TERHADAP SUHU TUBUH BBLR DI RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI
MAKASSAR
Sri
Angriani1, Amelia Fransisca2, Jamila Kasim3
1Poltekkes Kemenkes Makassar
2STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani
Hasanuddin Makassar

ABSTRAK
Kangaroo Mother
Care atau perawatan Metode Kanguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan
melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu
tubuh bayi tetap hangat (Atikah dkk, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui hubungan penggunaan metode kangaroo mother care dengan suhu tubuh
BBLR. Penelitian ini menggunakan rancangan cross
sectional. Pengambilan sampel
menggunakan teknik probability sampling dengan
jenis simple random sampling,
didapatkan 38 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan
kuesioner.Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi
16.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi
frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi-square
(x) dengan tingkat kemaknaan
0,05. Hasil uji statistik chi-square
(x), probabilitas (p) dengan taraf signifikansi 5% (0,05).
Hasil uji statistik memperlihatkan nilai chi-square
(x) = 0,013. Oleh karena p <0,05 (0,013<0,05) maka Ha
diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR
dengan Kangaroo Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Kesimpulan
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan
Kangaroo Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.
Kata Kunci : Suhu Tubuh,
Kangaroo Mother Care, BBLR
PENDAHULUAN
Setiap tahun di
dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR).
Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan
sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam
kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara berkembang, BBLR banyak
dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka
kematian pada neonatus (HTA Indonesia 2008_Perawatan BBLR dengan Metode
Kanguru_hlm3/38).
Dalam laporan WHO yang
dikutip dari
State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh
Bayi Berat Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan
lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia
dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR. Berdasarkan perkiraan World Health Organization (WHO) pada
tahun 2007, di negara berkembang hampir 70% dari 5 juta kematian neonatal dan
17 dari 25 juta persalinan per tahun melahirkan bayi dengan BBLR (kurang dari
2500 gr).

Departemen Kesehatan (2007) angka kematian
sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50%
dari angka kematian bayi baru lahir. Adapun masalah yang sering timbul sebagai
komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,
hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007). Sekitar 57%
kematian bayi tersebut terjadi saat bayi umur dibawah 1 bulan dan terutama
disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah (BBLR). Menurut
perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat rendah
(Depkes RI, 2007).
Pada tahun 2008
jumlah bayi yang mengalmi BBLR mengalami penurunan menjadi 1998 (1,36% dari
total jumlah bayi lahir) dan yang di tangani sebanyak 1670 (83,58%), sementara
kasus tertinggi di kota Makassar (251) kasus, menyusul kabupaten sidrap (172)
kasus, kota pare-pare (158) kasus dan kabupaten Pangkep (147) kasus dan
terendah di kabupaten Jeneponto sebanyak 22 kasus (profil dinkes, 2009).
Sedangkan untuk
tahun 2009 jumlah bayi dengan BBLR mengalami peningkatan menjadi 2040 (1,36%
dari total jumlah bayi

Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
|
7
|
lahir) dan yang
di tangani sebanyak 2025 (99,26%), sementara kasus tertingggi di kota Makassar
251 kasus. (dinkes-sulsel). Propil kesehatan propinsi Sulawesi selatan 2009,
BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah propinsi
Sumatra utara dan tertinggi Sulawesi selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan
BBLR sebanyak 1554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak
1178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi di kota makassar yaitu 355 kasus
(2,63%) dan 13486 bayi lahir hidup. (profil dinkes, 2009).
Dari data RSKD
ibu dan anak Pertiwi pada tahun 2010 jumlah bayi BBLR adalah 308 dan kejadian
terbanyak pada bulan mei 2010 dengan total 30 kelahiran dengan BBLR, tahun 2011
kejadian BBLR meningkat menjadi 366, dengan kejadian terbanyak pada bulan july
dengan total 59 kelahiran dengan BBLR dan pada tahun 2012 kelahiran bayi dengan
berat badan lahir rendah adalah 333 dengan kejadian terbanyak pada bulan
oktober yaitu 39 kelahiran dengan BBLR. (Medical Record, 2013).
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel
penelitian
Penelitian ini
adalah penelitian non eksperimen dengan metode pendekatan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara metode KMC dengan suhu tubuh BBLR. Penelitianini
dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassaar waktu
Penelitianpada tanggal 19 Juni sampai 26 Juli.
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu nifas yang melahirkan dengan berat badan lahir
rendah yang ada di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Besar sampel dalam
penelitian adalah sebanyak 39 yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik penarikan
sampel yang digunakan adalah probability
sampling dengan jenis simple random
sampling.
Cara pengumpulan data
Pengumpulan data
merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian
digunakan kuesioner/angket. Angket/kuesioner merupakan alat ukur dengan
beberapa pertanyaan, digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta
huruf. Pembuatan kuesioner mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh
peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
Pengolahan data
Pengolahan data
dilakukan secara manual dengan mengisi kuesioner yang

disediakan, selanjutnya dengan menggunakan bantuan program pengolahan data computer dengan urutan sebagai berikut :
1.
Meringkas data

Merupakan
pemilihan untuk mengklasifikasi data menurut kategori.
2. Editing
Editing dilakukan
untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.
3. Koding
Koding merupakan
tahap selanjutnya deengan memberi kode pada jawaban dari responden tersebut.
4. Entry data
Setelah dilakukan
kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokkan data kedalam
suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Cleaning
Data yang telah
dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data telah bersih dari
kesalahan, baik pada waktu pengolahan maupun pada waktu membaca kode, sehingga
siap untuk dianalisa.
Analisa data
Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji statistik, untuk :
1. Analisis univariat
Analisis
univariat dilakukan dengan cara analisis distribusi frekwensi
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat
menggunakan uji chi-square dengan kemaknaan 0,05.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 5.1 Diagram
distribusi responden berdasarkan kelompok umur ibu, di RSKD Ibu dan Anak
Pertiwi Makassar
Umur
|
n
|
(%)
|
|
|
|
25 tahun
|
1
|
2,6
|
26 tahun
|
2
|
5,3
|
27 tahun
|
8
|
21,1
|
28 tahun
|
6
|
15,8
|
29 tahun
|
5
|
13,2
|
30 tahun
|
9
|
23,7
|
31 tahun
|
2
|
5,3
|
32 tahun
|
2
|
5,3
|
33 tahun
|
1
|
2,6
|
36 tahun
|
1
|
2,6
|
38 tahun
|
1
|
2,6
|
Total
|
38
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2013

8 Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Tabel 5.2 Diagram
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin bayi, di RSKD Ibu dan Anak
Pertiwi Makassar
Jenis Kelamin
|
n
|
%
|
|
|
|
laki-laki
|
20
|
52,6
|
Perempuan
|
18
|
47,4
|
Total
|
80
|
100.0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan
tabel 5.2
memperlihatkan
bahwa dari 38
responden, terdapat 20 responden (52,6%) berjenis kelamin laki-laki dan 18
responden (47,4%) berjenis kelamin perempuan.
Tabel 5.3 Diagram
distribusi responden berdasarkan agama, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Agama
|
n
|
%
|
Islam
|
35
|
92,1
|
Kristen
|
3
|
7,9
|
Hindhu
|
0
|
0
|
Budha
|
0
|
0
|
Total
|
38
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2013
Berdasarkan
tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 38 responden, terdapat sebanyak 35 responden
(92,1%) beragama Islam, 3 responden (7,9%) beragama Kristen dan tidak ada
responden yang beragama Hindhu dan Budha.
Tabel 5.4 Diagram
distribusi responden berdasarkan suku, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Suku
|
n
|
%
|
Makassar
|
15
|
39,4
|
Bugis
|
19
|
50,0
|
Toraja
|
2
|
5,3
|
Lainnya
|
2
|
5,3
|
Total
|
38
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2013

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 38 responden, terdapat 15 responden (39,4%) suku Makassar, 19 responden (50,0%) suku Bugis, 2 responden (5,3%) suku Toraja, dan 2 responden (5,3%) suku Lainnya.
Tabel 5.5 Diagram distribusi
responden berdasarkan Kangaroo Mother Care, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar
Kangaroo Mother Care
|
n
|
%
|
|
|
|
Tidak
|
16
|
42,1
|
Iya
|
22
|
57,9
|
Total
|
38
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2013
Tabel
5.5 memperlihatkan bahwa dari 38 responden, terdapat 16 responden (42,1%) yang
tidak melakukan Kangaroo Mother Care, dan 22 responden (57,9%) yang melakukan
Kangaroo Mother Care.
Tabel 5.6 Diagram distribusi
responden berdasarkan suhu tubuh BBLR, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Suhu Tubub
|
n
|
%
|
|
BBLR
|
|||
|
|
||
Hipotermi
|
15
|
39,5
|
|
Normal
|
23
|
60,5
|
|
Total
|
38
|
100,0
|
Sumber :
Data Primer, 2013
Tabel
5.6 memperlihatkan bahwa dari 38 responden, terdapat 15 responden (39,5%) yang
mengalami hipotermi, dan 23 responden (60,5%) yang suhu tubuhnya normal.
2. Analisis Bivariat
Tabel 5.7 Hubungan antara
Kangaroo Mother Care dengan suhu tubuh BBLR di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi
Makassar
Kangaroo
|
Suhu tubuh BBLR
|
Total
|
|||||
Mother
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
Care
|
|
|
|
|
|
|
|
Hipotermi
|
Normal
|
|
|
||||
|
n
|
%
|
n
|
|
%
|
n
|
%
|
Tidak
|
10
|
62,5
|
6
|
|
37,5
|
16
|
100,0
|
Iya
|
5
|
22,7
|
17
|
|
77,3
|
22
|
100,0
|
Total
|
15
|
39,5
|
23
|
|
60,5
|
38
|
100,0
|
Hasil Uji Statistik ( p )
|
= 0,013
|
|
|||||
Sumber :
Data Primer, 2013
|
|
|
|
Berdasarkan
tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 38 responden terdapat, 15 bayi (39,5 %) yang
mengalami hipotermi dan 23 bayi (60,5 %) yang suhu tubuhnya normal sedangkan
terdapat, 16 ibu (42,1 %) yang tidak melakukan Kangaroo Mother Care

Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
|
9
|
(KMC)
dan 22 ibu (57,9 %) yang melakukan Kangaroo Mother Care (KMC). Untuk uji
statistik chi-square (x), probabilitas (p) dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hasil uji statistik
memperlihatkan nilai chi-square (x) = 0,013. Oleh karena p < (0,013<0,05) maka Ha diterima
dan Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan
Kangaroo Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.
PEMBAHASAN
1. Kangaroo Mother Care (KMC)
Dari
hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 38 responden terdapat, 16 ibu (42,1
%) yang tidak melakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dan 22 ibu (57,9 %) yang
melakukan Kangaroo Mother Care (KMC). Pelaksanaan metode kangguru atau
perawatan bayi lekat sangat bermanfaa tuntuk merawat bayi baru lahir yang
memiliki berat lahir rendah, baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di
rumah, ini sejalan dengan pendapat Provera wati dan Ismawati (2010). Juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marliyana (2010) dengan hasil
penelitian bahwa pelaksanaan metode kangguru tergolong baik (68,75%).
Kecepatan
aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari inti
tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas dari
inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningktan konduksi panas hampir
delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator
panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran
panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Dengan meletakan bayi
telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi sehingga
bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas yang baik
bagi bayi.
Metode
kanguru mampu memberikan kebutuhan asasi bayi dengan berat lahir rendah,
caranya melalui penyediaan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu,
sehingga memberikan peluang untuk beradaptasi lebih baik dengan dunia luar.
Metode kanguru juga lebih disenangi bayi dan bermanfaat karena dapat memberikan
rasa aman, nyaman, menguatkan insting bayi dengan merasakan detak jantung
ibunya lalu mencari-cari sendiri putingnya.
2. Suhu tubuh
Dari
hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 38 responden terdapat, 15 bayi

(39,5 %) yang mengalami hipotermi dan 23 bayi (60,5 %) yang suhu tubuhnya normal.

Kelenturan
pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan mempercepat
hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi, perbandingan
permukaan tubuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua ini dapat
mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) jaringan adiposa sedikit dan kelenturan menurun sehingga memerlukan suhu
lingkungan yang lebih panas untuk mencapai suhu yang normal.
3. Hubungan atara Kangaroo
Mother care (KMC) dengan suhu tubuh BBLR
Dari
hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 38 responden terdapat, 15 bayi (39,5
%) yang mengalami hipotermi dan 23 bayi (60,5 %) yang suhu tubuhnya normal
sedangkan terdapat, 16 ibu (42,1 %) yang tidak melakukan Kangaroo Mother Care
(KMC) dan 22 ibu (57,9 %) yang melakukan Kangaroo Mother Care (KMC).
Hasil
uji statistik memperlihatkan nilai chi-square
= 0,013. Oleh karena p <0,05 (0,013<0,05) maka Ha diterima dan Ho
ditolak yang berarti terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo
Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

10 Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Hasil penelitian
ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaida Mauludiyah dengan hasil
suhu BBLR pada KMC I sebesar -18.679 (p = 0,000), suhu BBLR KMC II sebesar
-22.222 (p = 0,000), suhu sebelum KMC I dan suhu sesudah KMC II sebesar -17.839
(p = 0,000), suhu sesudah KMC II dengan suhu terendah pada bayi sebesar 9.313
(p = 0,000) yang berarti terdapat hubungan antara KMC dengan suhu tubuh BBLR.
Hasil penelitian
lain yang dilakukan oleh Ali et al
(2009) melakukan PMK selama rata-rata 25 hari pada 114 responden, menemukan
suhu tubuh bayi yang dilakukan PMK, mengalami peningkatan yang bermakna (p <
0,001 = 0,05) .Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rao et al. (2008) melaksanakan penelitian
berjudul “Kangaroo mother care for low
birth weight infants: A randomized
controlled trial”. Penelitian dilakukan terhadap 206 bayi dengan berat < 2000 gram. Subjek
dibagikan dalam 2 grup yaitu grup yang dilakukan intervensi dengan perawatan
metode kanguru (PMK) dan grup pembanding yaitu dengan perawatan konvensional
(PK). Hasil penelitian menunjukkan pada bayi yang dirawat dengan PMK terjadi
penambahan berat badan rata-rata yang lebih baik per hari (23,99 gr versus
15,58 gr, p<0,0001), penambahan mingguan lingkar kepala (PMK=0,75 cm versus
PK=0,49 cm, p=0,02), panjang badan (PMK=0,99 cm versus PK=0,7 cm, p=0,008),
terjadinya hipotermi (PMK=6 bayi versus PK=37 bayi, p<0,001).
Peneliti
berasumsi bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai
keterbatasan dalam pengaturan fungsi tubuhnya, salah satunya adalah
ketidakstabilan suhu tubuh, sehingga dapat menyebabkan hipotermi pada bayi
BBLR. Hipotermi dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian pada bayi BBLR.
Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan salah satu solusi pencegahan hipotermi
pada BBLR. Prinsipnya adalah skin to skin contact yaitu perpindahan panas
secara

konduksi dari ibu ke bayi sehingga bayi tetap hangat. Suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah, dapat memberikan lingkungan hangat pada bayi, juga meningkatkan hubungan ibu dengan bayinya
Dengan
adanya metode Kangaroo Mother Care yang mudah dapat dilakukan oleh siapa saja
serta hemat biaya dan digunakan ketika fasilitas untuk perawatan sehingga
diperlukan upaya peningkatan penggunaan metode Kangaroo Mother Care pada bayi
BBLR.
KESIMPULAN
Dari hasil
penelitian yang dilakukan di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo
Mother Care, suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang selalu tersedia bagi
bayi sehingga dapat memberikan lingkungan yang nyaman bagi bayi BBLR.
SARAN
Berdasarkan
kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah
sakit dapat lebih intensif melaksanakan perawatan metode kanguru, selain itu
juga dapat memberikan informasi dan penyuluhan kepada masyarakat umum,
khususnya kepada ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan tentang manfaat dan
cara pelaksanaan perawatan metode kanguru.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Mengingat
banyaknya manfaat dari perawatan metode kanguru, oleh karena itu diharapkan
institusi pendidikan dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan dalam
memberikan pengetahuan tentang manfaat dan pelaksanaan perawatan metode
kanguru.
3. Bagi Ibu
Diharapkan bagi
ibu yang telah mengikuti perawatan metode kanguru di rumah sakit dapat
menerapkan kembali di rumah secara baik dan benar.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Peneliti
Selanjutnya diharapkan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasil yang
diinginkan lebih signifikan.

Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
|
11
|

Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Perawatan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode Kanguru. Jakarta : HTA Indonesia 2008_Perawatan BBLR dengan Metode
Kanguru.
Hidayat A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Kementrian
Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Anak
kemkes RI.
Proverawati
Atikah dan Sulistyorini Cahyo Ismawati. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika
Santrock John W. 2011. Masa Perkembangan Anak – Children - . Jakarta : Salemba Humanika.
Sihhanani. 2011. Kangaroo Mother Care, (online),
(http://sihhanani.blogspot.com/2011/11/kangaroo-mother-care.html, sitasi
tanggal 21 November 2011).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & Q. Alfabeta.
Bandung.
Wahyuni Sari. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.
Yongky, Judha
Mohamad, Rodiyah dan Sudarti. 2012. Asuhan
Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

12 Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Slot Machines - DMC
BalasHapusLas Vegas slot machines. 양주 출장마사지 A 평택 출장안마 quick rundown of all casinos and the slot machines 동해 출장샵 to play here. We'll explain all you need to know about these games in our 군산 출장샵 Slots. 시흥 출장안마