Sabtu, 17 Juni 2017

ANEMIA

A.   Konsep Dasar Medis
1.    Pengertian Anemia dan Menoragia.
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang  umum terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat meyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stres pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antar ginjal,sumsum tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk di pertahankan. (Proverwati, 2011)
Sel darah merah dapat bertahan hidup sekitar 120 hari, sehingga tubuh selalu mencoba untuk menggantikan mereka. Pada orang dewasa,produksi sel darah merah terjadi di sumsum tulang. (Proverwati, 2011)
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut,dan kehamilan. (Nanda, 2013)
Kriteria Anemia menurut WHO (Nanda, 2013), yaitu:
Kelompok
Criteria Anemia
Laki-laki dewasa
<13g/dl
Wanita dewasa (tidak hamil)
<12 g/dl
Wanita hamil
<11 g/dl

Sedangkan, gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan wanita. Permasalahan dalam bidang kesehatan adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan system reproduksi, hal ini mencakup salah satunya adalah  gangguan menstruasi.
Menoragia merupakan salah satu ganggun reproduksi. Menoragia adalah perdarahan menstruasi yang banyak dan lebih dari normal, yaitu lebih dari 8 hari, dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. (Proverwati, 2011)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur. Secara klinis menoragia di defenisikan dengan total jumlah darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2-5 perhari menunjukkan bahwa darah haid normal. Menoragia adalah bila ganti pembalut lebih dari 6 kali perhari. WHO melaporkan 18 juta perempuan usia 30-55 tahun mengalami haid yang berlebih dan dari jumlah tersebut 10% termasuk dalam kategori menoragia (Anwar m. , 2011)
Penyebab menoragia adalah terletak pada  kondisi dalam uterus. Hemostasis di endometrium pada siklus haid berhubungan erat dengan platelet dan fibrin. Formasi trobin akan membentuk plugs dan selanjutnya di ikuti vasokontriksi sehingga terjadi hemostasis. Pada penyakit darah tertentu misalnya penyakit trombositopenia terjadi defesiensi komponen tersebut sehingga menyebabkan terjadi menoragia. Gangguan anatomi juga akan menyebabkan terjadi menoragia, termasuk di antaranya adalah mioma uteri, polip, dan hyperplasia endomatrium. Mioma terletak pada dinding uterus akan mengganggu kontraktilitas otot rahim, permukaan endomatrium menjadi lebih luas dan akan menyebabkan pembesaran pembuluh darah serta beresiko mengalami nekroris. Proses patologis ini akan mengalami hemostasis normal. (Mochamad, 2011)
Menoragia merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan lama haid 4-6 hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80cc, itu sudah abnormal. Dalam istilah kedokteran disebut hipermenorea (menoragia) atau menstruasi berlebihan.
2.    Anatomi dan fisiologi system reproduksi.
Alat reproduksi wanita terdiri dari genetalia eksterna dan genetalia interna, namun demikian fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit. (tarwoto, 2011)
a.   












Sumber : internet
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi
Genetalia eksterna wanita.
1.    Vulva atau pudendum.
Merupakan area genetalia eksterna wanita yang membentang dari mons pubis, labia mayora, labiya minora, klitoris, vestibulum, introitus atau orifficium vagina, vagina.             
2.    Mons pubis atau mons veneris.
Merupakan jaringan lemak subkutan dari jaringan konektif yang melapisi simpisis pubis. Pada setelah masa pubertas daerah ini ditumbuhi oleh rambut halus dan di lengkapi oleh kelenjar sebasea.
3.    Labiya mayora (bibir-bibir besar).
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labiya mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. (prawirohardjo, 2014)
Labiya mayora sama dengan skrotum pada laki-laki yang berfungsi menutup dan mencegah  masuknya organ pada vulva (tarwoto, 2011)
4.    Labiya minora(bibir-bibir kecil).
Merupakan lipatan jaringan tipis di bawah labiya mayora, tidak mempunyai folikel rambut, membentang dari bawah klitoris sampai dengan fourchette. Pada labiya minora banyak terdapat pembuluh darah, saraf dan otot sehingga berwarna merah dan lebih sebsitif serta bersifat erektil.
5.    Klitoris.
Klitoris homolog dengan penis pada pria, terletak pada superior vulva, tepat di bawah arkus pubis. Bentuknya pendek, silindir dengan ukuran 6x6 mm (sebesar kacang ijo). Termasuk organ yang sangat erektil dan sensitive terutama pada ujung badan klitoris. Jika wanita terangsang seksual gland dan badan glitoris akan membesar. Banyaknya pembuluh darah dan saraf membuat klitoris sangat sensitive terhadap sentuhan, suhu maupun sensasi tekanan.
6.    Vestibulum.
Merupakan area tertutup oleh labiya minora, terletak di antara klitoris, labiya minora dan fourchette. Vestibulum terdiri dari saluran atau orificium yaitu lubang muara uretra (orificium uretra), vagina, ductus glandula bartholini kanan dan kiri.
7.    Introitus atau orificum vagina.
Merupakan daerah di bawah vestibulum, pada daerah di sekitar introitus vagina terdapat lipatan tipis yang tertutup mukosa, bersifat elestis yang di sebut hymen atau selaput darah. Pada dinding bagian dalam terdapat kelenjar vestibulur atau kelenjar bartholin’s yang memproduksi secret untuk membantu pada saat koitus.
8.    Perineum.
Merupakan daerah muscular yang di tutupi kulit, terletak antara introitus vagina dan anus. Jaringan otot ini juga menopang rongga panggul dan menjaga panggul tetap pada tempatnya.


9.   






Sumber: Internet
Gambar 2.2
Genetalia interna wanita.





1.    Vagina
Merupakan saluran muscular elastis mulai dari vestibulum sampai serviks. Terletak antara kandung kemih, uretra dan rectum. Pada dinding vagina terdapat otot polos dan epitel skuamosa. Keadaan dinding vagina makin tebal sesuai menambahnya usia. Pada daerah vagina tidak memiliki kelenjar, tetapi di lumasi oleh cairan servik. Cairan vagina bersifat asam dengan PH sekitar 4,5 sehingga berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri. Tingkat keasaman cairan vagina di pengaruhi oleh hormone estrogen. Pada masa produktif seiring meningkatnya hormone estrogen cairan vagina di pengaruhi oleh hormone estrogen. Pada masa produktif seiring meningkatnya hormone estrogen cairan menjadi lebih asam, tetapi pada masa sebelum pebertas dan menopause cairan vagina menjadi basah.
Vagina mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai tempat pengeluaran cairan atau darah menstruasi, tempat penyaluran sperma pada saat hubungan seks untuk masuk ke uterus dan merupakan tempat jalan lahir, serta membantu dalam mencegah infeksi karena suasana vagina yang asam (tarwoto, 2011)
2.    Uterus
Uterus merupakan organ muscular berbentuk kantong seperti buah pear, yang sedikit gepeng kearah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm, dengan berat sekitar 60 g. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan berbentuk sudut dengan vagiana, sedangkan korpus uteri kedepan dan membentuk sudut dengan servik uteri). (prawirohardjo, 2014)
Badan uteri merupakan 2/3 dari uterus dengan panjang 4 cm, berbentuk triangular, dan pada bagian apeks berhubungan dengan cervik. Pada bagian atas di sebut fundus uteri dan berhubungan dengan tuba uteri atau tuba fallopi. Pada bagian tepi samping uterus berhubungan dengan tuba fallopi disebut cornu. Sedangkan pada bagian antara korpus uteri dengan serviks terdapat area yang menyempit yang di sebut isthmus. Cervik uteri merupakan bagian bawah uterus, panjangnya 2.5 cm, berbentuk silindris dan bagian bawahnya berhubungan dengan vagina. (tarwoto, 2011)
Dinding uterus tersusun oleh tiga lapisan yaitu lapisan luar perimetrium, lapisan tengah miometrium, lapisan dalam endomesium. Uterus berfungsi untuk mempersiapkan penerimaan ovum hasil fertilisasi, menyediakan tempat yang nyaman untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus dan placenta saat melahirkan, menyediakan nutrisi hasil konsepsi.
3.    Tuba Uterina.
Disebut juga dengan tuba fallopi atau oviduk, merupakan saluran tempat ovum(sel telur) berjalan menuju uterus. Di tempat ini terjadi fertilisasi atau pembuahan antara sel telur dengan sperma. Panjang tuba fallopi sekitar 10 cm dan diameter 0.7 cm, terletak menggantung di antara ligament uterus. Tuba fallopi dibagi menjadi empat bagian, yaitu infundibulum, ampula, isthumus dan interstitialis.
Fungsi tuba fallopi adalah menangkap sel ovum, menyalurkan spermatozoa dan tempat konsepsi, pertumbuhan dan perkembangan konsepsi sampai blastula.
4.    Ovarium.
Ovarium merupakan kelenjar yang berada di permukaan posterior ligamentum latum, di dekat infundibulum. Terdiri dari 2 buah, berbentuk seperti almond, berwarna putih keruh. Memiliki panjang 4 cm, lebar 0,4 cm dan berat sekitar 3 gr. Ovarium di bungkus oleh pertonium dan di topang oleh ligament mesovarium, ligamentum latum, ligament ovarika dan ligament infudibulum.
Ovarium di bagi atas dua bagian yaitu korteks atau kulit dan bagian medulla. Korteks merupakan lapisan terluar, terdiri atas stroma dan folikel ovarian yaitu unit fungsional pada ovarium yang sangat penting dalam proses oogenosit. Sedangkan bagian medulla terdiri stroma, pembuluh darah, limfatik, serabut saraaf dan otot polos.
3.   








Sumber: Internet
Gambar 2.3
Siklus Menstruasi.







Adapun siklus haid (Anwar, Ilmu kandungan, 2011) yaitu:
1.    Siklus ovarium
a.  Fase folikulogenesis.
Hari 1-8 pada awal siklus, kadar FSH dan LH relative tinggi dan memacu perkembangan 10-20 folikel dengan satu folikel dominan. Relatif tingginya kadar FSH dan LH merupakan trigger turunnya estrogen dan progesterone pada akhir siklus. Selama dan segera setelah haid, kadar estrogen relatif rendah tetapi mulai meningkat karena telah terjadi perkembangan folikel.
Hari ke 9-14 pada fase ini, terjadi kenaikan yang progresif dalam produksi estrogen (terutama estradio) oleh sel granulose dari sel folikel  yang berkembang. Karena kadar estrogen sel folikel yang berkembang. Karena kadar estrogen meningkat, maka terjadi umpan balik negative ke hormone gonadtropin.
b.  Fase ovulasi
Hari ke 14 lonjakan LH sangat penting pada proses ovulas. Ovulasi adalah pembesaran folikel secara tepat yang di ikuti dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan pecahnya folikel dengan pengeluaran oosit.

c.  Fase luteal
Hari ke 15-28 sel granulose mengalami leteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan meningkatkan produksi progesterone dan estradiol. Korpus luteum akan mengalami regresi pada hari ke 26-28 dan terjadilah haid jika terjadi konsepsi maka korpus luteum akan bertahan dan berubah menjadi korpus luteum gravidarum.
2.    Siklus Uterus          endomatrium
a.  Fase proliferasi.
Selam fase folikular di ovarium, endomatrium berada di bawah pengaruh estrogen. Pada akhir haid, proses regenerasi berjalan dengan cepat (fase proliferasi), pada fase ploriferasi peran estrogen sangat menonjol.
b.  Fase sekretorik.
Setelah ovulasi, produksi progesterone menginduksi perubahan sekresi endomatrium. Pada fase sekresi tampak kelenjar menjadi lebih berliku dan menggembung.
c.  Fase haid.
Normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada akhir fase ini terjadi regresi corpus luteum yang berkaitan dengan menurunnya produksi estrogen dan progesterone. Penurunan ini di ikuti dengan kontraksi spasmodic dari bagian arteri spiralis sehingga endomatrium menjadi iskemik dan nekrosis sehingga terjadi pengelupasan lapisan endomatrium dan terjadi perdarahan (haid). Prostaglandin di produksi local dalam uterus akan meningkatkan kontraksi uterus bersamaan dengan pengeluaran darah haid.
4.    Etiologi anemia dan menoragia.
Banyak sekali jenis anemia yang sudah di ketahui dengan berbagai manifestasi dan etiologinya sehingga sebenarnya sulit untuk menyusun klasifikasi kelainan ini. Namun ada beberapa ahli sependapat bahwa penyebab anemia dapat di klasifikasikan dalam 3 kelas besar (prawirohardjo, 2014) yaitu :
·   Kerusakan produksi eritroid sumsum tulang (hipopoliferasi).
·   Kerusakan maturasi eritrosit (eritroipoesis yang tidak aktif).
·   Penurunan daya hidup eritrisit (kehilangan darah dan hemolisis).
Anemia bukanlah suatu penyakit tersendiri, akan tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia di sebabkan oleh : gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang,kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan),dan proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis). (Nanda, 2013)

Penyebab anemia adalah :
a.  Genetik
-     Hemoglobinopati
-     Thalasemia
-     Abnormal ensim glikolitik
-     Fanconi anemia.
b.  Nutrisi
-     Difesiensi besi, difesiensi asam folat
-     Difisiensi cobal/vitamin B12
-     Alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi.
c.  Perdarahan.
d.  Obat-obatan dan zat kimia.
Sedangkan penyebab dari gangguan haid (menstruasi) sangat banyak, menurut (prawirohardjo, 2014) dan secara sistematis dibagi menjadi tiga kategori penyebab utama, yaitu :
1.    Keadaan patologi panggul.
a.  Lesi pada permukaan pada traktus genital.
-     Mioma uteri, adenomiosis.
-     Polip endomatrium (polip rahim).
-     Hyperplasia endomatrium,
-     Adenokarsinoma endomatrium, sarcoma.
-     Infeksi pada serviks, polip.
-     Trauma.
b.  Lesi dalam.
-     Adenomiosis difus, mioma uteri, hepetropi mio etrium.
-     Endometriosis.
-     Malformasi arteri vena pada uterus.
2.    Penyakit medis sistemik
-   Gangguan hemostasi : penyakit von willebrand, gangguan trombositopenia, dan gangguan platelets.
-   Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungfi kelenjar adrenal, SLE.
-   Gangguan hypothalamus hipifisis: adenoma, prolaktinoma, stres, olahraga berlebihan.
3.    Perdarahan uterus disfungsi.
Merupakan gangguan haid tanpa di temukan keadaan patologi pada panggul dan penyakit sistemik.
Menoragia dibagi menjadi 3 bagian :
a.  Gangguan pembekuan.
Keluhan saat haid bersifat terbatas karena berlangsung sangat simultan di seluruh endomatrium serta jaringan endomatrium yang terbentuk estrogen  dan progesterone normal yang bersifat stabil. Perdarahan menyebabkan lapisan endomatrium menjadi semakin menebal namun akhirnya runtuh karena kurang sempurnanya progesterone yang ada di banding dengan jumlah estrogen.
b.  Gangguan dalam organ dalam pelvis.
Menoragia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus adenomiosis infeksi pelvis, polips endometrial dan adanya benda asing seperti IUD. Wanita dengan pendarahan haid melebihi 200 cc, 50% mengalami fibroid, sedangkan 40% pasien dengan adenomiosis mengalami perdarahan haid melebihi 800 cc.
Meoragia pada retrofleksi di sebabkan karena bendungan pada vena uterus sedangkan pada mioma uteri, menoragia di sebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat, perumukaan endomatrium yang luas dan bendungan vena uterus.
c.     Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, kegemukan, dll
5.    Patofisiologi Anemia dan Menoragia.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, terpajan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hempilisis(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Pada siklus ovulasi terjadi perdarahan uterus disfungsi yang di sebabkan oleh terganggunya kontrol lokal homeostasis dan vasokontriksi yang berguna untuk mekanisme membatasi jumlah darah saat pelepasan jaringan endomatrium haid. Saat ini telah di ketahui berbagai molekul yang berguna untuk mekanisme kontrol tersebut, antara lain yaitu: endotelin, prostaglandin, enzim lisosom dan fungsi platelet beberapa keadaan lain yang menyebabkan terjadinya perdarahan uterus disfungsi pada siklus ovulasi adalah korpus luteum resisten dan insufisiensi korpus luteum (Anwar m. , 2011).
Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan pada endomatrium. Endomatrium mengalami poliferasi berlebih tetapi tidak di ikuti dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesterone rendah. Endomatrium jadi tebal tapi rapuh, jaringan endomatrium lepas tidak bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak teratur. Penyebab anovulasi bermacam-macam mulai dari belum  matangnya aksis hypothalamus, hipofisis ovarium sampai suatu keadaan yang menganggu aksis hypothalamus-hipofisis ovarium sehingga terjadi perdarahan uterus disfungsi anovulasi (Anwar m. , 2011).
6.    Tanda dan gejala Anemia dan Menoragia.
Tanda dan gejala anemia :
a.    Anemia ringan.
-   Kelelahan.
-   Penurunan energy
-   Kelemahan
-   Sesak nafas
-   Palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)
-   Tampak pucat. (Proverwati, 2011)
b.    Anemia berat.
Beberapa tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada seseorang dapat mencakup :
-   Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau busuk, berwarna merah marun atau tampak berdaraah jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran pecernaan.
-   Denyut jantung cepat.
-   Tekanan darah rendah.
-   Frekuensi pernafasan cepat.
-   Pucat, kulit dingin.
-   Kulit kering, disebut juga jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah.
-   Murmur jantung
-   Pembesaran limfa dengan penyebab anemia tertentu.
-   Nyeri dada, angina, atau serangan jantung, dan pingsan.
-   Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri atau dengan tenaga)
-   Tidak berkonsentrasi.
Beberapa jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lainnya seperti :
-   Sembelit.
-   Daya konsentrasi rendah
-   Kesemutan.
-   Rambut rontok
-   Malaise (rasa tidak sehat) dan
-   Memburuknya masalah jantung.
Tanda dan gejala menoragia :
-   Perdarahan fase menstruasi yang berlebihan.
-     Perdarahan diantara dua siklus haid.
-   Nyeri mengejang pada abdomen bagian bawah.
-   Lesu
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
-   Sakit kepala.
-   Kelemahan.
-   Kelelahan;
-   Kesemutan pada kaki dan tangan.
7.    Klasifikasi Anemia dan Manoragia.
Adapun macam-macam anemia (Proverwati, 2011) :
a.    Anemia defesiensi vitamin B12
Anemia defesiensi vitamin B12 adalah jumlah sel darah merah yang rendah, yang di sebabkan karena kekurangan vitamin B12. Kurangnya vitamin B12 dalam diet mungkin disebabkan oleh:
·      Makan makanan vegetarian.
·      Miskin diet di masa bayi.
·      Kurang gizi selama kehamilan.
b.    Anemia defesiensi asam folat
Anemia defesiensi folat adalah penurunan jumlah sel-sel darah merah (anemia) karena kekurangan folat. Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak memiliki cukup sehat sel darah merah. Sel darah merah menyediakan oksigen ke jaringan tubuh. Penyebab dari anemia defesiensi folat, yaitu:
·      Obat-obatan tertentu, alcohol, methotrexate, sulfasalazine, triamterene dsb.
·      Alkoholisme kronis.
·      Infeksi dengan cacing pita ikan, atau masalah lain yang membuat sulit bagi tubuh untuk mencerna makanan.
·      Kurang mengonsumsi makanan asam folat.
·      Operasi yang menghapus bagian tertentu dari perut atau usus kecil, seperti beberapa operasi penurunan berat badan.
c.    Anemia defesiensi besi
Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak memiliki cukup sehat sel darah merah. Sel darah merah menyediakan oksigen ke jaringan tubuh. Penyebab anemia defesiensi besi, adalah:
·      Pendarahan. Jika pendarahan berlebihan atau terjadi selama periode tertentu (kronis), tubuh tidak akan dapat mencukupi kebutuhan zat besi untuk di simpan untuk menghasilkan hemoglobin yang cukup untuk menggantikan yang hilang.
·      Kurang asupan makanan. Kurangnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi pada anak-anak maupun ibu hamil.
·      Gangguan penyerapan.



d.    Anemia penyakit kronis.
Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak memiliki sel darah merah yang cukup dan sehat. Penyebab dari anemia penyakit kronis adalah :
·      Gangguan autoimun.
·      Kanker, terutama limfoma.
·      Penyakit ginjal kronik.
·      Infeksi jangka panjang HIV/AIDS, osteomielitis, hepatitis B dan C.
e.    Anemia hemolitik.
Anemia hemolitik adalah suatu kondisi dimana tidak cukup sel darah merah dalam darah, karena kerusakan dini sel-sel darah merah. Penyebab dari anemia hemolitik yaitu :
·      Kelainan pada protein yang membangun sel-sel darah merah normal.
·      Perbedaan protein di dalam sel darah merah yang membawa oksigen.
f.     Anemia aplastik idiopatik.
Anemia aplastik idiopatik adalah suatu kondisi dimana sumsum tulang gagal membuat sel-sel darah secara normal. Sumsum tulang adalah jaringan lembut, mengandung banyak lemak di pusat tulang. Anemia aplastik idiopati disebabkan oleh cedera pada sel induk darah, sel belum matang dalam sumsum tulang yang menimbulkan efek pada semua jenis sel darah lainnya.
g.    Anemia megaloblastik.
Anemia megaloblastik adalah gangguan darah dimana ukuran sel lebih besar dari sel darah merah normal. Adapun penyebabnya, yaitu :
·   Penyalahgunaan alcohol.
·   Mewarisi gangguan tertentu.
·   Obat yang mempengaruhi DNA, seperti obat kemoterapi.
·   Leukemia.
·   Kekurangan vitamin B12.
h.    Anemia pernisiosa.
Anemia pernisiosa adalah penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan. Adapun penyebabnya karena kurang vitamin B12 untuk membuat sel-sel darah merah.
i.      Anemia aplastik sekunder.
Anemia aplastik sekunder adalah kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah yang cukup. Penyebab dari anemia aplastik sekunder, yaitu :
·   Obat tertentu.
·   Kemoterapi.
·   Muncul pada saat lahir.
·   Terapi obat untuk menekan system kekebalan tubuh.
·   Kehamilan.
·   Terapi radiasi.
j.      Anemia sel sabut (Proverwati, 2011)
anemia sel sabit adalah penyakit keturunan dimana sel darah merah berbentuk sabit abnormal.  Anemia sel sabit di sebabkan oleh jenis abnormal hemoglobin, berupa hemoglobin S. disebut hemoglobin S Karena mendistorsi bentuk sel darah merah. 
Adapun macam-macam gangguan pada siklus haid:
a.    Menoragia (hiperminore)
Peradarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak dan durasi/waktu lebih lama dari normal dengan siklus yang teratur. Atau perdarahan dengan 80 ml/siklus dan durasi lebih lama dari normal atau lebih dari 7 hari.
b.    Hipomenorea.
Perdarahan haid dengan darah lebih sedikit dan atau durasi lebih pendek.


c.    Polimenoria.
Perdarahan haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21 hari.
d.    Oligomenoria.
Haid dengan siklus lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari.
e.    Amenorea.
Tidak terjadi haid pada seorang wanita dengan mencakup salah satu dari tiga tanda, yaitu :
1.    Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, di sertai tidak adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder.
2.    Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, di sertai adanya pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.
3.    Tidak terjadi haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut pada perempuan yang sebelumnya pernah haid.
4.    Dismenorhea.
Yaitu nyeri haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat pada bagian bawah abdomen. Keluhan nyeri haid ini berpariasi dari yang mulai ringan sampai ke terberat.
5.    Sindroma prahaid.
Berbagai keluhan muncul sebelum haid, yaitu cemas, lelah, susah konsentrasi, susah tidur, hilang energy, sakit kepala, sakit perut, dan sakit payudara. Sindroma prahaid biasanya di temukan pada 7-10 hari menjelang haid (Anwar m. , 2011).
8.     Pemeriksaan Diagnostik .
a.  Pemeriksaan Lab lengkap.
b.  Darah kadar vitamin B12, asam folat, dan vitamin dan mineralnya.
c.  Pemeriksaan sumsum tulang
d.  USG.
9.    Pengobatan Anemia dan Menoragia.
Pengobatan harus di tunjuk pada penyebab anemia, dan mungkin termasuk :
a.    Transfuse darah.
b.    Kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan system kekebalan tubuh.
c.    Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel-sel darah.
d.    Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainnya.
Pengobatan medikamentosa untuk menoragia dapat di lakukan seperti:
a.    Kombinasi estrogen progestin(tata cara pengobatan perdarahan ireguler).
b.     Progestin (diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen. Tata cara pengobatan sesuai dengan pengobatan perdarahan ireguler.
c.    NSAID (obat anti inflamasi nonsteroid).
d.    Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi levonorgestrel.
10. Komplikasi.
-   Hipoksia .
-   Penyakit jantung.
-   Anemia (bagi Menoragia).
B.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian.
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah pengumpulan data dari sumber primer(klien) dan pengumpulan data dari sumber sekunder(keluarga tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnose keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan,pengalaman yang berkaitan, praktek kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang di lakukan klien. Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk  mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembang dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan keperawatan untuk klien (potter&perry 2005)
a.    Aktivitas/istrahat.
-   Gejala          : keletihan,kelemahan,malaise umum. Kehilangan
     produktivitas, penurunan semangat bekerja.toleransi
  terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan    
  istrahat lebih banyak.
-   Tanda          : takikardia/takipnea : dispnea pada bekerja atau istrahat.
  Lateragi menarik diri, apatis, lesu, kurang tertarik pada
  Sekitanya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
  Ataksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur
  Lunglai,berjalan lambat dan tanda-tanda lain yaitu
  keletihan.
b.    Sirkulasi
-   Gejala          : Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
                        kronis,,menstruasi berat (DB), angina CHF (akibat kerja
                        jantung berlebihan, riwayat endokarditis infektif kronis,
                        palpitasi (takikardia kompensasi)
-   Tanda       : TD : peningkatan sistolik dan diastolic stabil dan
                    tekanan darah melebar : hipotensi postural, distritmia :
                    EKG abnormal, bunyi jantung murmur. Ektremitas
                    (Warna) : pucat pada kulit dan membran mukosa
                   (konjungtiva,mulut,faring,bibir)dan dasar kuku.(pada
                   pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
                   abuan), scelera biru atau putih, pengisian kapiler lambat,
                   rambut kering, mudah putus, menipis, dan beruban
                   secara tidak teratur.
c.    Integritas ego.
-   Gejala          : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilhan
  pengobatan, mis : penolakan transfuse darah.
-   Tanda          : Depresi.
d.    Eliminasi.
-   Gejala          : riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom
    malabsorbsi, hematemesis, feces dengan darah segar,
    melena, diare atau konstipasi
-   Tanda          : distensi abdomen

e.    Makanan/cairan.
-   Gejala          : penurunan masukan diet protein hewani, dan zat besi.
  Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada 
  faring),mual/muntah, dyspepsia, anoreksia, adanya   
 penurunan BB
-   Tanda          : lidah Nampak merah daging/halus, membrane mukosa
     kering,pucat. Turgor kulit:buruk, kering, tampak
  kusut/hilang elastasis, stomatitis dan glositis (status
  defesieensi). Bibir:selitis, mis, inflamasi bibir dengan
  sudut mulut pecah.
f.     Personal higyene.
-   Tanda          : kurang bertenaga,penampilan tak rapih.
g.    Neurosensori.
-   Gejala          : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tintius,
  ketidakmampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
  penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
  keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia
  tangan/kaki, klaudikasi sensasi merasa menjadi dingin.
-   Tanda          : peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur,apatis.
                                   Mental: tak mampu berespon lambat dan dangkal.
                       Oftalmik: hemoragis retina, epitaksis, perdarahan dari
             lubang-lubang. Gangguan koordinasi, ataksia:
           penurunan rasa getar dan posisi.

h.    Nyeri/kenyamanan.
-   Gejala          : nyeri abdomen samar, sakit kepala.
i.      Pernafasan.
-   Gejala          : riwayat TB, abses paru, nafas pendek pada istrahat dan
  aktivitas
-   Tanda          : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
j.      Keamanan.
-   Gejala          : riwayat pekerjaan terpajan bahan kimia, mis; benzen,
     insektisida, fenilbutazon, nafatalen. Riwayat terpajan
     pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
 kecelakaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak
 toleran terhadap dingin dan/panas. Transfuse darah
 sebelumnya.Gangguan penglihatan, penyembuhan luka
 buruk,sering infeksi.
-   Tanda          : demam rendah, menggigil, berkeringat pada malam.
              Limfadenopati umum, patekie dan ekimosis.
k.    Seksualitas.
-   Gejala          : perubahan aliran menstruasi, mis; menoragia atau
  amnore, hilang libido (pria dan wanita), impoten.
-   Tanda          : serviks dan dinding vagina pucat.
l.      Penyuluhan/pembelajaran
-       Gejala       : kecendrungan keluarga untuk anemia, penggunaan
  alcohol kronis, adanya perdarahan aktif. Riwayat
  penyakit;hati, ginjal, kanker.
2.    Diagnosa keperawatan.
Diagnose keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien di dapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan professional lain, yang kesemuanya di kumpulkan selama pengkajian.
Diagnose keperawatan yang dirumuskan memberi arahan untuk proses perencanaan dan pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang di inginkan Selain itu, itu diagnose keperawatan dan rencana asuhan yang mengikutinya membantu dalam mengomunisasikan pada professional lain masalah yang berpusat pada klien melalui rencana asuhan keperawatan, konsultasi, perencanaan pemulangan, dan konferensi klien (potter, 2005)
Adapun diagnose yang muncul pada gangguan anemia(doenges 2014) yaitu :
1.    Gangguan perfusi jaringan, perubahan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
2.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan anatara suplai oksigen (pengirim) dan kebutuhan.
3.    Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan/labsorpsi nutrient yang di perlukan untuk pembentukan SDM normal.
4.    Integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia) .
5.    Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan diet;perubahan proses pencernaan efek samping terapi obat.
6.    Infeksi, resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak adekuat, msi;penurunan Hb.
7.    Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan tubuh pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber informasi.
3.    Intervensi Keperawatan.
Terdapat 3 kategori intervensi keperawatan: intervensi yang di prakarsai oleh perawat,dokter dan kolaboratif.
Intervensi perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawat kesehatan dan diagnose keperawatan. Tipe intervensi ini adalah suatu tindakan autonom berdasarkan rasional ilmiah yang di lakukan untuk  keuntungan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnose keperawatan dan tujuan klien. Intervensi perawat mencakup mencakup aspek praktek keperawatan professional yang tercakup oleh lisensi dan hukum.
Intervensi dokter didasarkan pada respon dokter terhadap diagnose medis, dan perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter. Memberikan medikasi,mengimplementasikan suatu prosedur invasive, mengganti balutan, dan menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic merupakan contoh dari intevensi tersebut.
Intervensi kolaboratif adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian dari berbagai professional perawatan kesehatan. (potter, 2005)
Adapun intervensi dari diagnose keperawatan (doengos 2014), yaitu:
1.    Dx I : Gangguan perfusi jaringan, perubahan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel,
Kemungkinan di buktikan oleh :
-   Palpitasi, angina.
-   Kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh.
-   Ektremitas dingin.
-   Penurunan haluaran urine.
-   Mual/muntah, distetnsi abdomen.
-   Perubahan TD, pengisian kapiler lambat
-   Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi.
Hasil yang di harapkan/criteria evaluasi :
-   Menunjukkan perfusi adekuat, mis; tandavital stabil, membrane mukosa warna merah mudah.
-   Pengisian kapiler baik, haluara urine adekuat.
-   Mental seperti biasa (rileks).
Tindakan/Intervensi
Rasional
Mandiri :
Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler, catatan; kontraindikasi bila ada hipotensi.
Awasi upaya pernafasan; auskultasi bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius.
Dispnea, gemercik menunjukkan GJK karean regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.s
Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
Iskemia seluler mempengaruhi  jaringan miokardial/potensial resiko infark.
Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.
Dapat mengidentifikasi ganguan fungsi serebral karena hipoksia.
Orientasikan ulang pasien sesuaai kebutuhan. Catat jadwal aktivitas pasien untuk di rujuk. Berikan cukup waktu untuk pasien berfikir, komunikasi dan aktivitas.
Membantu memperbaiki proses fikir dan ketidakmampuan melakukan/mempertahankan kebutuhan AKS.
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesui indikasi.
Vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasein/kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatsi. (penurunan perfusi organ)
Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboraturium, mis: Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA
Mengidentifikasi defesiensi dan kebutuhan pengobatan respon terhadap terapi.
Berikan SDM darah lengkap, awasi ketat untuk komplikasi transfuse.
Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.
Berikan O2 sesuai kebutuhan
Memaksimalkan transpor O2 ke jaringan.
Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi.
Tranplantasi sumsum tulang di lakukan pada ke gagalan sumsum tulang/anemia aplastik.
                                       
2.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan anatara suplai oksigen (pengirim) dan kebutuhan.
Kemungkinan di buktikan oleh :
-   Kelemahan dan kelelahan.
-   Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan.
-   Lebih banyak memerlukan istrahat/tidur.
-   Palpitasi, takikardia, peningkatan TD/ respon pernafasan dengan kerja ringan.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
-   Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).
-   Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis; nadi pernafasan, dan TD dalam rentang normal pasien.
Tindakan/Intevensi
Rasional
Mandiri :
Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan kelemahan otot
Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan klien/resiko cidera.
Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan sesudah aktivitas (mis; peningkatan denyut jantung/TD, Distritmia, pusing, dispnea, takipnea,dsb.
Manifestasi kordiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila di indikasikan . pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tidak di rencanakan.
Meningkatkan istrahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko cidera.
Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istrahat. Pilih periode istrahat dengan periode aktivitas.
Mempertahankan tingkat energy dan meningkatkan regangan pada system jantung dan pernafasan.
Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulsi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
Membantu bila perlu, harga diri di tingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan aktivitas seni sesuai toleransi
Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki harga diri dan rasa terkontrol.
Gunakan tekhnik penghematan energi mis;mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.
Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelelahan.
Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi,nyeri dada,napas pendek,kelemahan,atau pusing
Regangan stres kordipilmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan dekompensasi/kegagalan.

3.    Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan/labsorpsi nutrient yang di perlukan untuk pembentukan SDM normal.
Kemungkinan di buktikan oleh :
-   Penurunan BB/ BB di bawah normal untuk usia, tinggi dan bangun badan.
-   Penurunan lipatan kulit trisep.
-   Perubahan gusi, membrane mukosa kulit.
-   Penurunan toleransi untuk aktivitas,kelemahan, dan kehilangan tonus otot.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
-   Menunjukkan peningkatan BB atau BB dalam batas normal.
-   Tidak mengalami malnutrisi.
-   Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/mempertahankan BB yang sesuai.
Tindakan/Intervensi
Rasional
Mandiri :
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang di sukai.
Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
Timbang BB tiap hari
Mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi
Berikan makanan sedikit frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
Makan sedikti dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
Observasi dan catat kajadian mual/muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan.
Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ
Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk menyikat gigi, berikan pencuci mulut yang di  encerkan bila mukosa oral luka.
Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Tekhnik perawatan mulut khusus mungkin di perlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Kolaborasi :
Konsul ahli gizi
Membantu dalam membuat rencana diet untuk memnuhi kebutuhan individual.
Pantau pemeriksaan Laboraturium, mis; Hb/Ht, BUN, albumin, protein, transferin, besi serum, B12 asam folat, TIBC, elektrolit serum
Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Berikan obat sesuai indikasi, mis; vitamin, suplemen mineral.
Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang di butuhkan.
Tambahan besi oral, mis; fero sulfat(feosol), fero glukonat (fergon).
Mungkin berguna pada beberapa tipe anemia difesiensi besi.
Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas, atau terlalu asam sesuai indikasi.
Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatsi tipe makanan yang dapat di toleransi pasien.
Berikan suplemen nutrisi, mis; ensure, isocal.
Meningkatkan masukan protein dan kalori.

4.    Integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia) .
Kemungkinan di buktikan oleh :
-   Tidak dapat di terapkan; adanya tanda-tanda gejala-gejala membuat diagnose actual.
Kriteria hasil/ hasil yang di harapkan :
-   Mempertahankan integritas ego.
-   Mengidentifikasi faktor resiko/perilaku individual untuk mencegah cidera dermal.
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri :
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritmia, ekskoriasi.
Kondisi kulit di pengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi, jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
Ubah posisi secara periodic dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur.
Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Area lembap, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningktkan iritasi.
Bantu klien untuk latihan rentabf gerak aktif dan pasif.
Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis.
Kolaborasi:
Gunakan alat pelindung, mis; kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air, pelindungn tumit/siku, dan bantal sesuai indikasi.
Menghindari kerusakan kulit dengan mencegah/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.

5.    Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan diet;perubahan proses pencernaan efek samping terapi obat.
Kemungkinan di buktikan oleh :
-   Perubahan pada frekuensi, karakteristi, dan jumlah feces.
-   Mual/muntah, penurunan nafsu makan.
-   Laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram
-   Gangguan bunyi usus.
Hasil yang di harapkan./kriteria hasil :
-   Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
-   Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang di perlukan sebagai penyebab, faktor pemberat.
Tindakan/Intervensi
Rasional
Mandiri:
Observasi warna feces, konsistensi, frekuensi, dan jumlah
Membantu mengidentifikasikan penyebab/faktor memperberat dan intervensi yang tepat
Auskultasi bunyi usus
Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Awasi masukan dan pengeluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
Dapat mengidentifikasikan dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasikan defesiensi diet.
Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Membantu dalam memperbaiki konsistensi feces bila konstipasi. Akan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.
Hindari makanan yang membentuk gas.
Menurunkan distress gastric dan distensi abdomen.
Kaji kondisi kulit perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Mencegah ekskoriasi kuli dan kerusakan
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi serat dan bulk
Serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorbsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan buil, yang bekerja dengan sebagai perangsang untuk defekasi.
Berikan pelembek feces,stimulant ringan,laktasif pembentuk bulk,atau edema sesuai indikasi. Pantau ke efektifan
Mempermudah defekasi bila  konstipasi terjadi.
Berikan obat antidiare, dan obat pengabsosrbsi air.
Menurunkan motilitas usus bila terjadi diare.

6.    Infeksi, resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak adekuat, msi;penurunan Hb.
Kemungkinan di buktikan oleh :
-   Tidak dapat di terapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnose actual.
Hasil yang di harapkan :
-   Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
-   Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri :
Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien.
Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial, catatan;pasien anemia berat/aplastik dapat beresiko akibat flora normal kulit.
Pertahankan tekhnik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Menurunkan resiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Menurunkan resiko kerusakan kulit/jaringan infeksi.
Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk, dan napas dalam
Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
Tingkatkan caia adekuat.
Membantu dalam pengenceran secret pernafsan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh (mis; pernafasan dan ginjal)
Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi.
Amati aritema/cairan luka
Indicator infeksi lokal. Catatan: pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
Kolaborasi:
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.
Memebedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
Berikan antiseptic topical; antibiotic sistemik.
Mengkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

7.    Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan tubuh pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Kemungkinan di buktikan oleh :
-     Pertanyaan, meminta informasi.
-     Pernyataan salah konsepsi.
-     Tidak akurat mengikuti instruksi.
-     Terjadi komplikasi yang dapat di cegah.
Hasil yang di harapkan/kriteria hasil:
-   Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostic, dan rencana pengobatan.
-   Mengidentifikasi faktor penyebab.
-   Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

Tindakan/Intervensi
Rasional
Mandiri:
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Tinjau tinjauan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Ansietas/takut tentang ketidakadekuatan meningkatkan tingkat stres, yang selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa yang di perkirakan menurunkan ansietas.
Kaji sumber-sumber (mis; keuangan dan memasak )
Sumber tidak adekuat dapat mempengaruhi kemampuan untuk membuat/menyiapkan makanan yang tepat.
Diskusikan pentingnya hanya minum obat yang di resepkan.
Kelebihan dosis obat besi dapat menjadi toksik.
Sarankan minum obat dengan makan atau segera setelah makan.
Besi paling baik diabsorpsi pada lambung kosong. Namun garam besi merupakan iritan lambung dan dapat menyebabkan  dyspepsia, diare, dan distensi abdomen bila di minum saat lambung kosong.
Tekankan pentingnya menjaga  kebersihkan mulut.
Suplemen besi tertentu dapat meninggalkan sisa pada gigi dan gusi.
Telaah kebersihan mulut, pentingya perawatan gigi teratur.
Efek anemia dan suplemen besi meningkatkan resiko infeksi.
Instruksikan untuk menghindari produk aspirin.
Meningkatkan kecederungan perdarahan.
Rujuk ke sumber komunitas yang tepat bila indikasi, mis; kupon makan dari pelayanan social.
Mungkin memerlukan bantuan dengan persiapan makan/penjual makanan.
4.    Implementasi.
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan di selesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari. (potter, 2005)
5.    Evaluasi.
Evaluasi dari pelayanan kesehatan adalah proses yang di gunakan menentukan kualitas asuhan dan pelayanan yang di berikan kepada klien. Setiap perawatan yang professional di harapkan untuk mengevaluasi keberhasilan dirinya dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif. (potter, 2005)
Suatu evaluasi dapat di katakana berhasil, apabila :
1.    Gangguan perfusi jaringan teratasi.
2.    Intoleransi aktivitas tidak tejadi.
3.    Gangguan nutrisi teratasi.
4.    Integritas, kerusakan, resiko, tidak terjadi.
5.    Konstipasi atau diare dapat teratasi.
6.    Infeksi, resiko tidak terjadi.
7.    Kecemasan berkurang/teratasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar