Sabtu, 17 Juni 2017

DIABETES MELITUS




A.   Konsep Dasar Medis
1.    Pengertian
Diabetes Melitus adalah sindrom kegagalan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkanoleh kekurangan sekresi insulin atau penurunan sensivitas jaringan terhadap insulin (Guyton  dan Hall, 2011 dalam Faisalado 2013).
Diabetes melitus adalah di tandai dengan tingginya konsentrasi glukosa darah, namun abnormalitas ini  hanya salah satu dari banyaknya gangguan biokimia dan fisiologi penyakit ini. Diabetes Mellitus tidak hanya satu gangguan akan tetapi merupakan kumpulan dari berbagai macam gangguan yang diakibatkan defek regulasi dari sintesis, sekresi, dan aksi dari insulin. Gangguan tersebut dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan gangguan fungsi organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. ginjal, saraf, dan pembuluh darah, dan la in-lain (Boron dan Boulpaep, 2009 dalam Faisalado 2013).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemi bersama dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh defek sekresi insulin dan aksi insulin.(Alberti, 2010 dalam Faisalindo 2013).
2.    Anatomi Fisiologi
a.    Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1)    Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2)    Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler  berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin.




b.  Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel–sel dipulau langerhans.  Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati.

3.    Etiologi (Faktor Resiko)
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.
a.    Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah).
Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM.
Virus/mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini
b.    Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan.
Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda/gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah.
4.    Insidensi
Tingkat prevalensi dari DM adalah tinggi, diduga terdapat sekitar 10 juta kasus diabetes di USA dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru serta 75 % penderita DM akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler.
Penyakit  ini cenderung tinggi pada negara maju dari pada negara sedang berkembang, karena perbedaan kebiasaan hidup. Dampak ekonomi jelas terlihat akibat adanya biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan.  Disamping konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskuler.
5.    Patofisiologi
a.    DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial.
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).
b.    DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
            Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II.
6.    Manifestasi Klinik
a.    Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b.    Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c.    Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d.    Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e.    Malaise / kelemahan.
7.    Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain.



8.    Diagnostik Test
a.    Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi) yang tidak khasuntuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes.
b.    Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa dalam darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1)    Gula darah puasa tinggi < 140 mg/dl.
2)    Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
3)    Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4)    Urine =  glukosa positif, keton positif, aseton positif atau negative
9.    Penatalaksanaan Medik
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akamn menimbulkan berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut :
a.     Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak                60 – 70 %
2) Protein sebanyak                        10 – 15 %
3) Lemak sebanyak                         20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1)    Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2)    Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3)    Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4)    Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
            Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
a)    Makanan pagi sebanyak          20%
b)     Makanan siang sebanyak       30%
c)    Makanan sore sebanyak          25%
d)    2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
            b.   Latihan Jasmani
                  Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
B. Konsep Kesehatan Lingkungan
1.    Pengertian Kesehatan
a.    Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
Sehat : adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan)
b.    Menurut Undang-undang Pokok No. 9 Tahun 1960
Kesehatan : adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental),sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan
c.    Istilah kesehatan menurut Undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan BAB I Pasal 1
“Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis”.



2.                      Pengertian Lingkungan
a.    Menurut Undang-undang RI No. 4 tahun 1982 adalah :
“Kesatuan ruang dengan semua benda , daya keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
b.    Menurut Encyclopedia Americana (1974) :
“Lingkungan adalah pengaruh yang ada di atas seleliling organisme seluruh kehidupan atau fungsi dibentuk dari reaksi antara organisme dan sekelilingnya”.
3.      Pengertian Kesehatan Lingkungan
a.  Menurut WHO, kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ideologi yang keras ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin sehat dari manusia. Keadaan sehat disini adalah sehat fisik, mental dan sosial serta mampu berproduktivitas secara ekonomi.
b.    Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau lingkungan yang optimum berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
c.    Secara konsepsional, kesehatan lingkungan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu kesehatan masyarakat secara utuh. Ini diartikan bahwa untuk keberhasilannya, kesehatan lingkungan tidak dapat diupayakan tersendiri tanpa menjalin secara terintegrasi dengan cabang-cabang upaya kesehatan lingkungan lainnya.
4.     Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan rumah hewan ternak (kandang).
a.    Perumahan
Rumah adalah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Syarat-syarat rumah yang sehat :
1)    Bahan bangunan terdiri dari lantai ubin atau semen, dinding tembok atau genteng, dan lain-lain
2)    Ventilasi cukup (15% dari luas lantai rumah)
3)    Cahaya yang cukup
4)    Luas bangunan dan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya
5)    Fasilitas dalam rumah yang sehat adalah :
b.    Penyediaan air bersih
Syarat-syarat air minum yang sehat :
1)    Syarat fisik meliputi tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak berbusa dan suhu dibawah suhu udara di luarnya
2)    Syarat bakteriologis yaitu harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen
3)    Syarat kimia yaitu air minum harus mengandung zat tertentu di dalam jumlah yang tertentu pula, misalnya Flour (F) 1–1,5 mg.
c.   Pembuangan kotoran manusia
Persyaratan jamban sehat yaitu :
1)    Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2)    Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya (jarak dengan sumber air minum 7-10 meter)
3)    Tidak mengotori tanah di sekitarnya
4)    Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa
5)    Tidak menimbulkan bau
6)    Mudah digunakan dan dipelihara
7)    Sederhana desainnya
8)    Murah
9)    Dapat diterima oleh pemakainya
d.    Sampah dan pengelolaannya
Sumber-sumber sampah :
1)    Sampah yang berasal dari pemukiman
2)    Sampah yang berasal dari tempat umum
3)    Sampah yang berasal dari perkantoran
4)    Sampah yang berasal dari jalan raya
5)    Sampah yang berasal dari industri
6)    Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
7)    Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
8)    Sampah yang berasal dari pertambangan
e.    Air limbah dan pengelolaannya
Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1)    Air buangan yang berasal dari rumah tangga (domestic waste water)
2)    Air buangan industri
3)    Air buangan kota
C.    Konsep Dasar Keluarga
1.    Definisi
Banyak ahli yang menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan social masyarakat, yaitu :
a.   Departemen Kesehatan RI (1998)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dan di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.


b.   Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi, mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
c.    Duvall dan Logan (1986)
Keluarga sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta social dari tiap anggota keluarga.
2.     Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a.     Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ayah.
b.     Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu
c.      Matrilokal, sepanjang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d.     Patrilokal, sepanjang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah
e.     Keluarga kawanan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3.    Tipe atau Bentuk Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembangan mengikutinya, agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga antara lain :
a.  Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
1)    Keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau angkat)
2)    Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain mempunyai hubungan darah, misalnya nenek, kakek, paman dan bibi.
3)    Keluarga dyad adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4)    Single parent adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5)    Single adult adalah suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa.
6)    Keluarga usila adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berlanjut usia.
b.    Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
1)    Commune family adalah lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
2)    Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3)    Homoseksual  adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.
4.    Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a.    Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dan kelanjutan dari unit keluarga.Komponen fungsi afektif antara lain :
1)   Menciptakan dan memelihara sebuah system saling asuh (mutual nurturances) dalam keluarga.
2)   Perkembangan hubungan yang akrab.
3)   Keseimbangansaling menghormati.
4)   Pertalian dan identifikasi.
5)   Keterpisahan dan keterpaduan.
b.    Fungsi sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dimana individu secara kontinu merubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara social yang mereka alami.
Istilah sosialisasi lebih sering merujuk pada berbagai pengalaman yang ada dalam keluarga. Pengalaman-pengalaman ini bertujuan untuk mengajarkan keluarga bagaimana berfungsi dan menerima pesan-pesan dewasa dalam masyarakat. Salah satu aspek dari proses sosialisasi adalah menyangkut relevansi tertentu bagi perawat, termasuk upaya untuk memperoleh konsep-konsep tentang kesehatan, sika dan perilaku. Sebuah tugas penting dan bersifat integrasi dari sosialisi adalah kontrol dan nilai-nilai memberikan seorang anak yang tumbuh dan orang dewasa tentang suatu perasaan apa yang benar dan apa yang salah dan kontrol internal diperlukanuntuk disiplin diri.

c.    Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga berfungsi untuk melakukan praktek asuhan keperawatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melakukan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga (Friedman, 1998) yaitu :
1)    Mengenal masalah kesehatan
2)    Membuat keputusan tindakan yang tepat
3)    Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4)    Mempertahankan/menciptakan suasana rumah yang sehat
5)    Mempertahankan hubungan dan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1)    Fungsi Biologis
a)    Untuk meneruskan keturunan
b)    Memelihara dan membesarkan anak
c)    Memenuhi kebutuhan gizi anak
d)    Memelihara dan merawat anggota keluarga
2)    Fungsi Psikologis
a)  Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b)  Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c)  Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d)  Memberikan identitas keluarga
3)    Fungsi Sosialisasi
a)  Membina sosialisasi pada anak
b)  Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembanga anak
c)  Meneruskan niali-nilai budaya keluarga
4)    Fungsi Ekonomi
a)    Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b)    Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga
c)    Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
5)    Fungsi Pendidikan
a)    Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan bentuk perilaku anak
b)    Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
c)    Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya


5.    Peranan Keluarga
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Peranan yang terdapat dalam keluarga adalah antara lain :
a.    Peranan Ayah adalah ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan mencari nafkah, pendidik, pelindung dan memberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b.    Peranan Ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, berperanan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c.    Peranan Anak adalah anak melaksanakan peranan psiko social sesuai tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual.
6.    Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
Delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut (Wahit Iqbal Mubarak, dkk dalam Abi Muhlisin,2012­) yaitu :

a.    Tahap pertama
Keluarga pemula (juga termasuk pasangan menikah dan tahap pernikahan). Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)    Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2)    Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
3)    Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
b.    Tahap kedua
Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bagi yang sampai 40 bulan). Tugas dalam perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)    Membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga
2)    Rekonsiliasi tugas-tugas perkenbangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga
3)    Pertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4)    Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek
Masalah-masalah yang dihadapi Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga, perawatan bayi yang baik, penganalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, interaksi keluarga dan bidang–bidang kesehatan umum (gaya hidup). Masalah-masalah kesehatan yang lain Inaksesbilitas dan ketidak adekuatnya fasilitas-fasilitas anak untuk ibu yang bekerja, hubungan anak dengan orang tuanya, masalah mengasuh anak termasuk penyalahgunaan dan kelalaian terhadap anak dan masalah-masalah transisi peran orang tua.
c.    Tahap ke tiga
Keluarga dengan anak usia pra  sekolah (anak tertua umur 2–6 tahun). Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)    Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.
2)    Mensosialisasikan anak
3)    Mengintegrasikan anak yang baru sementara tahap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain
4)    Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dengan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
Masalah-masalah kesehatan yang dihadapi Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar, beracun dan kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi selama usia pra sekolah.
d.    Tahap ke empat
Keluarga dengan  anak  usia sekolah (anak tertua berumur 6–13 tahun).Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)    Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2)    Memperhatikan hubungan perkawinan yang memuaskan
3)    Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarganya
e.    Tahap ke lima
Keluarga anak remaja (anak tertua berumur 13 – 20 tahun). Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)  Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri
2)  Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3)  Berkomunikasi secara terbuka antar orang tua dengan anak
Masalah kesehatan yang dihadapi Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal penting.
f.     Tahap ketujuh
Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).
Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)    Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2)    Mempertahankan hubungan memuaskan dan penuh arti antara para orang tua lanjut usia dengan anak-anak
3)    Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah kesehatan yang dihadapi meliputi :
1)    Kebutuhan promosi kesehatan
2)    Masalah hubungan perkawinan
3)    Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orang lanjut usia
4)    Masalah yang berhubungan dengan perawatan lansia yang tidak mampu merawat diri sendiri
g.    Tahap kedelapan
Keluarga masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal dunia). Tugas-tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini adalah :
1)    Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2)    Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3)    Mempertahankan hubungan perkawinan
4)    Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5)    Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6)    Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan intensias hidup)
Masalah kesehatan yang dihadapi meliputi Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber finansial yang tidak memadai, kesepian dan kehilangan yang dialami lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia. Promosi kesehatan tetap menjadi bagian yang penting khususnya bidang nutrisi, latihan, penanganan cedera, penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif
7.    Keluarga Sebagai Unit  Pelayanan yang Dirawat\
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah keluarga sering berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesame anggota keluarga dan mempengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan keluarga  sebagai unit pelayanan (Ruth B. Freeman, 1981) adalah:
a.  Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b.  Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbukan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.
c.   Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya,
d.  Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya.
e.  Keluarga merupakan perantara efektif dan mudah untuk berbagai usaha kesehatan masyrakat.
8.    Asuhan Keperawatan Keluarga
a.    Pengertian Keperawatan Keluarga
Menurut Salvicion G.Bailon dan Areceli S. Maglaya (1978) : Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan kepada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sasaran.
b.    Tujuan Keperawatan
Tujuan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah :
1)    Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2)     Tujuan khusus
a)    Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b)    Meningkatkan kemampuan keluargadalam menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarganya.
c)    Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat dalammengatasi masalahkesehatan anggotanya.
d)    Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
e)    Meningkatkan peroduktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
9.    Proses Keperawatan Keluarga
Keluarga adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan menuju pada pencapaian tujuan keluarga. Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses pemecahan masalah yang sistematis yang digunakan ketika bekerja pada keluarga sebagai suatu sistem.

a.  Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit untuk mewujudkan keluarga sehat.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1)    Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar dapat melakukan program asuhan keperawatan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2)    Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai
3)    Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan “home visit” atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidntifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
4)    Konsultan (penasehat)
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga di dalammengatasi masalah kesehatan. Oleh karena itu perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
5)    Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan Rumah Sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
6)    Fasilitator
Perannya adalah membantu di dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan.
7)    Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
10. Koping Keluarga
Koping keluarga didefinisikan sebagi respon yang positif, sesuai dengan masalah, afektif, persepsi dan respon perilaku yang digunakan keluarga subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah auat mengurangi stress yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa. Tipe-tipe strategi koping :
a.    Strategi koping internal :
1)    Mengandalkan kelompok keluarga
2)    Penggunaan humor
3)    Pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara ikatan)
4)    Mengontrol arti/makna  dari masalah, pembentukan kembali kognitif dan penilaian pasifpemacahan masalah keluarga secara bersama-sama
5)    Fleksibilitas peran
6)    Normalisasi
b.    Strategi koping keluarga eksternal :
1)    Mencari informasi
2)    Memelihara hubungan aktif dengan komunitas
3)    Mencari dukungan sosial
4)    Penggunaan jaringan dukungan sosial informal
5)    Penggunaan sistem-sistem sisial formal
6)    Penggunaan kelompok-kelompok mandiri
7)    Mencari dukungan spiritual

D.   Proses Keperawatan Kesehatan Keluarga
A.    Definisi
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah dan keperawatan keluarga. Merencanakan asuhan keperawatan sampai melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga.
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah dan memulihkan kesehatan.
B.    Tahap-tahap Proses Keperawatan
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan bersifat dinamis dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ke tahap yang lainnya. Adapun tahap-tahap tersebut sebagai berikut :
1.    Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien/keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun social yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
a.     Data umum
1)    Identitas kepala keluarga yang meliputi nama, alamat, pekerjaan, pendidikan dan komposisi dalam keluarga
2)    Tipe keluarga
3)    Suku bangsa
4)    Agama
5)    Struktur sosial ekonomi keluarga
6)    Aktivitas rekreasi keluarga
b.    Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1)    Tahap perkembangan keluarga saat ini
2)    Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3)    Riwayat kesehatan keluarga inti
4)    Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
c.    Data lingkungan
1)    Karakteristik rumah
2)    Karakteristik tetangga dan komunitasnya
3)    Mobilisasi geografis keluarga
4)    Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5)    Sistem pendukung keluarga

d.    Struktur keluarga
1)    Struktur peran
2)    Nilai atau norma keluarga
3)    Pola komunikasi keluarga
4)    Struktur kekuatan keluarga
e.    Fungsi keluarga
1)    Fungsi ekonomi
2)    Fungsi mendapatkan status sosial
3)    Fungsi pendidikan
4)    Fungsi sosialisasi
5)    Fungsi pemenuhan kebuthan
6)    Fungsi religius
7)    Fungsi rekreasi
8)    Fungsi reproduksi
9)    Fungsi afektif
f.     Stress dan koping keluarga, yang terdiri atas stressor jangka pendek dan jangka panjang
g.    Pemeriksaan fisik anggota keluarga
h.    Harapan keluarga
C.   Analisa Data
Di dalam menganalisa data, ada tiga norma yang harus diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu
1.  Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi fisik, mental, sosial, anggota keluarga, keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota, keadaan gizi, status imunisasi, kehamilan dan KB.
2.  Keadaan rumah dan situasi lingkungan meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi luas rumah, sumber air minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah, pemanfaatan pekarangan yang ada.
3.  Perumusan masalah meliputi sifat-sifat keluarga, dinamika dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga, interaksi, kebiasaan, kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarganya dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.
D.   Perumusan Masalah
Setelah dianalisa, maka selanjutnya dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status keluarga, karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai dan kultur yang dianut oleh keluarga tersebut.
Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada tiga kelompok masalah besar yaitu :
1.     Ancaman kesehatan : adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
2.     Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan termasuk adalah keadaan sakit serta kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal
3.     Situasi kritis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam mengetahui diri termasuk juga dalamhal sumber daya keluarga. Yang termasuk adalah perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi orangtua, penambahan anggota keluarga, abortus, anak masuk sekolah, anak remaja, kehilangan pekerjaan, kematian anggota keluarga dan pindah rumah
E.    Diagnosa keperawatan tingkat keluarga
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor yang mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan. Dalam menetapkan diagnosa, ditetapkan berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan formulasi PES (problem, etiologi dan sign).
Contoh diagnosa keperawatan yang  ditetapkan dalam keluarga adalah  :
1.  Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan, disebabkan karena :
a)    Kurang pengetahuan/ketidak tahuan tentang fakta
b)    Rasa takut akibat masalah yang diketahui
c)    Sikap dan falsafah hidup
2.    Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena :
a)     Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luas masalah
b)     Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
c)     Keluarga tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
d)     Keitdak cocokan pendapat dari anggota keluarga
e)     Keluarga tidak snggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga
f)      Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
g)     Takut dari akibat tindakan
h)     Sikap negatif dari masalah kesehatan
i)       Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
j)       Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
k)     Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan
3.    Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :
a)  Tidak mengetahui keadaan penyakit
b)  Tidak mengetahui perkembangan keperawatan yang dibutuhkan
c)  Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d)  Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga
e)  Sikap negatif terhadap yang sakit
f)   Konflik individu dalam keluarga
g)  Sikap dan pandangan hidup
h)  Perilaku yang mementingkan diri sendiri
4.    Ketidaksanggupan keluarga memelihara rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena :
a)    Sumber-sumber keluarga tidak mencukupi
b)    Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah
c)    Ketidaktahuan tentang sanitasi lingkungan
d)    Sikap dan pandangan hidup
e)    Ketidak kompakan antara anggota keluarga
5.    Ketidak mampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
a)    Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b)    Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c)    Kurang percaya kepada petugas dan lembaga kesehatan
d)    Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
e)    Rasa takut akibat dari tindakan
f)     Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
g)    Tidak adanya fasilitas yang diperlukan
h)   Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
i)     Sikap dan falsafah hidup
F.    Prioritas Masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
1.    Tidak mungkin masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
2.    Perlu diperhatikan masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga
3.    Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
4.    Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi
5.    Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah
6.    Pengetahuan dan kebudayaan keluarga
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus terdapat beberapa kriteria yaitu :
1.    Sifat masalah yang meliputi kesehatan keadaan sakit, situasi kritis
2.    Kemungkinan masalah dapat diubah
3.    Potensial masalah untuk dicegah/dirubah
4.    Sifat masalah
Skala prioritas masalah :
No.
Kriteria
Nilai
Bobot
1.
Sifat masalah :
a.    Tidak/kurang sehat
b.    Ancaman kesehatan
c.    Krisis

3
2
1
1
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah :
a.    Dengan mudah
b.    Hanya sebagian
c.    Tidak dapat

2
1
0
2
3.
Potensial masalah dicegah :
a.    Tinggi
b.    Cukup
c.    Rendah

3
2
1
1
4.
Menonjolnya masalah :
a.    Masalah berat harus ditangani
b.    Masalah tidak perlu segera ditangani
c.    Masalah tidak dirasakan

2
1
0
1
                 Sumber :( Bailon dan Maglaya,1978)
Skoring :
1.    Tentukan skor untuk tiap masalah
2.    Skor dibagi angka tertinggi dikalikan dengan bobot, dengan rumus :


Skor
Angka tertinggi
 
 
x  Bobot

3.    Jumlah skor untuk semua criteria
G.   Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana perawatan kesehatan keluarga tergantung dari kondisi masing-masing keluarga yang dihadapi.


 H. Tindakan Keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan ada 2 faktor yang perlu diperhatikan yaitu :
1.  Sifat masalah
2.  Sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan masalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan :
1.  Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka, melalui :
a.    Memperluas pengetahuan keluarga melaui penyuluhan kesehatan
b.    Membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut
c.    Mengaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga
d.    Mengembangkan sifat positif dalam keluarga
2.  Menolong keluarga untuk menetukan tindakan keperawatan
a.    Merundingkan dengan keluarga mengenai akibat-akibat bila mereka tidak mengambil tindakan
b.    Memperkenalkan kepada keluarga alternatif yang dapat mereka pilih dan sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan keperawatan
c.    Merundingkan dengan keluarga akibat dari tindakan atau kemungkinan efek yang timbul
3.  Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat
a)    Memberikan asuhan keperawatan kepada mereka yang sakit
b)    Mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan kepribadian para anggotanya
c)    Membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah dengan menolong keluarga memperbaiki yang sudah ada
d)    Mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi saling pengertian yang mendalam
e)    Membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka dalam memenuhi kebutuhan psikososial para anggotanya
f)     Mencegah rintangan dalam mengadakan rujukan
g)    Perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang sumber daya yang ada di masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya
H. Evaluasi
Evaluasi merupakan tujuan yang ingin  dicapai, yang apabila tidak tercapai maka perlu dicari penyebabnya.
Tolak ukur yang dipakai dalam evaluasi adalah kriteria keberhasilan, standar keperawatan dan perubahan perilaku. Metode penilaian yang digunakan adalah observasi langsung, wawancar, memeriksa laporan dan latihan simulasi
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara optimal.
S   :     Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan
O   :     Adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervansi keperawatan
A   :     Adalah  analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosa
P   :     Adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi
I.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah sistem pencatatan dari seluruh proses keperawatan yang dapat berfungsi sebagai aspek legal dalam tindakan keperawatan yang dilakukan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar