A. Konsep
Dasar Medis
1.
Pengertian
Diabetes Melitus
adalah sindrom kegagalan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkanoleh kekurangan sekresi insulin atau penurunan sensivitas jaringan
terhadap insulin (Guyton dan Hall, 2011 dalam Faisalado 2013).
Diabetes melitus
adalah di tandai dengan tingginya konsentrasi glukosa darah, namun abnormalitas
ini hanya salah satu dari banyaknya
gangguan biokimia dan fisiologi penyakit ini. Diabetes Mellitus tidak hanya
satu gangguan akan tetapi merupakan kumpulan dari berbagai macam gangguan yang
diakibatkan defek regulasi dari sintesis, sekresi, dan aksi dari insulin.
Gangguan tersebut dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan
fungsi organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. ginjal, saraf, dan pembuluh darah, dan
la in-lain (Boron dan Boulpaep,
2009 dalam Faisalado 2013).
Diabetes melitus
adalah gangguan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemi bersama
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan
oleh defek sekresi insulin dan aksi insulin.(Alberti,
2010 dalam Faisalindo 2013).
2.
Anatomi
Fisiologi
a.
Anatomi
Pankreas
Pankreas
terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah
kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus
pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak
lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas
bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1)
Asinus,
yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2)
Pulau
Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas
manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau
langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel
beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah
setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan
insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu
dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga
kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan
dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di
dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat
ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke
dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin
ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis
sel B serta kapiler berdekatan dan
endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup
kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang
merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin.
b. Fisiologi Pankreas
Kelenjar
pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon
yang disekresikan oleh sel–sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan
sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon
yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi
Insulin : Hubungan yang erat
antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan
secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin
menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan
insulin.
Insulin
dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans.
Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan kadar
glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90
mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan
setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk menyebabkan
peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera digunakan untuk
menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati.
3.
Etiologi
(Faktor Resiko)
Penyebab
diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi umumnya
diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter
memegang peranan penting.
a.
Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering
terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes,
yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar gula
darah).
Faktor
genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden
lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya
mempunyai peranan dalam terjadinya DM.
Virus/mikroorganisme
akan menyerang pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan
produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri
akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan
peran munculnya penyakit ini
b.
Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan
kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya NIDDM. Faktor
herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas
salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah
kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya
hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan
tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan.
Faktor
resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah
resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan
ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olah raga dan
diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi
pada tahap awal tanda-tanda/gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan
haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir
lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40
tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah.
4.
Insidensi
Tingkat
prevalensi dari DM adalah tinggi, diduga terdapat sekitar 10 juta kasus
diabetes di USA dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru serta 75 %
penderita DM akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler.
Penyakit ini cenderung tinggi pada negara maju dari
pada negara sedang berkembang, karena perbedaan kebiasaan hidup. Dampak ekonomi
jelas terlihat akibat adanya biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan. Disamping konsekuensi finansial karena
banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskuler.
5.
Patofisiologi
a.
DM
Tipe I
Pada Diabetes
tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya
sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa
dan hiperglikemia post prandial.
Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa
dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).
b.
DM
Tipe II
Terdapat
dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun
kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam
sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai
resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM
tipe II.
6.
Manifestasi
Klinik
a.
Poliuria
Kekurangan
insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan
cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran
darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya
akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b.
Polidipsia
Akibat
meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan
volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus
terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c.
Poliphagia
Karena
glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka
reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d.
Penurunan
berat badan
Karena
glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
e.
Malaise
/ kelemahan.
7.
Komplikasi
Diabetes
Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi pada
berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf,
dan lain-lain.
8.
Diagnostik
Test
a.
Adanya
glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi) yang tidak
khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes.
b.
Diagnostik
lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah dengan cara
Hegedroton Jensen (reduksi).
1)
Gula
darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2)
Test
toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
3)
Osmolitas
serum 300 m osm/kg.
4)
Urine
= glukosa positif, keton positif, aseton
positif atau negative
9.
Penatalaksanaan
Medik
Diabetes
Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akamn menimbulkan berbagai penyakit
dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai
berikut :
a.
Perencanaan
Makanan.
Standar
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk
kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu
Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1)
Berat
badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2)
Berat
badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3)
Berat
badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4)
Gemuk
= > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung
dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg
BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori
aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi,
kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori
terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
a)
Makanan
pagi sebanyak 20%
b)
Makanan siang sebanyak 30%
c)
Makanan
sore sebanyak 25%
d)
2-3
porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara
teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
B. Konsep Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian
Kesehatan
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
Sehat : adalah suatu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit
dan kelemahan (kecacatan)
b.
Menurut Undang-undang Pokok No. 9 Tahun 1960
Kesehatan
: adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental),sosial dan
bukan hanya bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan
c.
Istilah kesehatan menurut Undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun
1992 tentang kesehatan BAB I Pasal 1
“Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang produktif secara sosial dan ekonomis”.
2.
Pengertian Lingkungan
a.
Menurut Undang-undang RI No. 4 tahun 1982 adalah :
“Kesatuan ruang
dengan semua benda , daya keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
b.
Menurut Encyclopedia Americana (1974) :
“Lingkungan
adalah pengaruh yang ada di atas seleliling organisme seluruh kehidupan atau
fungsi dibentuk dari reaksi antara organisme dan sekelilingnya”.
3. Pengertian
Kesehatan Lingkungan
a. Menurut WHO, kesehatan
lingkungan adalah suatu keseimbangan ideologi yang keras ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin sehat dari manusia. Keadaan sehat disini adalah
sehat fisik, mental dan sosial serta mampu berproduktivitas secara ekonomi.
b.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau lingkungan
yang optimum berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum pula.
c.
Secara konsepsional, kesehatan lingkungan adalah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari ilmu kesehatan masyarakat secara utuh. Ini
diartikan bahwa untuk keberhasilannya, kesehatan lingkungan tidak dapat
diupayakan tersendiri tanpa menjalin secara terintegrasi dengan cabang-cabang
upaya kesehatan lingkungan lainnya.
4. Ruang
Lingkup Kesehatan Lingkungan
Ruang
lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup : perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
air limbah dan rumah hewan ternak (kandang).
a. Perumahan
Rumah adalah satu persyaratan pokok bagi
kehidupan manusia. Syarat-syarat rumah yang sehat :
1) Bahan bangunan terdiri dari lantai ubin atau semen, dinding tembok atau
genteng, dan lain-lain
2) Ventilasi cukup (15% dari luas lantai rumah)
3)
Cahaya yang cukup
4)
Luas bangunan dan rumah harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya
5) Fasilitas dalam rumah yang sehat adalah :
b. Penyediaan
air bersih
Syarat-syarat
air minum yang sehat :
1)
Syarat fisik meliputi tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau,
tidak berbusa dan suhu dibawah suhu udara di luarnya
2) Syarat bakteriologis yaitu harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen
3) Syarat kimia yaitu air minum harus mengandung zat tertentu di dalam jumlah
yang tertentu pula, misalnya Flour (F) 1–1,5
mg.
c. Pembuangan
kotoran manusia
Persyaratan
jamban sehat yaitu :
1)
Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2)
Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya (jarak dengan sumber
air minum 7-10 meter)
3) Tidak mengotori tanah di sekitarnya
4) Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa
5) Tidak menimbulkan bau
6) Mudah digunakan dan dipelihara
7) Sederhana desainnya
8) Murah
9) Dapat diterima oleh pemakainya
d. Sampah dan pengelolaannya
Sumber-sumber sampah :
1) Sampah yang berasal dari pemukiman
2) Sampah yang berasal dari tempat umum
3) Sampah yang berasal dari perkantoran
4) Sampah yang berasal dari jalan raya
5) Sampah yang berasal dari industri
6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
7) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
8) Sampah yang berasal dari pertambangan
e. Air
limbah dan pengelolaannya
Air
limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1)
Air buangan yang berasal dari rumah tangga (domestic waste water)
2)
Air buangan industri
3)
Air buangan kota
C. Konsep Dasar Keluarga
1.
Definisi
Banyak ahli yang menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan social masyarakat, yaitu :
a. Departemen
Kesehatan RI (1998)
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dan di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
b. Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.
c. Duvall dan Logan (1986)
Keluarga
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta social dari tiap anggota keluarga.
2. Struktur
Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah
:
a.
Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
jalur garis ayah.
b.
Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
jalur garis ibu
c.
Matrilokal, sepanjang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d.
Patrilokal, sepanjang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah
e.
Keluarga kawanan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Tipe
atau Bentuk Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembangan
mengikutinya, agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga antara
lain :
a. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
1) Keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung atau angkat)
2) Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain mempunyai
hubungan darah, misalnya nenek, kakek, paman dan bibi.
3) Keluarga dyad adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
4) Single parent adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) Single adult adalah suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa.
6) Keluarga usila adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berlanjut usia.
b. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
1) Commune family adalah lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual adalah dua individu yang
sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.
4. Fungsi
keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a. Fungsi
afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga,
perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan
dan kelanjutan dari unit keluarga.Komponen fungsi afektif antara lain :
1) Menciptakan dan memelihara sebuah system saling asuh (mutual nurturances)
dalam keluarga.
2)
Perkembangan hubungan yang akrab.
3)
Keseimbangansaling menghormati.
4)
Pertalian dan identifikasi.
5)
Keterpisahan dan keterpaduan.
b. Fungsi
sosialisasi
Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dimana individu secara
kontinu merubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola
secara social yang mereka alami.
Istilah
sosialisasi lebih sering merujuk pada berbagai pengalaman yang ada dalam
keluarga. Pengalaman-pengalaman ini bertujuan untuk mengajarkan keluarga
bagaimana berfungsi dan menerima pesan-pesan dewasa dalam masyarakat. Salah
satu aspek dari proses sosialisasi adalah menyangkut relevansi tertentu bagi
perawat, termasuk upaya untuk memperoleh konsep-konsep tentang kesehatan, sika
dan perilaku. Sebuah tugas penting dan bersifat integrasi dari sosialisi adalah
kontrol dan nilai-nilai memberikan seorang anak yang tumbuh dan orang dewasa
tentang suatu perasaan apa yang benar dan apa yang salah dan kontrol internal
diperlukanuntuk disiplin diri.
c. Fungsi
perawatan kesehatan
Keluarga
berfungsi untuk melakukan praktek asuhan keperawatan yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga melakukan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga (Friedman, 1998) yaitu :
1)
Mengenal masalah kesehatan
2)
Membuat keputusan tindakan yang tepat
3)
Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan/menciptakan suasana rumah yang sehat
5) Mempertahankan hubungan dan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), fungsi
keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi
Biologis
a) Untuk meneruskan keturunan
b) Memelihara dan membesarkan
anak
c) Memenuhi kebutuhan gizi anak
d) Memelihara dan merawat
anggota keluarga
2) Fungsi
Psikologis
a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b) Memberikan perhatian
diantara anggota keluarga
c) Membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga
d) Memberikan identitas
keluarga
3) Fungsi
Sosialisasi
a) Membina sosialisasi pada
anak
b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembanga anak
c) Meneruskan niali-nilai
budaya keluarga
4) Fungsi
Ekonomi
a)
Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b)
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga
c)
Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
5) Fungsi
Pendidikan
a)
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
bentuk perilaku anak
b)
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya
5. Peranan
Keluarga
Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat. Peranan yang terdapat dalam keluarga adalah antara
lain :
a.
Peranan Ayah adalah ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,
berperanan mencari nafkah, pendidik, pelindung dan memberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b.
Peranan Ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya,
berperanan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c.
Peranan Anak adalah anak melaksanakan peranan psiko social sesuai
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.
6. Tahap-tahap
Perkembangan Keluarga
Delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut (Wahit
Iqbal Mubarak, dkk dalam Abi Muhlisin,2012) yaitu :
a.
Tahap pertama
Keluarga pemula (juga termasuk pasangan menikah dan tahap
pernikahan). Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)
Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2)
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
b.
Tahap kedua
Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bagi yang sampai
40 bulan). Tugas dalam perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)
Membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap mengintegrasikan
bayi baru ke dalam keluarga
2)
Rekonsiliasi tugas-tugas perkenbangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
3)
Pertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4)
Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran orang tua, kakek dan nenek
Masalah-masalah yang dihadapi Pendidikan maternitas yang berpusat
pada keluarga, perawatan bayi yang baik, penganalan dan penanganan
masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan
anak, KB, interaksi keluarga dan bidang–bidang kesehatan umum (gaya hidup). Masalah-masalah kesehatan
yang lain Inaksesbilitas dan ketidak adekuatnya fasilitas-fasilitas anak untuk
ibu yang bekerja, hubungan anak dengan orang tuanya, masalah mengasuh anak
termasuk penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi
peran orang tua.
c.
Tahap ke tiga
Keluarga dengan anak usia pra
sekolah (anak tertua umur 2–6 tahun). Tugas-tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,
keamanan.
2)
Mensosialisasikan anak
3)
Mengintegrasikan anak yang baru sementara tahap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain
4)
Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dengan anak) dan di luar keluarga (keluarga
besar dan komunitas).
Masalah-masalah kesehatan yang dihadapi Masalah kesehatan fisik
yang utama adalah penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar,
beracun dan kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi selama usia pra sekolah.
d.
Tahap ke empat
Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6–13
tahun).Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah
:
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2)
Memperhatikan hubungan perkawinan yang memuaskan
3)
Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarganya
e.
Tahap ke lima
Keluarga anak remaja (anak tertua berumur 13
– 20 tahun). Tugas-tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini adalah :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa
dan mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antar orang tua dengan anak
Masalah kesehatan yang dihadapi Pada tahap
ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan
tetap menjadi hal penting.
f. Tahap ketujuh
Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,
pensiunan).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap
ini adalah :
1)
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2)
Mempertahankan hubungan memuaskan dan penuh arti antara para orang
tua lanjut usia dengan anak-anak
3)
Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah
kesehatan yang dihadapi meliputi :
1)
Kebutuhan promosi kesehatan
2)
Masalah hubungan perkawinan
3) Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orang lanjut usia
4) Masalah yang berhubungan dengan perawatan lansia yang tidak mampu merawat
diri sendiri
g.
Tahap kedelapan
Keluarga masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota
keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan yang sudah
meninggal dunia). Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap
ini adalah :
1)
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2)
Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3)
Mempertahankan hubungan perkawinan
4)
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5)
Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan intensias
hidup)
Masalah kesehatan yang dihadapi meliputi Faktor-faktor
seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber finansial yang tidak
memadai, kesepian dan kehilangan yang dialami lansia menunjukkan adanya
kerentanan psikofisiologi dari lansia. Promosi kesehatan tetap menjadi bagian
yang penting khususnya bidang nutrisi, latihan, penanganan cedera, penggunaan
obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif
7. Keluarga
Sebagai Unit Pelayanan yang Dirawat\
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah keluarga
sering berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesame anggota keluarga dan
mempengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara
keseluruhan.
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Ruth B. Freeman,
1981) adalah:
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbukan, mencegah, mengabaikan
atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah
satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lainnya,
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara efektif dan mudah untuk berbagai usaha
kesehatan masyrakat.
8. Asuhan
Keperawatan Keluarga
a.
Pengertian
Keperawatan Keluarga
Menurut Salvicion G.Bailon dan Areceli S.
Maglaya (1978) : Perawatan kesehatan
keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan kepada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sasaran.
b. Tujuan
Keperawatan
Tujuan utama dalam memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga adalah :
1)
Tujuan umum
Untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2)
Tujuan khusus
a)
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b)
Meningkatkan kemampuan keluargadalam menanggulangi masalah
kesehatan dasar dalam keluarganya.
c)
Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat
dalammengatasi masalahkesehatan anggotanya.
d)
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarganya.
e) Meningkatkan peroduktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
9. Proses
Keperawatan Keluarga
Keluarga adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan menuju pada
pencapaian tujuan keluarga. Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses
pemecahan masalah yang sistematis yang digunakan ketika bekerja pada keluarga
sebagai suatu sistem.
a. Peran
Perawat Keluarga
Perawatan
kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga
sebagai unit untuk mewujudkan keluarga sehat.
Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga agar dapat melakukan program asuhan keperawatan kesehatan
keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga
2) Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan
berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai
3) Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan “home visit” atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidntifikasi atau melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga.
4) Konsultan (penasehat)
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga di
dalammengatasi masalah kesehatan. Oleh karena itu perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya.
5) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama
dengan pelayanan Rumah Sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai
tahap kesehatan keluarga yang optimal
6) Fasilitator
Perannya adalah membantu di dalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan.
7) Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat
agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
10. Koping
Keluarga
Koping
keluarga didefinisikan sebagi respon yang positif, sesuai dengan masalah,
afektif, persepsi dan respon perilaku yang digunakan keluarga subsistemnya
untuk memecahkan suatu masalah auat mengurangi stress yang diakibatkan oleh
masalah atau peristiwa. Tipe-tipe strategi koping :
a.
Strategi koping internal :
1)
Mengandalkan kelompok keluarga
2)
Penggunaan humor
3) Pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara ikatan)
4) Mengontrol arti/makna dari masalah,
pembentukan kembali kognitif dan penilaian pasifpemacahan masalah keluarga
secara bersama-sama
5)
Fleksibilitas peran
6)
Normalisasi
b.
Strategi koping keluarga eksternal :
1)
Mencari informasi
2)
Memelihara hubungan aktif dengan komunitas
3)
Mencari dukungan sosial
4)
Penggunaan jaringan dukungan sosial informal
5)
Penggunaan sistem-sistem sisial formal
6)
Penggunaan kelompok-kelompok mandiri
7)
Mencari dukungan spiritual
D.
Proses Keperawatan Kesehatan Keluarga
A. Definisi
Proses
keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk
mengkaji dan menentukan masalah dan keperawatan keluarga. Merencanakan asuhan
keperawatan sampai melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.
Asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan.
B. Tahap-tahap
Proses Keperawatan
Tahap-tahap
dalam proses keperawatan saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan
bersifat dinamis dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan
dari tahap yang satu ke tahap yang lainnya. Adapun tahap-tahap tersebut sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien/keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan
keluarga maupun social yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya.
a. Data umum
1) Identitas kepala keluarga yang meliputi nama, alamat, pekerjaan, pendidikan
dan komposisi dalam keluarga
2) Tipe keluarga
3) Suku bangsa
4) Agama
5) Struktur sosial ekonomi keluarga
6) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat kesehatan keluarga inti
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
3) Mobilisasi geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Struktur peran
2) Nilai atau norma keluarga
3) Pola komunikasi keluarga
4) Struktur kekuatan keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status sosial
3) Fungsi pendidikan
4) Fungsi sosialisasi
5) Fungsi pemenuhan kebuthan
6) Fungsi religius
7) Fungsi rekreasi
8) Fungsi reproduksi
9) Fungsi afektif
f. Stress dan koping keluarga, yang terdiri atas stressor jangka pendek dan
jangka panjang
g. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
h. Harapan keluarga
C.
Analisa Data
Di dalam menganalisa data, ada tiga norma
yang harus diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu
1. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi fisik,
mental, sosial, anggota keluarga, keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota,
keadaan gizi, status imunisasi, kehamilan dan KB.
2. Keadaan rumah dan situasi lingkungan meliputi ventilasi, penerangan,
kebersihan, konstruksi luas rumah, sumber air minum, jamban keluarga, tempat
pembuangan air limbah, pemanfaatan pekarangan yang ada.
3. Perumusan masalah meliputi sifat-sifat keluarga, dinamika dalam keluarga,
komunikasi dalam keluarga, interaksi, kebiasaan, kesanggupan keluarga dalam
membawa perkembangan anggota keluarganya dan nilai-nilai yang berlaku dalam
keluarga.
D.
Perumusan Masalah
Setelah dianalisa, maka selanjutnya
dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Perumusan masalah
kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status keluarga,
karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi
kesehatan, lingkungan, norma, nilai dan kultur yang dianut oleh keluarga
tersebut.
Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada
tiga kelompok masalah besar yaitu :
1. Ancaman kesehatan : adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
2. Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan termasuk
adalah keadaan sakit serta kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal
3. Situasi kritis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga
dalam mengetahui diri termasuk juga dalamhal sumber daya keluarga. Yang
termasuk adalah perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi
orangtua, penambahan anggota keluarga, abortus, anak masuk sekolah, anak
remaja, kehilangan pekerjaan, kematian anggota keluarga dan pindah rumah
E. Diagnosa keperawatan tingkat keluarga
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
tentang faktor-faktor yang mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan
menghalangi perubahan yang diharapkan. Dalam menetapkan diagnosa, ditetapkan
berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan
formulasi PES (problem, etiologi dan sign).
Contoh diagnosa keperawatan yang ditetapkan dalam keluarga adalah :
1. Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan, disebabkan karena :
a) Kurang pengetahuan/ketidak tahuan tentang fakta
b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c)
Sikap dan falsafah hidup
2.
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena :
a) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luas masalah
b)
Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
c) Keluarga tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
d)
Keitdak cocokan pendapat dari anggota keluarga
e)
Keluarga tidak snggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan
dan kurangnya sumber daya keluarga
f) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
g)
Takut dari akibat tindakan
h)
Sikap negatif dari masalah kesehatan
i)
Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
j) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
k) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan
karena :
a) Tidak mengetahui keadaan
penyakit
b) Tidak mengetahui
perkembangan keperawatan yang dibutuhkan
c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga
e) Sikap negatif terhadap yang
sakit
f)
Konflik individu dalam keluarga
g) Sikap dan pandangan hidup
h) Perilaku yang mementingkan
diri sendiri
4.
Ketidaksanggupan keluarga memelihara rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena :
a)
Sumber-sumber keluarga tidak mencukupi
b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah
c)
Ketidaktahuan tentang sanitasi lingkungan
d)
Sikap dan pandangan hidup
e)
Ketidak kompakan antara anggota keluarga
5.
Ketidak mampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara
kesehatan, disebabkan karena :
a)
Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b)
Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c) Kurang percaya kepada petugas dan lembaga kesehatan
d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
e)
Rasa takut akibat dari tindakan
f)
Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
g)
Tidak adanya fasilitas yang diperlukan
h) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
i)
Sikap dan falsafah hidup
F. Prioritas
Masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1. Tidak mungkin masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam
keluarga dapat diatasi sekaligus
2. Perlu diperhatikan masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga
3. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan.
4. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi
5. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah
6.
Pengetahuan dan kebudayaan keluarga
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus terdapat beberapa kriteria yaitu :
1. Sifat masalah yang meliputi kesehatan keadaan sakit, situasi kritis
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah
3.
Potensial masalah untuk dicegah/dirubah
4.
Sifat masalah
Skala prioritas masalah :
No.
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
1.
|
Sifat masalah :
a.
Tidak/kurang sehat
b.
Ancaman kesehatan
c.
Krisis
|
3
2
1
|
1
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah :
a.
Dengan mudah
b.
Hanya sebagian
c.
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3.
|
Potensial masalah dicegah
:
a.
Tinggi
b.
Cukup
c.
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4.
|
Menonjolnya masalah :
a.
Masalah berat harus ditangani
b.
Masalah tidak perlu segera ditangani
c.
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Sumber :( Bailon dan Maglaya,1978)
Skoring :
1.
Tentukan skor untuk tiap masalah
2. Skor dibagi angka tertinggi dikalikan dengan bobot, dengan rumus :
|

3. Jumlah skor untuk semua criteria
G. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana perawatan kesehatan keluarga
tergantung dari kondisi masing-masing keluarga yang dihadapi.
H. Tindakan Keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan ada 2 faktor yang perlu
diperhatikan yaitu :
1. Sifat masalah
2. Sumber-sumber yang tersedia
untuk pemecahan masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan
:
1. Merangsang keluarga mengenal
dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka, melalui :
a.
Memperluas pengetahuan keluarga melaui penyuluhan kesehatan
b. Membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut
c. Mengaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga
d. Mengembangkan sifat positif dalam keluarga
2. Menolong keluarga untuk menetukan tindakan keperawatan
a. Merundingkan dengan keluarga mengenai akibat-akibat bila mereka tidak
mengambil tindakan
b. Memperkenalkan kepada keluarga alternatif yang dapat mereka pilih dan
sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan keperawatan
c. Merundingkan dengan keluarga akibat dari tindakan atau kemungkinan efek
yang timbul
3. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat
a) Memberikan asuhan keperawatan kepada mereka yang sakit
b) Mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan
kepribadian para anggotanya
c) Membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah dengan menolong keluarga
memperbaiki yang sudah ada
d) Mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi saling
pengertian yang mendalam
e) Membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka dalam memenuhi kebutuhan
psikososial para anggotanya
f) Mencegah rintangan dalam mengadakan rujukan
g) Perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang sumber daya yang ada
di masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya
H. Evaluasi
Evaluasi merupakan tujuan yang ingin dicapai, yang apabila tidak tercapai maka
perlu dicari penyebabnya.
Tolak ukur yang dipakai dalam evaluasi adalah
kriteria keberhasilan, standar keperawatan dan perubahan perilaku. Metode
penilaian yang digunakan adalah observasi langsung, wawancar, memeriksa laporan
dan latihan simulasi
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara optimal.
S : Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat
secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan
O : Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat
secara objektif setelah dilakukan intervansi keperawatan
A : Adalah
analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosa
P : Adalah perencanaan yang akan datang setelah
melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi
I.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah sistem pencatatan dari
seluruh proses keperawatan yang dapat berfungsi sebagai aspek legal dalam
tindakan keperawatan yang dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar