut Encyclopedia Americana (1974) :
“Lingkungan
adalah pengaruh yang ada di atas seleliling organisme seluruh kehidupan atau
fungsi dibentuk dari reaksi antara organisme dan sekelilingnya”.
c. Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) :
“Lingkungan tempat pemukiman dengan segala sesuatunya
dimana organisme hidup beserta segalakeadaan dan kondisinya yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan
maupun kesehatan organisme tersebut”.
3.
Pengertian Kesehatan Lingkungan
a. Menurut WHO, kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ideologi yang
keras ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin sehat dari manusia.
Keadaan sehat disini adalah sehat fisik, mental dan sosial serta mampu
berproduktivitas secara ekonomi.
b. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau lingkungan yang
optimum berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum
pula.
c. Secara konsepsional, kesehatan lingkungan adalah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari ilmu kesehatan masyarakat secara utuh. Ini diartikan
bahwa untuk keberhasilannya, kesehatan lingkungan tidak dapat diupayakan
tersendiri tanpa menjalin secara terintegrasi dengan cabang-cabang upaya
kesehatan lingkungan lainnya.
C.
Perumahan Sehat
Perumahan
sehat antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan rumah hewan
ternak (kandang).
a.
Perumahan
Rumah adalah
satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Syarat-syarat
rumah yang sehat :
1). Bahan bangunan terdiri dari
lantai ubin atau semen, dinding tembok atau genteng, dan lain-lain
2). Ventilasi cukup
3). Cahaya yang cukup
4). Luas bangunan dan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya
5). Fasilitas dalam rumah yang sehat adalah :
a). penyediaan air bersih yang
cukup
b). pembuangan tinja
c).
pembuangan air limbah
d). pembuangan sampah
e). fasilitas dapur
f).
ruang kumpul keluarga
b.
Penyediaan air bersih
Syarat-syarat
air minum yang sehat :
1). Syarat fisik meliputi tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak
berbusa dan suhu dibawah suhu udara di luarnya
2). Syarat bakteriologis yaitu harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen
3). Syarat kimia yaitu air minum harus mengandung zat tertentu di dalam jumlah
yang tertentu pula, misalnya Flour (F) 1 – 1,5 mg.
c.
Pembuangan kotoran manusia
Persyaratan
jamban sehat yaitu :
1). Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2). Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
3). Tidak mengotori tanah di sekitarnya
4). Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa
5). Tidak menimbulkan bau
6). Mudah digunakan dan dipelihara
7). Sederhana desainnya
8). Murah
9). Dapat diterima oleh pemakainya
d. Sampah dan pengelolaannya
Sumber-sumber sampah :
1). Sampah yang berasal dari pemukiman
2). Sampah yang berasal dari tempat umum
3). Sampah yang berasal dari perkantoran
4). Sampah yang berasal dari jalan raya
5). Sampah yang berasal dari industri
6). Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
7). Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
8). Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah meliputi tiga jenis yaitu : sampah padat, cair dan
gas. Cara-cara pengelolaan sampah :
1). Pengumpulan dan pengangkutan sampah menjadi tanggung jawab dari
masing-masing rumah tangga atau industri yang menghasilkan sampah
2). Pemusnahan dan pengelolaan sampah dapat dilakukan melaui berbagai cara,
antara lain :
a). Ditanam
b). Dibakar
c).
dijadikan pupuk
e.
Air limbah dan pengelolaannya
Air limbah
berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1). Air buangan yang berasal
dari rumah tangga (domestic waste water)
2). Air buangan industri
3). Air buangan kotapraja
Beberapa cara sederhana pengelolaan air buangan antara
lain :
1). Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan mencapai kontraksi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
2). Kolam oksidasi (oxidation ponds)
Pada dasarnya cara pengelolaan ini adalah pemanfaata
sinar matahari, ganggang (algae), bakteri, oksigen dalam proses pembersihan
alamiah
3). Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit terbuka yang digali
dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit
D.
Konsep Dasar Keluarga
1.
Definisi
Banyak ahli yang menguraikan pengertian keluarga
sesuai dengan perkembangan social masyarakat, yaitu :
a.
Departemen Kesehatan RI (1998)
Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dan di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
b.
Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah
dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.
c.
Duvall dan Logan (1986)
Keluarga
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta social dari tiap anggota keluarga.
d.
Burges, dkk (1998)
Membuat definisi
yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi yang luas, yaitu
keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan.
e.
Whall (1986)
Keluarga adalah
sebagai “kelompok yang mengidentifikasikan diri” dengan anggotanya terdiri dari
dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus,
yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang
berfungsi sedemikian mungkin sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai
sebuah keluarga.
f.
Friedman (1998)
Keluarga adalah
dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan oleh ikatan
emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari kelurga.
2.
Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri
dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a.
Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
jalur garis ayah.
b.
Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
jalur garis ibu
c.
Matrilokal, sepanjang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d.
Patrilokal, sepanjang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah
e.
Keluarga kawanan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3.
Tipe atau Bentuk Keluarga
Sesuai
dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembangan mengikutinya, agar
dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan
maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga antara lain :
a. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
1). Keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung atau angkat)
2). Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain mempunyai
hubungan darah, misalnya nenek, kakek, paman dan bibi.
3). Keluarga dyad adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
4). Single parent adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5). Single adult adalah suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa.
6). Keluarga usila adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berlanjut usia.
b. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
1). Commune family adalah lebih
dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
2). Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3). Homoseksual adalah dua individu yang
sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.
4.
Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a.
Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi
internal keluarga, perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis
sentral bagi pembentukan dan kelanjutan dari unit keluarga.
Komponen fungsi afektif antara lain :
1). Menciptakan dan memelihara
sebuah system saling asuh (mutual nurturances) dalam keluarga.
2). Perkembangan hubungan yang
akrab.
3). Keseimbangansaling
menghormati.
4). Pertalian dan identifikasi.
5). Keterpisahan dan
keterpaduan.
b.
Fungsi sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup
dimana individu secara kontinu merubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi
yang terpola secara social yang mereka alami.
Istilah sosialisasi lebih sering merujuk pada berbagai pengalaman yang
ada dalam keluarga. Pengalaman-pengalaman ini bertujuan untuk mengajarkan keluarga
bagaimana berfungsi dan menerima pesan-pesan dewasa dalam masyarakat. Salah
satu aspek dari proses sosialisasi adalah menyangkut relevansi tertentu bagi
perawat, termasuk upaya untuk memperoleh konsep-konsep tentang kesehatan, sika
dan perilaku. Sebuah tugas penting dan bersifat integrasi dari sosialisi adalah
kontrol dan nilai-nilai memberikan seorang anak yang tumbuh dan orang dewasa
tentang suatu perasaan apa yang benar dan apa yang salah dan kontrol internal diperlukanuntuk
disiplin diri.
c.
Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga berfungsi untuk melakukan praktek asuhan keperawatan
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melakukan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) yaitu :
1). Mengenal masalah kesehatan
2). Membuat keputusan tindakan
yang tepat
3). Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4). Mempertahankan/menciptakan suasana rumah yang sehat
5). Mempertahankan hubungan dan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), fungsi
keluarga adalah sebagai berikut :
a.
Fungsi Biologis
1). Untuk meneruskan keturunan
2). Memelihara dan membesarkan
anak
3). Memenuhi kebutuhan gizi anak
4). Memelihara dan merawat
anggota keluarga
b.
Fungsi Psikologis
1). Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2). Memberikan perhatian
diantara anggota keluarga
3). Membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga
4). Memberikan identitas
keluarga
c.
Fungsi Sosialisasi
1). Membina sosialisasi pada
anak
2). Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembanga anak
3). Meneruskan niali-nilai
budaya keluarga
d.
Fungsi Ekonomi
1). Mencari sumber penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan kelaurga
2). Pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga
3). Menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
e.
Fungsi Pendidikan
1). Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan bentuk
perilaku anak
2). Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa
3). Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya
Beberapa ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut :
a.
Fungsi pendidikan
Dalam hal ini tugas
keluarga adalah untuk mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan
kedewasaan dan masa depan anak nanti.
b.
Fungsi sosialisasi anak
Tugas keluarga
dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat.
c.
Fungsi perlindungan
Tugas keluarga
dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.
d.
Fungsi perasaan
Tugas keluarga
dalam hal ini adalah menjaga secara intuitif, merasakan perasaan dan suasana
anak dan anggota yang lain dan berkomunikasi serta berinteraksi antar sesame
anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
e.
Fungsi religius
Memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama dan
tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada yang mengatur
kehidupan ini, juga kehidupan lain setelah di dunia ini.
f.
Fungsi ekonomi
Mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala
keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan, mengatur penghasilan tersebut
sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
g.
Fungsi biologis
Meneruskan keturunan sebagai generasi penerus keluarga.
Selain fungsi-fungsi keluarga di atas, ada
fungsi pokok keluarga terhadap keluarganya, yaitu :
a.
Asih
Memberikan kasih
saying, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarganya sehingga
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
b.
Asuh
Memenuhi
kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara
sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik secara fisik,
mental, social dan spiritual.
c.
Asah
Memenuhi
kebutuhan anak sehingga menjadi manusia dewasa yang mandiri dan mampu
mempersiapkan masa depannya.
5.
Peranan Keluarga
Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat. Peranan yang terdapat dalam keluarga adalah antara
lain :
a.
Peranan Ayah adalah ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,
berperanan mencari nafkah, pendidik, pelindung dan memberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b.
Peranan Ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya,
berperanan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan Anak adalah anak melaksanakan peranan psiko social sesuai tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.
6.
Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
Delapan
tahap siklus kehidupan keluarga menurut Wahit Iqbal Mubarak, dkk (2006, dikutip
dalam Duval : 1997) yaitu :
a.
Tahap pertama
Keluarga pemula (juga termasuk pasangan menikah dan tahap
pernikahan). Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1). Membangun perkawinan yang
saling memuaskan
2). Menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis
3). Keluarga berencana
(keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
Masalah-masalah
yang dihadapi :
Masalah utama
adalah penyesuaian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling
keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal dan komunikasi.
b.
Tahap kedua
Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua
adalah bagi yang sampai 40 bulan). Tugas dalam perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1). Membentuk keluarga muda
sebagai unit yang mantap mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga
2). Rekonsiliasi tugas-tugas perkenbangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga
3). Pertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan
4). Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua, kakek dan nenek
Masalah-masalah yang dihadapi :
Pendidikan maternitas yang berpusat pada
keluarga, perawatan bayi yang baik, penganalan dan penanganan masalah-masalah
kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB,
interaksi keluarga dan bidang–bidang kesehatan umum (gaya hidup).
Masalah-masalah kesehatan yang lain :
Inaksesbilitas dan ketidak adekuatnya
fasilitas-fasilitas anak untuk ibu yang bekerja, hubungan anak dengan orang
tuanya, masalah mengasuh anak termasuk penyalahgunaan dan kelalaian terhadap
anak danmasalah-masalah transisi peran orang tua.
c.
Tahap ke tiga
Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua umur 2 – 6 tahun).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
:
1). Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,
keamanan.
2). Mensosialisasikan anak
3). Mengintegrasikan anak yang baru sementara tahap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain
4). Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orang tua dengan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan
komunitas).
Masalah-masalah kesehatan yang dihadapi :
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah
penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar, beracun dan
kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi selama usia pra sekolah.
Masalah kesehatan psikososial keluarga yang
utama adalah hubungan perkawinan.
Masalah kesehatan lain yang penting adalah
persaingan di antara kakak-adik, KB, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan,
masalahpengasuhan anak seperti membatasi lingkungan (disiplin), penganiayaan
dan menelantark anak, keamanan dirumah dan masalah komunikasi keluarga.
d.
Tahap ke empat
Keluarga dengan anak usia
sekolah (anak tertua berumur 6 – 13 tahun).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
:
1). Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2). Memperhatikan hubungan
perkawinan yang memuaskan
3). Memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarganya
e.
Tahap ke lima
Keluarga anak remaja (anak tertua berumur 13
– 20 tahun)
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
:
1). Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa
dan mandiri
2). Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan
3). Berkomunikasi secara terbuka antar orang tua dengan anak
Masalah kesehatan yang dihadapi :
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota
keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal penting.
Faktor risiko harus didefinisikan dan dibicarakan dengan kelurga, seperti
pentingnya gaya hidup yang sehat, mulai dari usia 35 tahun, resiko jantung
koroner meningkat di kalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang
dewasa mulai merasa lebih rentanterhadap penyakit sebagai bagian dari
perubahan. Sedangkan para remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil
merupakan bahaya yang amat besar, patah tulang dan cedera karena atletik juga
umum terjadi.
Penyalahgunaan narkoba, kehamilan yang tidak
dikehendaki, pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang
relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak
dalam perselisihan antara orang tua dan remaja. Remaja biasanya mencari
pelayanan kesehatan menyangkut uji kehamilan, penggunaan obat, uji AIDS, KB,
aborsi dan diagnosis dari perawatan penyakit kelamin.
Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam
bidang dukungan dan bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan
remaja dengan orang tua.
f. Tahap ke enam
Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
:
1). Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapat melaui perkawinan anak-anak
2). Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3). Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri
Masalah kesehatan yang dihadapi :
Meliputi masalah komunikasi kaum dewasa muda
dengan orang tua mereka. Masalah transisi peran bagi suami istri, masalah
orangyang memberikan perawatan dan munculnya kondisi kesehatan kronis dan
faktor-faktoryang berpengaruh seperti tingkat kolesterol tinggi, obesitas dan
hipertensi.
g. Tahap ketujuh
Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,
pensiunan).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
:
1). Menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan
2). Mempertahankan hubungan memuaskan dan penuh arti antara para orang tua
lanjut usia dengan anak-anak
3). Memperkokoh hubungan
perkawinan
Masalah
kesehatan yang dihadapi meliputi :
1). Kebutuhan promosi kesehatan
2). Masalah hubungan perkawinan
3). Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orang lanjut usia
4). Masalah yang berhubungan dengan perawatan lansia yang tidak mampu merawat
diri sendiri
h.
Tahap kedelapan
Keluarga
masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota keluarga yang berusia
lanjut atau pensiu hingga pasangan yang sudah meninggal dunia).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
:
1). Mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan
2). Menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun
3). Mempertahankan hubungan
perkawinan
4). Menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan
5). Mempertahankan ikatan
keluarga antar generasi
6). Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan intensias
hidup)
Masalah kesehatan yang dihadapi meliputi :
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan
kekuatan fisik, sumber finansial yang tidak memadai, kesepian dan kehilangan
yang dialami lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia.
Promosi kesehatan tetap menjadi bagian yang penting khususnya bidang nutrisi,
latihan, penanganan cedera, penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan
preventif.
7.
Keluarga Sebagai Unit Pelayanan
yang Dirawat
Keluarga
dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah keluarga sering berkaitan dan
saling mempengaruhi antar sesame anggota keluarga dan mempengaruhi pula
keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan
keluarga sebagai unit pelayanan (Ruth B.
Freeman, 1981) adalah :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbukan, mencegah, mengabaikan
atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah
satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lainnya,
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara efektif dan mudah untuk berbagai usaha
kesehatan masyrakat.
8.
Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Pengertian Keperawatan Keluarga
Menurut Salvicion G.Bailon dan Areceli S. Maglaya (1978)
:
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan kepada keluarga sebagai
unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan melalui
perawatan sasaran.
b.
Tujuan Keperawatan
Tujuan utama
dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah :
1.
Tujuan umum
Untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2.
Tujuan khusus
(a) Meningkatkan kemampuan
keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
(b) Meningkatkan kemampuan
keluargadalam menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarganya.
(c) Meningkatkan kemampuan dalam
mengambil keputusan yang tepat dalammengatasi masalahkesehatan anggotanya.
(d) Meningkatkan kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
(e) Meningkatkan peroduktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
c.
Proses Keperawatan Keluarga
Keluarga adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan menuju pada pencapaian tujuan keluarga.
Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
sistematis yang digunakan ketika bekerja pada keluarga sebagai suatu sistem.
9.
Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah
keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi :
a.
Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah sebagai berikut :
1). Tingkat sosial ekonomi
rendah
2). Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
3). Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit
keturunan
b. Keluarga dengan ibu yang berisiko :
1). Umur ibu 16 tahun atau lebih dari 35 tahun
2). Menderita kekurangan gizi
3). Menderita hipertensi
4). Primipara atau multipara
5). Riwayat persalinan dengan
komplikasi
c. Keluarga dimana anak dengan risiko tinggi, karena :
1). Lahir prematur/BBLR
2). Berat badan sukar naik
3). Lahir dengan cacat bawaan
4). ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5). Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
d. Keluarga yang mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1). Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2). Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul
cekcok dan ketegangan
3). Ada anggota keluarga yang sering sakit
4). Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari meninggalkan
keluarganya
10. Peran Perawat Keluarga
Perawatan
kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga
sebagai unit untuk mewujudkan keluarga sehat.
Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar dapat melakukan program asuhan keperawatan kesehatan keluarga
secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komprehensif dapat tercapai.
c. Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan “home visit” atau kunjungan rumah
yang teratur untuk mengidntifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
d. Konsultan (penasehat)
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga di
dalammengatasi masalah kesehatan. Oleh karena itu perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya.
e. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayanan Rumah Sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan keluarga yang optimal
f. Fasilitator
Perannya adalah membantu di dalam menghadapi kendala
untuk meningkatkan derajat kesehatan.
g. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi
lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat.
11. Koping Keluarga
Koping
keluarga didefinisikan sebagi respon yang positif, sesuai dengan masalah,
afektif, persepsi dan respon perilaku yang digunakan keluarga subsistemnya
untuk memecahkan suatu masalah auat mengurangi stress yang diakibatkan oleh
masalah atau peristiwa.
Tipe-tipe strategi koping :
a.
Strategi koping internal :
1). Mengandalkan kelompok
keluarga
2). Penggunaan humor
3). Pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara ikatan)
4). Mengontrol arti/makna dari masalah,
pembentukan kembali kognitif dan penilaian pasifpemacahan masalah keluarga
secara bersama-sama
5). Fleksibilitas peran
6). Normalisasi
b.
Strategi koping keluarga eksternal :
1). Mencari informasi
2). Memelihara hubungan aktif
dengan komunitas
3). Mencari dukungan sosial
4). Penggunaan jaringan dukungan
sosial informal
5). Penggunaan sistem-sistem
sisial formal
6). Penggunaan kelompok-kelompok
mandiri
7). Mencari dukungan spiritual
E.
Proses Keperawatan Kesehatan Keluarga
1.
Definisi
Proses
keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk
mengkaji dan menentukan masalah dan keperawatan keluarga. Merencanakan asuhan
keperawatan sampai melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.
Proses
keperawatan merupakan proses yang dinamis yang memerlukan dasar pengetahuan dan
keterampilan yang telah dipelajari dan diselidiki dengan menggunakan pemikiran
yang tajam.
Proses
keperawatan merupakan susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian
keperawatan, identifikasi/analisa masalah (diagnosa keperawatan), perencanaan,
implementasi dan evaluasi yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan
kecakapan keterampilan profesional tenaga keperawatan.
Asuhan
keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui
praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Hal ini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
Asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan.
2.
Tahap-tahap Proses Keperawatan
Tahap-tahap
dalam proses keperawatan saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan
bersifat dinamis dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan
dari tahap yang satu ke tahap yang lainnya. Adapun tahap-tahap tersebut sebagai
berikut :
a.
Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien/keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan
keluarga maupun social yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dengan keluarga, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik
pada setiap anggota keluarga dan menggunakan data sekunder melalui studi
dokumantasi.
Dalam pengumpulan data, yang perlu dikaji
adalah :
1). Data umum
a). Identitas kepala keluarga yang meliputi nama, alamat, pekerjaan, pendidikan
dan komposisi dalam keluarga
b). Tipe keluarga
c). Suku bangsa
d). Agama
e). Struktur sosial ekonomi keluarga
f). Aktivitas rekreasi keluarga
2). Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a). Tahap perkembangan keluarga saat ini
b). Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c). Riwayat kesehatan keluarga inti
d). Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
3). Data lingkungan
a). Karakteristik rumah
b). Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c). Mobilisasi geografis keluarga
d). Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e). Sistem pendukung keluarga
4). Struktur keluarga
a). Struktur peran
b). Nilai atau norma keluarga
c). Pola komunikasi keluarga
d). Struktur kekuatan keluarga
5). Fungsi keluarga
a). Fungsi ekonomi
b). Fungsi mendapatkan status sosial
c). Fungsi pendidikan
d). Fungsi sosialisasi
e). Fungsi pemenuhan kebuthan
f). Fungsi religius
g). Fungsi rekreasi
h). Fungsi reproduksi
i). Fungsi sfeksi
6). Stress dan koping keluarga, yang terdiri atas stressor jangka pendek dan
jangka panjang
7). Pemeriksaan fisik anggota keluarga
8). Harapan keluarga
b. Analisa Data
Di dalam menganalisa data, ada tiga norma
yang harus diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu :
(1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi fisik,
mental, sosial, anggota keluarga, keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota,
keadaan gizi, status imunisasi, kehamilan dan KB.
(2) Keadaan rumah dan situasi lingkungan meliputi ventilasi, penerangan,
kebersihan, konstruksi luas rumah, sumber air minum, jamban keluarga, tempat
pembuangan air limbah, pemanfaatan pekarangan yang ada.
(3) Perumusan masalah meliputi sifat-sifat keluarga, dinamika dalam keluarga,
komunikasi dalam keluarga, interaksi, kebiasaan, kesanggupan keluarga dalam
membawa perkembangan anggota keluarganya dan nilai-nilai yang berlaku dalam
keluarga.
c. Perumusan Masalah
Setelah dianalisa, maka selanjutnya
dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Perumusan masalah
kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status keluarga,
karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi
kesehatan, lingkungan, norma, nilai dan kultur yang dianut oleh keluarga
tersebut.
Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada
tiga kelompok masalah besar yaitu :
(1) Ancaman kesehatan : adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk adalah :
a). Penyakit keturunan
b). Keluarga/anggota keluarga yang menderita penyakit menular
c). Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kamampuan dan
sumber daya keluarga
d). Kekurangan atau kelebihan gizi
e). Keadaan yang dapat menimbulkna stress
f). Sanitasi lingkungan buruk
g). Kebiasaan yang merugikan kesehatan
h). Imunisasi anak tidak lengkap
i). Riwayat persalinan sulit
(2) Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan termasuk
adalah keadaan sakit serta kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal
(3) Situasi kritis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga
dalam mengetahui diri termasuk juga dalamhal sumber daya keluarga. Yang
termasuk adalah perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi
orangtua, penambahan anggota keluarga, abortus, anak masuk sekolah, anak
remaja, kehilangan pekerjaan, kematian anggota keluarga dan pindah rumah.
d. Diagnosa keperawatan tingkat keluarga
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
tentang faktor-faktor yang mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan
menghalangi perubahan yang diharapkan. Dalam menetapkan diagnosa,
ditetapkan berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan formulasi
PES (problem, etiologi dan sign).
Contoh diagnosa keperawatan yang ditetapkan dalam keluarga adalah :
(1) Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan, disebabkan karena :
a). Kurang pengetahuan/ketidak tahuan tentang fakta
b). Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c).
Sikap dan falsafah hidup
(2) Ketidaksanggupan keluarga
dalam mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan
karena :
a). Tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luas masalah
b). Masalah kesehatan tidak
begitu menonjol
c).
Keluarga tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
d). Keitdakcocokan pendapat dari
anggota keluarga
e). Keluarga tidak snggup
memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga
f).
Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
g). Takut dari akibat tindakan
h). Sikap negatif dari masalah
kesehatan
i).
Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
j).
Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
k).
Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan
(3) Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :
a). Tidak mengetahui keadaan
penyakit
b). Tidak mengetahui
perkembangan keperawatan yang dibutuhkan
c).
Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d). Tidak seimbang sumber-sumber
yang ada dalam keluarga
e). Sikap negatif terhadap yang
sakit
f).
Konflik individu dalam keluarga
g). Sikap dan pandangan hidup
h). Perilaku yang mementingkan
diri sendiri
(4) Ketidaksanggupan keluarga
memelihara rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi
anggota keluarga, disebabkan karena :
a). Sumber-sumber keluarga tidak
mencukupi
b). Kurang dapat melihat
keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah
c).
Ketidaktahuan tentang sanitasi lingkungan
d). Sikap dan pandangan hidup
e). Ketidak kompakan antara
anggota keluarga
(5) Ketidak mampuan menggunakan
sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
a). Tidak tahu bahwa fasilitas
kesehatan itu ada
b). Tidak memahami keuntungan
yang diperoleh
c).
Kurang percaya kepada petugas dan lembaga kesehatan
d). Pengalaman yang kurang baik
dari petugas kesehatan
e). Rasa takut akibat dari
tindakan
f).
Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
g). Tidak adanya fasilitas yang
diperlukan
h). Rasa asing dan tidak ada
dukungan dari masyarakat
i).
Sikap dan falsafah hidup
e.
Prioritas Masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah
sebagai berikut :
(1) Tidak mungkin masalah
kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
(2) Perlu diperhatikan masalah
yang dapat mengancam kehidupan keluarga
(3) Perlu mempertimbangkan
respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
(4) Keterlibatan keluarga dalam
memecahkan masalah yang mereka hadapi
(5) Sumber daya keluarga yang
dapat menunjang pemecahan masalah
(6) Pengetahuan dan kebudayaan
keluarga
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus terdapat beberapa kriteria yaitu :
(a) Sifat masalah yang meliputi
kesehatan keadaan sakit, situasi kritis
(b) Kemungkinan masalah dapat
diubah
(c) Potensial masalah untuk
dicegah/dirubah
(d) Sifat masalah
Skala prioritas masalah :
Tabel 2.2 Skala prioritas masalah
No.
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
1.
|
Sifat masalah :
a.
Tidak/kurang sehat
b.
Ancaman kesehatan
c.
Krisis
|
3
2
1
|
1
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah :
a.
Dengan mudah
b.
Hanya sebagian
c.
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3.
|
Potensial masalah dicegah
:
a.
Tinggi
b.
Cukup
c.
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4.
|
Sifat masalah :
a.
Masalah berat harus ditangani
b.
Masalah tidak perlu segera ditangani
c.
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Skoring :
1.
Tentukan skor untuk tiap masalah
2. Skor dibagi angka tertinggi dikalikan dengan bobot, dengan rumus :
|

3.
Jumlah skor untuk semua kriteria
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
f.
Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana perawatan kesehatan keluarga
tergantung dari kondisi masing-masing keluarga yang dihadapi.
Ciri-ciri rencana perawatan keluarga adalah :
1. Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan
masalah yang dihadapi
2. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis yang telah dipelajari melalui
pikiran yang logis
3. Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang
4. berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
diidentifikasi
5. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan
Kualitas rencana keperawatan sangat
tergantung kepada :
1. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan
kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah situasi keluarga
2. Rencana yang relistis
3. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan
4. Rencana keperawatan dibuat
bersama keluarga
5. Dibuat secara tertulis
g.
Tindakan Keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan ada 2 faktor yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Sifat masalah
2. Sumber-sumber yang tersedia
untuk pemecahan masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan
:
1. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan
mereka, melalui :
a). Memperluas pengetahuan keluarga melaui penyuluhan kesehatan
b). Membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut
c). Mengaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga
d). Mengembangkan sifat positif dalam keluarga
2. Menolong keluarga untuk menetukan tindakan keperawatan
a). Merundingkan dengan keluarga mengenai akibat-akibat bila mereka tidak
mengambil tindakan
b). Memperkenalkan kepada keluarga alternatif yang dapat mereka pilih dan
sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan keperawatan
c). Merundingkan dengan keluarga akibat dari tindakan atau kemungkinan efek
yang timbul
3. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat
a). Memberikan asuhan keperawatan kepada mereka yang sakit
b). Mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan
kepribadian para anggotanya
c). Membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah dengan menolong keluarga
memperbaiki yang sudah ada
d). Mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi saling
pengertian yang mendalam
e). Membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka dalam memenuhi kebutuhan
psikososial para anggotanya
f). Mencegah rintangan dalam mengadakan rujukan
g). Perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang sumber daya yang ada
di masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya
h. Evaluasi
Evaluasi merupakan tujuan yang ingin dicapai, yang apabila tidak tercapai maka
perlu dicari penyebabnya.
Tolak ukur yang dipakai dalam evaluasi adalah
kriteria keberhasilan, standar keperawatan dan perubahan perilaku. Metode
penilaian yang digunakan adalah observasi langsung, wawancar, memeriksa laporan
dan latihan simulasi.
Sedangkan hasil asuhan keperawtan dapat
diukur dari tiga dimensi yaitu :
1). Keadaan fisik
2). Psikologis dan sikap
3). Pengetahuan dan perubahan perilaku
Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara optimal.
S : Adalah
hal-hal yang ditemui oleh perawat secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan
O : Adalah
hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervansi
keperawatan
A : Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosa
P : Adalah
perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap
evaluasi
i. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sistem pencatatan dari
seluruh proses keperawatan yang dapat berfungsi sebagai aspek legal dalam
tindakan keperawatan yang dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, ME, dkk, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan,
(edisi 3), jakarta :EGC
Effendy, (1998), Dasar-Dasar Keperawatam Kesehatan Masyarakat,
(edisi 3), Jakarta : EGC
Mansjoer A, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran,
(edisi 3 jilid 1), Jakarta : Aesculapius
Price, SA & Wilsom, LM, (2005), Patofisiologi, (vol 1
& 2 edsi 6), Jakarta : EGC
Profil Puskesmas Batua, (2007), Laporan Penderita Hipertensi,
tidak dipublikasikan
Sudiharto, (2005), Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Transkultural, Jakarta : EGC
Suprajitno, (2004), Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta
:EGC
Smeltzer, SC & Bare, BG, (2001), Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, (vol 2 & 3 edisi 8), Jakarta : EGC
http:pjnhk.go.id/berita-artikel/2008/11/15/diabetes-hipertensi diakses tanggal 07 Agustus 2015
http://www.freewebtown.com/cakmoki/library/document/moki/moki_yankesread.pdf diakses tanggal 07 Agustus 2015
http://astaqauliyah.com/2008/01/10/pengertian_dan_fungsi_rumah_sakit diakses tanggal 07 Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar