Sabtu, 17 Juni 2017

HUBUNGAN ANTARA METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC) TERHADAP SUHU TUBUH BBLR DI RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA METODE KANGAROO MOTHER CARE (KMC)

TERHADAP SUHU TUBUH BBLR DI RSKD IBU DAN ANAK PERTIWI
MAKASSAR

Sri Angriani1, Amelia Fransisca2, Jamila Kasim3

1Poltekkes Kemenkes Makassar
2STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani Hasanuddin Makassar
ABSTRAK

Kangaroo Mother Care atau perawatan Metode Kanguru adalah perawatan bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu (kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat (Atikah dkk, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan penggunaan metode kangaroo mother care dengan suhu tubuh BBLR. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling dengan jenis simple random sampling, didapatkan 38 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi-square

(x) dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil uji statistik chi-square (x), probabilitas (p) dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hasil uji statistik memperlihatkan nilai chi-square (x) = 0,013. Oleh karena p <0,05 (0,013<0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

Kata Kunci : Suhu Tubuh, Kangaroo Mother Care, BBLR



PENDAHULUAN

Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus (HTA Indonesia 2008_Perawatan BBLR dengan Metode Kanguru_hlm3/38).
Dalam laporan WHO yang dikutip dari
State of the world’s mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya kematian yang disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital sebagian juga adalah BBLR. Berdasarkan perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, di negara berkembang hampir 70% dari 5 juta kematian neonatal dan 17 dari 25 juta persalinan per tahun melahirkan bayi dengan BBLR (kurang dari 2500 gr).


Departemen Kesehatan (2007) angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Adapun masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum (Depkes, 2007). Sekitar 57% kematian bayi tersebut terjadi saat bayi umur dibawah 1 bulan dan terutama disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah (BBLR). Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat rendah (Depkes RI, 2007).
Pada tahun 2008 jumlah bayi yang mengalmi BBLR mengalami penurunan menjadi 1998 (1,36% dari total jumlah bayi lahir) dan yang di tangani sebanyak 1670 (83,58%), sementara kasus tertinggi di kota Makassar (251) kasus, menyusul kabupaten sidrap (172) kasus, kota pare-pare (158) kasus dan kabupaten Pangkep (147) kasus dan terendah di kabupaten Jeneponto sebanyak 22 kasus (profil dinkes, 2009).

Sedangkan untuk tahun 2009 jumlah bayi dengan BBLR mengalami peningkatan menjadi 2040 (1,36% dari total jumlah bayi



Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
7

lahir) dan yang di tangani sebanyak 2025 (99,26%), sementara kasus tertingggi di kota Makassar 251 kasus. (dinkes-sulsel). Propil kesehatan propinsi Sulawesi selatan 2009, BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah propinsi Sumatra utara dan tertinggi Sulawesi selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR sebanyak 1554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1178 orang (75,8%), dengan kasus tertinggi di kota makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dan 13486 bayi lahir hidup. (profil dinkes, 2009).

Dari data RSKD ibu dan anak Pertiwi pada tahun 2010 jumlah bayi BBLR adalah 308 dan kejadian terbanyak pada bulan mei 2010 dengan total 30 kelahiran dengan BBLR, tahun 2011 kejadian BBLR meningkat menjadi 366, dengan kejadian terbanyak pada bulan july dengan total 59 kelahiran dengan BBLR dan pada tahun 2012 kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah adalah 333 dengan kejadian terbanyak pada bulan oktober yaitu 39 kelahiran dengan BBLR. (Medical Record, 2013).

BAHAN DAN METODE

Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode pendekatan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara metode KMC dengan suhu tubuh BBLR. Penelitianini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassaar waktu Penelitianpada tanggal 19 Juni sampai 26 Juli.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang melahirkan dengan berat badan lahir rendah yang ada di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Besar sampel dalam penelitian adalah sebanyak 39 yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan jenis simple random sampling.

Cara pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian digunakan kuesioner/angket. Angket/kuesioner merupakan alat ukur dengan beberapa pertanyaan, digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf. Pembuatan kuesioner mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengisi kuesioner yang

disediakan, selanjutnya dengan menggunakan bantuan program pengolahan data computer dengan urutan sebagai berikut :
1.   Meringkas data
Merupakan pemilihan untuk mengklasifikasi data menurut kategori.
2.   Editing
Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

3.   Koding
Koding merupakan tahap selanjutnya deengan memberi kode pada jawaban dari responden tersebut.
4.   Entry data
Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokkan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

5.   Cleaning
Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengolahan maupun pada waktu membaca kode, sehingga siap untuk dianalisa.

Analisa data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik, untuk :
1.   Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan dengan cara analisis distribusi frekwensi
2.   Analisis bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan kemaknaan 0,05.

HASIL PENELITIAN

1.   Analisis Univariat
Tabel 5.1 Diagram distribusi responden berdasarkan kelompok umur ibu, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar

Umur
n
(%)



25 tahun
1
2,6
26 tahun
2
5,3
27 tahun
8
21,1
28 tahun
6
15,8
29 tahun
5
13,2
30 tahun
9
23,7
31 tahun
2
5,3
32 tahun
2
5,3
33 tahun
1
2,6
36 tahun
1
2,6
38 tahun
1
2,6
Total
38
100,0
Sumber : Data Primer, 2013


8                                                                                                             Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 38 responden, terdapat 1 responden (2,6%) berumur 25 tahun, 2 responden (5,3%) berumur 26 tahun, 8 responden (21,1%) berumur 27 tahun, 6 responden (15,8%) berumur 28 tahun, 5 responden (13,2%) berumur 29 tahun, 9 responden (23,7%) berumur 30 tahun, 2 responden (5,3%) berumur 31 tahun, 2 responden (5,3%) berumur 32 tahun, 1 responden (2,6%) berumur 33 tahun, 1 responden (2,6%) berumur 36 tahun, dan 1 responden (2,6%) berumur 38 tahun.

Tabel 5.2 Diagram distribusi responden berdasarkan jenis kelamin bayi, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Jenis Kelamin
n
%



laki-laki
20
52,6
Perempuan
18
47,4
Total
80
100.0
Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.2 memperlihatkan bahwa dari 38 responden, terdapat 20 responden (52,6%) berjenis kelamin laki-laki dan 18 responden (47,4%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 5.3 Diagram distribusi responden berdasarkan agama, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Agama
n
%
Islam
35
92,1
Kristen
3
7,9
Hindhu
0
0
Budha
0
0
Total
38
100,0
Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 38 responden, terdapat sebanyak 35 responden (92,1%) beragama Islam, 3 responden (7,9%) beragama Kristen dan tidak ada responden yang beragama Hindhu dan Budha.

Tabel 5.4 Diagram distribusi responden berdasarkan suku, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Suku
n
%
Makassar
15
39,4
Bugis
19
50,0
Toraja
2
5,3
Lainnya
2
5,3
Total
38
100,0
Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa dari 38 responden, terdapat 15 responden (39,4%) suku Makassar, 19 responden (50,0%) suku Bugis, 2 responden (5,3%) suku Toraja, dan 2 responden (5,3%) suku Lainnya.

Tabel 5.5 Diagram distribusi responden berdasarkan Kangaroo Mother Care, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Kangaroo Mother Care
n
%



Tidak
16
42,1
Iya
22
57,9
Total
38
100,0
Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa dari 38 responden, terdapat 16 responden (42,1%) yang tidak melakukan Kangaroo Mother Care, dan 22 responden (57,9%) yang melakukan Kangaroo Mother Care.

Tabel 5.6 Diagram distribusi responden berdasarkan suhu tubuh BBLR, di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar
Suhu Tubub
n
%

BBLR




Hipotermi
15
39,5

Normal
23
60,5

Total
38
100,0

Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa dari 38 responden, terdapat 15 responden (39,5%) yang mengalami hipotermi, dan 23 responden (60,5%) yang suhu tubuhnya normal.

2.   Analisis Bivariat

Tabel 5.7 Hubungan antara Kangaroo Mother Care dengan suhu tubuh BBLR di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar

Kangaroo
Suhu tubuh BBLR
Total
Mother












Care






Hipotermi
Normal



n
%
n

%
n
%
Tidak
10
62,5
6

37,5
16
100,0
Iya
5
22,7
17

77,3
22
100,0
Total
15
39,5
23

60,5
38
100,0
Hasil Uji Statistik ( p )
= 0,013

Sumber : Data Primer, 2013




Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 38 responden terdapat, 15 bayi (39,5 %) yang mengalami hipotermi dan 23 bayi (60,5 %) yang suhu tubuhnya normal sedangkan terdapat, 16 ibu (42,1 %) yang tidak melakukan Kangaroo Mother Care


Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
9

(KMC) dan 22 ibu (57,9 %) yang melakukan Kangaroo Mother Care (KMC). Untuk uji statistik chi-square (x), probabilitas (p) dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Hasil uji statistik memperlihatkan nilai chi-square (x) = 0,013. Oleh karena p < (0,013<0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.

PEMBAHASAN

1. Kangaroo Mother Care (KMC)

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 38 responden terdapat, 16 ibu (42,1 %) yang tidak melakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dan 22 ibu (57,9 %) yang melakukan Kangaroo Mother Care (KMC). Pelaksanaan metode kangguru atau perawatan bayi lekat sangat bermanfaa tuntuk merawat bayi baru lahir yang memiliki berat lahir rendah, baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah, ini sejalan dengan pendapat Provera wati dan Ismawati (2010). Juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marliyana (2010) dengan hasil penelitian bahwa pelaksanaan metode kangguru tergolong baik (68,75%).

Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningktan konduksi panas hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi.

Metode kanguru mampu memberikan kebutuhan asasi bayi dengan berat lahir rendah, caranya melalui penyediaan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberikan peluang untuk beradaptasi lebih baik dengan dunia luar. Metode kanguru juga lebih disenangi bayi dan bermanfaat karena dapat memberikan rasa aman, nyaman, menguatkan insting bayi dengan merasakan detak jantung ibunya lalu mencari-cari sendiri putingnya.

2. Suhu tubuh

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 38 responden terdapat, 15 bayi

(39,5 %) yang mengalami hipotermi dan 23 bayi (60,5 %) yang suhu tubuhnya normal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Timby yang mengatakan berat badan bayi berpengaruh terhadap suhu bayi (Timby, 2009), Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya belum berfungsi dengan sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan suhu tubuh, terutama karena lingkungan yang dinginDengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru lahir akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan. Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh 2o – 3oC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.

Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi, perbandingan permukaan tubuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) jaringan adiposa sedikit dan kelenturan menurun sehingga memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai suhu yang normal.

3.   Hubungan atara Kangaroo Mother care (KMC) dengan suhu tubuh BBLR
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 38 responden terdapat, 15 bayi (39,5 %) yang mengalami hipotermi dan 23 bayi (60,5 %) yang suhu tubuhnya normal sedangkan terdapat, 16 ibu (42,1 %) yang tidak melakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dan 22 ibu (57,9 %) yang melakukan Kangaroo Mother Care (KMC).

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai chi-square = 0,013. Oleh karena p <0,05 (0,013<0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo Mother Care di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar.


10                                                                                                            Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Pilliteri yang mengatakan bahwa kontak kulit ke kulit dapat memelihara suhu tubuh bayi, juga dapat mendorong ikatan orangtua dengan bayinya (Pilliteri, 2010).

Hasil penelitian ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaida Mauludiyah dengan hasil suhu BBLR pada KMC I sebesar -18.679 (p = 0,000), suhu BBLR KMC II sebesar -22.222 (p = 0,000), suhu sebelum KMC I dan suhu sesudah KMC II sebesar -17.839 (p = 0,000), suhu sesudah KMC II dengan suhu terendah pada bayi sebesar 9.313 (p = 0,000) yang berarti terdapat hubungan antara KMC dengan suhu tubuh BBLR.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ali et al (2009) melakukan PMK selama rata-rata 25 hari pada 114 responden, menemukan suhu tubuh bayi yang dilakukan PMK, mengalami peningkatan yang bermakna (p < 0,001 = 0,05) .Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rao et al. (2008) melaksanakan penelitian berjudul “Kangaroo mother care for low birth weight infants: A randomized controlled trial”. Penelitian dilakukan terhadap 206 bayi dengan berat < 2000 gram. Subjek dibagikan dalam 2 grup yaitu grup yang dilakukan intervensi dengan perawatan metode kanguru (PMK) dan grup pembanding yaitu dengan perawatan konvensional (PK). Hasil penelitian menunjukkan pada bayi yang dirawat dengan PMK terjadi penambahan berat badan rata-rata yang lebih baik per hari (23,99 gr versus 15,58 gr, p<0,0001), penambahan mingguan lingkar kepala (PMK=0,75 cm versus PK=0,49 cm, p=0,02), panjang badan (PMK=0,99 cm versus PK=0,7 cm, p=0,008), terjadinya hipotermi (PMK=6 bayi versus PK=37 bayi, p<0,001).


Peneliti berasumsi bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai keterbatasan dalam pengaturan fungsi tubuhnya, salah satunya adalah ketidakstabilan suhu tubuh, sehingga dapat menyebabkan hipotermi pada bayi BBLR. Hipotermi dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian pada bayi BBLR. Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan salah satu solusi pencegahan hipotermi pada BBLR. Prinsipnya adalah skin to skin contact yaitu perpindahan panas secara

konduksi dari ibu ke bayi sehingga bayi tetap hangat. Suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah, dapat memberikan lingkungan hangat pada bayi, juga meningkatkan hubungan ibu dengan bayinya

Dengan adanya metode Kangaroo Mother Care yang mudah dapat dilakukan oleh siapa saja serta hemat biaya dan digunakan ketika fasilitas untuk perawatan sehingga diperlukan upaya peningkatan penggunaan metode Kangaroo Mother Care pada bayi BBLR.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara suhu tubuh BBLR dengan Kangaroo Mother Care, suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang selalu tersedia bagi bayi sehingga dapat memberikan lingkungan yang nyaman bagi bayi BBLR.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1.   Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat lebih intensif melaksanakan perawatan metode kanguru, selain itu juga dapat memberikan informasi dan penyuluhan kepada masyarakat umum, khususnya kepada ibu yang sedang hamil atau baru melahirkan tentang manfaat dan cara pelaksanaan perawatan metode kanguru.

2.   Bagi Institusi Pendidikan

Mengingat banyaknya manfaat dari perawatan metode kanguru, oleh karena itu diharapkan institusi pendidikan dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan dalam memberikan pengetahuan tentang manfaat dan pelaksanaan perawatan metode kanguru.

3.   Bagi Ibu
Diharapkan bagi ibu yang telah mengikuti perawatan metode kanguru di rumah sakit dapat menerapkan kembali di rumah secara baik dan benar.

4.   Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasil yang diinginkan lebih signifikan.







Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
11

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode Kanguru. Jakarta : HTA Indonesia 2008_Perawatan BBLR dengan Metode Kanguru.

Hidayat A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Anak kemkes RI.

Proverawati Atikah dan Sulistyorini Cahyo Ismawati. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha Medika

Santrock John W. 2011. Masa Perkembangan Anak – Children - . Jakarta : Salemba Humanika.

Sihhanani. 2011. Kangaroo Mother Care, (online), (http://sihhanani.blogspot.com/2011/11/kangaroo-mother-care.html, sitasi tanggal 21 November 2011).

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & Q. Alfabeta. Bandung.

Wahyuni Sari. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.

Yongky, Judha Mohamad, Rodiyah dan Sudarti. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.









































12                                                                                                            Volume 4 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

1 komentar:

  1. Slot Machines - DMC
    Las Vegas slot machines. 양주 출장마사지 A 평택 출장안마 quick rundown of all casinos and the slot machines 동해 출장샵 to play here. We'll explain all you need to know about these games in our 군산 출장샵 Slots. 시흥 출장안마

    BalasHapus