A.
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1.
Konsep Keluarga
Salah
satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
merupakan klien keperawatan atau si penerima
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit (Jhonson L
& Leny R, 2009).
Keluarga menempati posisi diantara individu dan
masyarakat, sehingga dengan memberikan
pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan
pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat
harus memperhatikan nilai - nilai dan budaya keluarga sehingga dapat
menerima (Jhonson L & Leny R, 2009).
a.
Pengertian Keluarga
1)
Menurut
friedman (1998)
Mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Suprajitno, 2004).
2)
Departemen
Kesehatan RI (1988)
Mendefenisikan keluarga sebagai unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang keluarga
adalah berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan. (effendy N, 1999).
3)
Bailon S.G
& Maglaya A (1989)
Mendefenisikan pengertian keluarga adalah dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Effendy, N. 1998).
4)
Duvval (1986)
Menguraikan
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota
keluarga.
b.
Struktur
keluarga
Struktur Keluarga terdiri dari bermacam-macam (Effendy, N
1998), diantaranya adalah :
1)
Patrilienal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2)
Matrilineal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
3)
Matrilokal
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4)
Patrilokal
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5)
Keluarga
kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagi keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.
a)
Ciri-ciri Struktur Keluarga – Anderson Carter
(1)
Terorganisasi adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antar anggota keluarga.
(2)
Ada keterbatasan adalah setiap anggota memiliki
kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing - masing.
(3)
Ada perbedaan dan keputusan adalah setiap anggota
keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing -masing.
b)
Ciri-ciri Keluarga Indonesia (Jhonson L &
Leny R, 2009) :
(1)
Suami sebagai pengambil keputusan.
(2)
Merupakan suatu kesatuan yang utuh.
(3)
Berbentuk monogram.
(4)
Bertanggung jawab.
(5)
Meneruskan nilai - nilai budaya bangsa.
(6)
Ikatan kekeluargaan yang sangat erat.
(7)
Mempunyai semangat gotong royong.
c)
Macam-macam Struktur Keluarga menurut Jhonson L
& Leny R (2009) :
(1) Keluarga
tradisional, terdiri dari :
(a) Keluarga
inti
(b) Keluarga
dengan orang tua tunggal
(c) Keluarga
besar ( tiga generasi )
(d) Bujangan
dewasa yang tinggal sendirian
(e) Pasangan
usia pertengahan atau lansia
(f)
Jaringan keluarga besar.
(2) Keluarga
non tradisional, terdiri dari :
(a) Keluarga
orang tua tunggal tanpa menikah
(b) Pasangan
mempunyai anak tanpa menikah
(c) Pasangan
tanpa menikah
(d) Keluarga
homoseksual
(e) Commune family
(keluarga yang terdiri lebih dari satu pasangan monogamy yang menggunakan
fasilitas secara bersama.
d)
Menurut Suprajitno (2004) di Indonesia keluarga
dibagi menjadi 5 tahap :
(1) Keluarga
pra sejahtera
(a) Keluarga
belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal.
(b) Kebutuhan
dasar : sandang, papan, dan pangan.
(c) Variabelnya
: keluarga tidak memenuhi syarat sebagai keluarga sejahtera I.
(2) Keluarga
sejahtera I
(a) Keluarga
sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar makan, minum dalam hal sandang, pangan,
dan papan.
(b) Pelayanan
kesehatan yang sangat mendasar.
(c) Variabel
: seluruh anggota keluarga makan 2x atau lebih dalam sehari.
(3) Keluarga
sejahtera II
(a) Anggota
keluarga telah memenuhi kebutuhan dasar, tapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya.
(b) Variabel
: Keluarga sejahtera I ditambah dengan tiap tahun anggota keluarga mendapat
stel pakaian baru.
(4) Keluarga
sejahtera III
(a) Jika
keluarga mempu memenuhi kebutuhan pengembangan, dan belum aktif untuk
menyumbang.
(b) Variabel
: Anggota keluarga mampu membeli sarana
transportasi sesuai dengan kondisi daerahnya.
(5) Keluarga
sehatera III plus
Variabel keluarga sejahtera
III
(a) Keluarga
dan anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial
masyarakat dalam bentuk materi.
(b) Keluarga
aktif sebagai pengurus kumpulan, atau yayasan tertentu.
c.
Tipe
Keluarga
1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adosi atau keduanya.
2) Keluarga Besar
(Extended
Family)keluarga
inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(Kakek-nenek, paman-bibi).
3) Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
4) Orang tua tunggal (Single Parent Family) keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan
anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
5) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother).
6) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal
sendiri tanpa pernah menikah (The Single Adult Living Alone).
7) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The Non-Marital Heterosexual Cohabiting Family).
8) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama (Gay And Lesbian Family).
d.
Peran
Keluarga
Peranan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Berbagai
peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut (Effendy, 1998) :
1)
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi
anak - anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai
anggota masyarakat di lingkungannya.
2)
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak - anaknya,
ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak - anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak - anak
melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
e.
Fungsi Keluarga
Adapun
fungsi yang dijalankan keluarga menurut (Jhonson
L & Leny. 2009) adalah
sebagai berikut :
1)
Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana
keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan
masa depan anak.
2) Fungsi
sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
3) Fungsi
perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota
keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.
4) Fungsi
perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan
dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi
antar sesame anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5) Fungsi
agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang
mengatur kehidupan lain setelah dunia.
6) Fungsi
ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan - kebutuhan
keluarga.
7) Fungsi
rekreatif dilihat dari bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV
bersama, bercerita tentang pengalaman masing - masing, dan lainnya.
8) Fungsi
biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi
selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
f.
Tugas
Keluarga di bidang Kesehatan
Tugas keluarga di bidang kesehatan menurut Suprajitno
(2004) adalah sebagai berikut :
1)
Mengenal
masalah kesehatan keluarga.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya
bagi keluarga ( Suprajitno, 2004 ).
g.
Tahap
Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duval (1997) adalah sebagai berikut :
1)
Tahap
1 Merupakan Keluarga pemula ( juga menunjuk paangan menikah atau
tahap pernikahan).
2) Tahap II Merupakan Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30
bulan)
3) Tahap III Merupakan Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berumur 2 hingga 6 tahun).
4) Tahap IV Merupakan Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6
hingga 13 tahun)
5) Tahap V Merupakan
Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berusia 13
hingga 20 tahun).
6) Tahap VI Merupakan Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah).
7) Tahap VII Merupakan Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun).
8) Tahap VIII Merupakan Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
(juga menunjuk pada anggota keluarga yang berusia lanjut
atau pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal) (Friedman, 1998).
h.
Keluarga
sebagai unit pelayanan perawatan\
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah
kesehatan keluaga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama
anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga - keluarga disekitarnya
atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan (Friedman, 1981) :
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,
mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah -masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
3) Masalah - masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai
individu ( pasien ) keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
i.
Langkah -
langkah dalam perawatan kesehatan keluarga
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga
ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat menurut Suprajitno
(2004), sebagai berikut :
1)
Membina
hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga, dengan cara :
a)
Mengadakan
kontak dengan keluarga
b)
Menyampaikan
maksud dan tujuan serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan mereka.
c)
Menyatakan
kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan - kebutuhan kesehatan yang
dirasakan keluarga.
d)
Membina
komunikasi dua arah dengan keluarga.
e)
Melaksanakan
pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
f)
Menganalisa
data keluarga untuk menentukan masalah kesehatan keluarga.
g)
Menggolongkan
masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah keperawatan keluarga :
(1)
Ancaman
kesehatan
(2)
Keadaan
sakit atau kurang sehat
(3)
Situasi
krisis
2)
Menentukan
sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas - tugas
keluarga dalam bidang kesehatan.
3)
Menentukan
/ menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, dengan
mempertimbangkan :
a)
Sifat
masalah.
b) Kemungkinan masalah untuk di ubah.
c) Potensi menghindari masalah.
d) Persepsi keluarga terhadap masalah.
4)
Menyusun
rencana asuhan keperawatan dan perawatan keluarga sesuai dengan urutan
prioritas :
a)
Menentukan
tujuan yang realistis.
b)
Merencanakan
pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan.
c)
Menyusun
standar dan kriteria evaluasi.
5)
Melaksanakan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang disusun.
6)
Melaksanakan
evaluasi keberhasilan tindakan perawatan yang dilakukan.
7)
Meninjau kembali masalah keperawatan dan
kesehatan yang belum dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan
yang baru.
2. Konsep
Proses Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut
Jhonson L & Leny R (2009) dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai
berikut :
a. Membina
hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga.
b. Melaksanakan
pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan
keluarga.
c. Menganalisa
data keluarga untuk menentukan masalah - masalah kesehatan dan perawatan keluarga.’
d. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga,
berdasarkan sifat masalah kesehatan keluarga.
e. Menentukan
sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga
untuk melaksanakan tugas - tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
f. Menentukan / menyusun
skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
g. Menyusun
rencana asuhan perawatan kesehatan dan perawatan keluarga sesuai dengan urutan
prioritas.
h. Melaksanakan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang disusun.
i. Melaksanakan
evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
j. Meninjau
kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat teratasi dan
merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.
a. Defenisi Asuhan Keperawatan Keluarga
Proses asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah
yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah
kesehatan dan perawatan keluarga, merencakan asuhan keperawatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga
sesuai dengan rencana yang di susun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga. Dasar
dari proses keperawatan adalah menggunakan cara - cara ilmiah dalam menganalisa data sehingga
mencapai kesimpulan yang logis dalam menyelesaikan masalah secara rasional dan
masuk akal (Jhonson L & Leny R, 2009 ).
b. Tujuan
Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan utama dalam
memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga menurut Freeman B Ruth (2000).
1) Tujuan
umum :
Untuk
meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2) Tujuan
khusus :
a) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh
keluarga.
b) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah - masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan para anggotanya.
d) Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
e) Meningkatkan produktivitas
keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
c. Tahap - tahap
Dalam Proses Keperawatan Keluarga
1) Tahap Pengkajian
(Assessment)
Adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan
memakai norma - norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang
merupakan system yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya
(Effendy N,
1998).
a) Norma
yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah :
(1) Keadaan
kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.
(2) Keadaan
rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan kesehatan keluarga.
(3) Sifat
keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa kepada
perkembangan keluarga dan perubahan perilaku sehat.
b) Yang
termasuk dalam tahap pengkajian adalah :
(1) Pengumpulan
data
(a) Metode
yang biasa digunakan :
1. Wawancara
: yang berkaitan dengan hal - hal yang perlu diketahui.
2. Pengamatan
: pengamatan terhadap hal yang tidak perlu ditanyakan.
3. Studi
dokumentasi : studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak.
4. Pemeriksaan fisik : dilakukan
pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan.
(b) Data - data
yang dikumpulkan meliputi hal – hal
sebagai berikut :
1. Identitas
keluarga
2. Riwayat
kesehatan keluarga baik yang sedang
dialami maupun yang pernah dialami.
3. Anggota
keluarga.
4. Jarak
antara lokasi dengan fasilitas kesehatan
masyarakat yang ada.
5. Keadaan
keluarga, meliputi :
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial
d. Kultural
e. Spiritual
f. Lingkungan
g. Dan data
penunjang lainnya.
(2) Analisa
data
Di dalam menganalisa
data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan
keluarga, yaitu (Suprajitno, 2004 ) :
(a) Keadaan
kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi :
1. Keadaan
kesehatan fisik, mental,
sosial anggota keluarga.
2. Keadaan
pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.
3. Keadaan
gizi anggota keluarga.
4. Status
imunisasi anggota keluarga.
5. Kehamilan
dan keluarga berencana.
(b) Keadaan
rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :
1. Rumah
meliputi : ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah
dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya.
2. Sumber
air minum.
3. Jamban
keluarga.
4. Tempat
pembuangan air limbah.
5. Pemanfaatan
pekarangan yang ada dan sebagainya.
(c) Karakteristik
keluarga :
1. Sifat-sifat
keluarga
2. Dinamika
dalam keluarga
3. Komunikasi
dalam keluarga
4. Interaksi
antar anggota keluarga
5. Kesanggupan
keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga
6. Kebiasaan
dan nilai - nilai yang berlaku dalam keluarga.
7. Perumusan
masalah
8. Prioritas
masalah
9. Menegakkan
diagnosa keperawatan
2) Perumusan Diagnosa
Perumusan
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga yang diambil didasarkan kepada
penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan
kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan
dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga. Disamping melalui diskusi - diskusi diantara perawat dengan
mempertimbangkan situasi dan sumber daya yang ada pada keluarga ( Effendy, 1998 ).
a) Tipologi
Masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar, yaitu
(Effendy, 1998 ) :
(1) Ancaman
kesehatan : adalah keadaan - keadaan yang dapat
memungkinkan terjadi penyakit.
Yang termasuk dalam ancaman
kesehatan adalah :
(a) Penyakit
keturunan.
(b) Keluarga / anggota
keluarga yang menderita penyakit menular.
(c) Jumlah
anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya keluarga.
(d) Resiko
terjadi kecelakaan dalam keluarga.
(e) Kekurangan
atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.
(f) Keadaan - keadaan
yang dapat menimbulkan stress, antara lain :
1. Hubungan
keluarga yang kurang harmonis.
2. Hubungan
orang tua dan anak tegang.
3. Orang
tua yang tidak dewasa.
(g) Sanitasi
lingkungan buruk, diantaranya :
1. Ventilasi
dan penerangan rumah kurang baik.
2. Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.
3. Tempat
pembuangan tinja mencemari sumber
air minum.
air minum.
4. Sekolah / tempat
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat.
5. Sumber
air minum tidak memenuhi syarat.
6. Kebisingan.
7. Polusi
udara.
(h) Kebiasaan-kebiasaan
yang merugikan kesehatan :
1. Merokok
2. Minuman
keras
3. Tidak
memakai alas kaki
4. Makan
obat tanpa resep
5. Kebiasaan
makan daging mentah
6. Personal hygiene yang kurang
(i) Sifat
kepribadian yang melekat
(j) Riwayat
persalinan sulit
(k) Memainkan
peranan yang tidak sesuai
(l) Immunisasi
anak tidak lengkap
(2) Kurang / tidak sehat : adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan yang termasuk didalamnya adalah (Effendy,
1998) :
(a) Keadaan
sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa.
(b) Kegagalan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan
normal.
(c) Situasi
krisis adalah saat - saat yang banyak menuntut individu atau
keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga.
Yang termasuk dalam situasi
krisis adalah (Effendy, 1998):
(a) Perkawinan
(b) Kehamilan
(c) Persalinan
(d) Masa
nifas
(e) Menjadi
orang tua
(f) Penambahan
anggota keluarga, misalnya bayi baru
(g) Abortus
(h) Anak
masuk sekolah
(i) Anak
remaja
(j) Kehilangan
pekerjaan
(k) Kematian
anggota keluarga
(l) Pindah
rumah
(3) Ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas - tugas kesehatan dan keperawatan :
(a) Ketidakmampuan
mengenal masalah kesehatan keluarga, disebabkan karena :
1. Kurang
pengetahuan / ketidaktahuan fakta
2. Rasa
takut akibat masalah yang diketahui
3. Sikap
dan falsafah hidup
(b) Ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan
karena :
1. Tidak
memahami mengenai sifat, berat, luasnya masalah
2. Masalah
kesehatan tidak begitu menonjol
3. Keluarga
tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya
sumber daya keluarga.
4. Tidak
sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan.
5. Ketidak
cocokan pendapat dari anggota - anggota keluarga.
6. Tidak
tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
7. Takut
dari akibat tindakan
8. Sikap
negatif terhadap masalah kesehatan
9. Fasilitas
kesehatan tidak terjangkau
10. Kurang
percaya terhadap petugas dan lembaga - lembaga kesehatan.
11. Kesalahan
informasi terhadap tindakan yang diharapkan.
(c) Ketidakmampuan
merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :
1. Tidak
mengetahui keadaan penyakit misalnya, sifat, penyebab penyebaran, perjalanan
penyakit, gejala dan perawatannya serta pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Tidak
mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3. Kurang / tidak
ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
4. Tidak
seimbang sumber - sumber yang ada dalam keluarga.
5. Sikap
negatif terhadap yang sakit
6. Konflik
individu dalam keluarga
7. Sikap
dan pandangan hidup
8. Perilaku
yang mementingkan diri sendiri
(d) Ketidakmampuan
memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
pribadi anggota keluarga.
Disebabkan karena :
1. Sumber - sumber
keluarga tidak cukup.
2. Kurang
dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah.
3. Ketidaktahuan
pentingnya sanitasi lingkungan.
4. Konflik
personal dalam keluarga.
5. Ketidaktahuan
tentang usaha pencegahan penyakit.
6. Sikap
dan pandangan hidup.
7. Ketidakkompakan
keluarga, acuh terhadap anggota keluarga yang punya masalah.
(e) Ketidakmampuan
menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1. Tidak
tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2. Tidak
memahami keuntungan yang diperoleh
3. Kurang
percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.
4. Pengalaman
yang kurang baik dari petugas kesehatan.
5. Rasa
takut pada akibat dari tindakan.
6. Tidak
terjangkau fasilitas yang diperlukan.
7. Tidak
adanya fasilitas yang diperlukan.
8. Rasa
asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat.
9. Sikap
dan falsafah hidup.
d. Diagnosa
Keperawatan Pada Tingkat Keluarga
Diagnosa keperawatan
adalah pernyataan tentang factor - faktor yang mempertahankan respons / tanggapan
yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Suprajitno, 2004 ).
e. Tahap Perencanaan
Secara sederhana perencanaan dalam proses keperawatan
merupakan keputusan
awal tentang apa yang dilakukan, bagaimana cara melakukannya, kapan itu dilakukan, dan siapa yang
melakukan kegiatan tersebut, untuk membantu keluarga memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mengatasi masalah keperawatan yang telah dirumuskan.
Rencana tindakan keperawatan dimulai setelah dataterkumpul
sudah dianalisa dan masalah-masalah atau diagnosa keperawatan telah di tentukan.
f. Prioritas masalah
Dalam keperawatan masalah kesehatan keluarga, ada empat
kriteria dalam menentukan prioritas masalah sebagai berikut,
(Effendy, 1998) yaitu :
1) Sifat Masalah
Dikelompokkan dalam kurang / tidak sehat, Ancaman
kesehatan dan krisis.
2) Kemungkinan Masalah untuk di ubah
Kemungkinan berhasilnya mengurangi / mengatasi masalah
bila ada tindakan.
3) Potensi masalah untuk di cegah
Sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat di
Kurang.
4) Menonjolnya masalah
Cara keluarga menilai / melihat masalah dalam hal berat
dan mendesaknya masalah.
g. Skoring
Tentukan Skor untuk setiap kriteria
Tabel 2.1 Skala Prioritas
No.
|
KRITERIA
|
SCORE
|
BOBOT
|
1
2
3
4
|
Sifat masalah
Skala :
Ancaman
Kesehatan
Tidak / Kurang
Sehat
Kemungkinan
Masalah dapat
Diubah
Skala :
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
Potensi masalah
Untuk dicegah
Skala :
Tinggi
Sedang
Rendah
Menonjolnya
Masalah
Skala :
Masalah berat, harus ditangani
Ada masalah tidak perlu ditangani
Masalah tidakdirasakan
|
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
|
1
2
1
1
|
Sumber ( effendy, 1998 )
1)
Skor dibagi dengan angka
tertinggi dan kalikan dengan bobot :

Angka Tertinggi
2)
Jumlah skor untuk semua kiteria ( Skor Maksimum
sama dengan jumlah bobot, yaitu 5 )
3)
Adapun penentuan Asuhan keperawatan Keluarga,
(Effendy, 1998), sebagai berikut :
a)
Penentuan
askep keluarga
Dalam memilih tindakan keperawatan ada dua faktor yang di
perhatikan :
(1)
Sifat
Masalahnya
(2)
Sumber - sumber
yang tersedia untuk pemecahan masalah
(3)
Sumber - sumber
yang mempengaruhi keputusan perawat dalam mengambil tindakan :
(a)
Sumber - sumber
keluarga
1.
Kekuatan
fisik dan psikis anggota keluarga
2.
Kemampuan
keuangan
3.
Sarana
dan prasarana (Faslitas Fisik)
4.
Dukungan
dari sanak saudara
(b)
Sumber - sumber
perawat
1.
Pengetahuan
atau kemampuan intelektual
2.
Tersedianya
waktu perawat dan dukungan dari suatu sistem pelayanan.
(c)
Sumber - sumber
yang ada dalam masyarakat.
h. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan
kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun :
1) Sumber daya keluarga (keuangan)
2)
Tingkat
pendidikan keluarga
3)
Adat
istiadat yang berlaku
4)
Respon
dan penerimaan keluarga
5)
Sarana
dan prasarana yang ada pada keluarga
i. Tahap evaluasi
Tujuan evaluasi keperawatan adalah memberikan umpan balik
terhadap rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu asuhan melalui
perbandingan pelayanan keperawatan sesuai standar yang telah ditentukan.
Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan, apabila penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu
dicari penyebabnya.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor
1)
Tujuan
tidak realistis
2) Tindakan keperawatan yang tidak tepat
3) Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi
3.
Konsep Kesehatan Lingkungan
a. Pengertian kesehatan
1) Menurut organisasi kesehatan dunia ( WHO ), 2004
Sehat adalah suatu
keadan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan ( kecacatan ).
2) Menurut Undang - undang pokok No. 9 Tahun 1960
Kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan,
rohani ( mental ) dan sosial budaya dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat
atau kelemahan.
3) Istilah kesehatan menurut Undang - undang Kesehatan RI
No.23 tahun 1992 tentang :
Kesehatan
BAB I Pasal I adalah “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis”.
4) Menurut H.L
Blum ( 1999 )
Kesehatan adalah gambaran keadaan keseimbangan dari
berbagai faktor, yaitu factor agent, host dan environment.
b. Pengertian Lingkungan
1) Menurut Undag - undang RI No.4 1982 adalah :
“Kesatuan
ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
2) Menurut Encyclopedia Americana (1974) :
“Lingkungan
adalah pengaruh yang ada di atas sekeliling organisme seluruh kehidupan atau
fungsi dibentuk dari reaksi antara organisme dan sekelilingnya”.
3) Menurut A.L. Siamet Riyadi (1976) :
“Lingkungan
tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala
keadaan dan kondisinya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diduga
ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan organisme tersebut”.
c. Pengertian Kesehatan Lungkungan
1) Menurut WHO, Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ideologi yang keras ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin sehat
dari manusia keadaan sehat disini adalah sehat fisik, mental dan sosial serta
mampu berproduktivitas secara ekonomi.
2) Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau
lingkungan yang optimum berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula.
3) Secara konsepsional, kesehatan lingkungan adalah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu kesehatan masyarakat secara
utuh. Ini diartikn bahwa untuk keberhasilannya, kesehatan lingkungan tidak
dapat diupayakan tersendiri tanpa menjalin secara terintegrasi dengan cabang - cabang
upaya kesehatan lingkungan lainnya.
d. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup :
perumahan, pembuangan kotoran manusia ( tinja ), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan rumah hewan ternak ( kandang ).
1) Perumahan
Rumah adalah satu persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia. Syarat - syarat rumah yang sehat :
a) Bahan bangunan terdiri dari lantai ubin atau semen,
dinding tembok atau genteng, dan lain - lain.
b) Ventilasi cukup.
c) Cahaya yang cukup.
d) Luas bangunan dan rumah harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya.
e) Fasilitas dalam rumah yang sehat adalah :
(1) Penyediaan air bersih yang cukup
(2) Pembuagan tinja
(3) Pembuangan air limbah
(4) Pembuangan sampah
(5) Fasilitas dapur
(6) Ruang kumpul keluarga
2) Penyediaan air bersih
Syarat-syarat
air minum yang sehat :
a) Syarat fisik meliputi tidak berwarna, tidak terasa, tidak
berbau, tidak berbusa dan suhu dibawah suhu udara diluarnya
b) Syarat bakteriologis yaitu harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri patogen
c) Syarat kimia yaitu air minum harus mengandung zat
tertentu didalam jumlah yang tertentu pula, misalnya Flour (F) 1-1,5 mg.
3) Pembuangan kotoran manusia
Persyaratan
jamban sehat yaitu :
a) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban
tersebut.
b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
c) Tidak mengotori tanah disekitarnya.
d) Tidak dapat di jangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.
e) Tidak menimbulkan bau.
f) Mudah digunakan dan dipelihara.
g) Sederhana desainnya.
h) Murah.
i) Dapat diterima oleh pemakaiannya.
4) Sampah dan pengelolaannya
Sumber - sumber
sampah :
a) Sampah yang berasal dari pemukiman.
b) Sampah yang berasal dari tempat umum
c) Sampah yang berasal dari perkantoran
d) Sampah yang berasal dari jalan raya
e) Sampah yang berasal dari industri
f) Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan
g) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
h) Sampah yang berasal dari pertambangan
i) Sampah meliputi tiga jenis yaitu : sampah padat, cair dan
gas.
Cara - cara
pengelolaan sampah :
(1) Pengumpulan dan pengangkutan sampah menjadi tanggung
jawab dari masing - masing rumah tangga atau industri yang menghasilkan sampah.
(2) Pemusnahan dan pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain :
(a) Ditanam
(b) Dibakar
(c) Dijadikan pupuk
5) Air limbah dan pengelolaanya
Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis
besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Air buangan yang berasal dari rumah tangga (domestic waste
water)
b) Air buangan industri
c) Air buangan kotapraja
B.
Konsep Medis
Gastritis
1. Pengertian
Gastritis
adalah suatu peradangan mukosa lembung yang dapat bersifat akut, kronik, difusi atau lokal. (Sylvia A, 2001).
Gastritis adalah inflamasi akut mukosa lambung pada
sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna ( Sarwono, 2001 ).
Gastritis adalah inflamasi
dari dinding lambung terutama mukosa lambung sebagai respon terjadinya kelainan
bagian tersebut, berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eriteme, mukosa, sedangkan
hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa ( Mansjoer. A, 2001 ).
2.
Anatomi
Fisiologi

(Sumber (WWW Nursing Begin. Com)
3.
Etiologi
a. Gastritis
Akut
Menurut price, S (2001) yang
diperkuat oleh Yamada Takada (2001) penyebab gastritis akut adalah :
1) Gastritis
stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat atau trauma cidera
yang terjadi secara tiba - tiba.
2) Gastritis
erosif kronis, biasa merupakan akibat dari :
a) Iritan
seperti obat - obatan, terutama aspirin.
b) Penyakit
crohn yaitu peradangan menahun pada dinding lambung, ketika lambung terkena
penyakit ini, gejala-gejal dari crohn’s (yaitu sakit perut dan diare dalam
bentuk cairan).
c) Infeksi
virus atau bakteri sebagian besar terinfeksi oleh bakteri H.Pylori yang hidup
dibagian lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
3) Gastritis
esinofilik, terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang.
Umumnya yang menjadi penyebab ini atara
lain :
a) Obat analgetik – anti inflamasi, terutama aspirin dalam dosis
rendah rendah sudah menyebabkan erosi mukosa.
b) Obat - obatan
lain seperti NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs), sulfonamide, steroid dan
digitalisObat – obatan tersebut
dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung.
4) Beberapa
makanan berbumbu, termasuk lada, cuka atau mustard dapat menyebabkan gejala - gejala
yang mengaruh pada gastritis.
5) Merokok,
mengganggu kerja lapisan pelindung lambung membuat lambung lebih rentan
terhadap gastritis atau borok, merokok meningkatkan asam lambung, sehingga
menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker
lambung.
6) Alkohol
dan refluk empedu dan cairan pancreas dapat mengiritasi
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih
rentan terhadap asam lambung.
7) Infeksi
bakteri, sebagian besar terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup dibagian
dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan namun diperkirakan penulara
tersebut terjadi melalui jalur oral, akibat makanan atau minuman yang
terkontamminasi oleh bakteri ini.
Infeksi dalam jangka lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada
lapisan pelindung dinding lambung.
8) Gangguan
mikrosirkulasi, mukosa lambung, trauma lambung, stress, sepsis yang dapat
merangsang sekresi lambung sehingga produksi asam lambung yang berlebihan, lambung
yang asam bisa merusak sawar atau pertahanan mukosa lambung yang teriritasi bisa menimbulkan peradangan
pada lambung.
b. Gastritis
kronik
Penyebab gastritis
kronik tidak diketahui, reaksi imunologik dengan terbentuknya anti bodi
terhadap sel parietal dalam darahnya atau lebih spesifiknya lagi penderita juga
mempunyai antibodi terhadap faktor pendisposisi timbulnya gastritis kronik
terutama setelah operasi lambung juga berperan terhadap kejadian gastritis kronik. Helbakteri pyiori
juga berperan ( Sjamsu hidayat, 1998 ).
4.
Patofisiologi
Obat - obatan,
alkohol, bahan kimia, merokok, stress endotoksin dapat merangsang meningkatnya
syaraf para simpatis yang dapat merangsang sekresi lambung sehingga produksi
asam lambung meningkat. Asam lambung yang berlebihan dapat merangsang syaraf
vagus sehingga bisa terjadi mual, muntah. Keadaan lambung yang asam bisa
merusak sawar atau pertahanan mukosa lambung yang bisa tentas bisa timbul
peradangan, adanya peradangan merangsang tubuh untuk membentuk anti bodi
sebagai redusi imunologik dengan mengecilnya kelenjar epitel lambung sehingga
reaksi munologik dengan mengecilnya kelenjar epitel lambung sehingga sel
parcatai dan chickvel hilang.Fungsi dari sel parretal dan chik cell adalah
memproduksi faktor interinsik pun berkurang. Fungsi
faktor interinsik dalam tubuh adalah mengabsorbsi vitamin B12, bila kurang
vitamin B12 berkurang maka dapat menyebabkan anemia perniosa (Sylvia A, 1995).
Membran mukosa lambung menjadi oedema dan
hipermik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi
superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung
sangat sedikit asam tetapi banyak mukus.
Ulseresi superotial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemorhagi. Pasien dapat mengalami ketidak nyamanan, sakit
kepala, malas dan mual serta anoreksia
sering disertai dengan muntah dan regukan.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah
mengalami gastritis. Kadang - kadang
henorogi memerlukan intervensi bedah. Bila
makanan yang iritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai anus, mengakibatkan
kolik dan diare. Biasanya
pasien sembuh kira-kira 2 atau 3 hari kemudian (Smeltzer, 2000).
Obat - obatan
alkohol, garam empedu atau enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung
(gastritis erosif) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan menyingkirkan
difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung.Hal ini menimbulkan
peradangan / respon mukosa lambung. Terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut
adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan tersebut seringkali
menghilang dengan sendirinya (
Smeltzer, 2000 ).
Dengan iritasi yang terus - menerus jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi perdarahan, masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat
klorosif mengakibatka peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis klorosif)
nekrosis mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya
perdarahan dan peritonitis gastritis kronik dapat menimbulkan keadaan dengan
atrofi kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak - bercak
penebalan berwarna
abu - abu
atau abu - abu
kehijauan (gastritis atropik). Hilangnya mukosa lambung akibatnya akan
berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemi pernisiosa (Barbara C, 1996).
Gastritis atropik boleh jadi merupakan
pendahuluan untuk karsinoma lambung, gastritis kronis dapat pula terjadi
bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastro
geyunostomi (Barbara C, 1996).
5.
Manifestasi
Klinik
a. Tanda
dan gejala grastitis akut seperti dikemukakan oleh (mansjoer,
2001) :
Sindrom dispepsia berupa
nyeri epigastrium, mual, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran verna berupa hematematis dan melena.
Kemudian disusun dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan biasanya.Jika
dilakukan anemesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan/bahan
kimia tertentu.
b. Tanda
dan gejala gastritis kronik seperti dikemukakan oleh (Mansjoer,
2001) :
Kebanyakan pasien tidak
mempunyai keluhan.Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia,
navsea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
6.
Komplikasi
a. Perdarahan
saluran cerna bagian atas.
b. Ulkus
peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin (Mansjoer. A, 1999).
7.
Pencegahan
Gastritis sangat diperlukan agar kita terhindar dari penyakit gastritis. Pencegahan
yang paling mudah adalah dengan membiasakan makan tepat pada waktunya. Karena penyakit
gastritis seringkali timbul ketika kita terbiasa telat makan.
8.
Pengobatan
Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal aluminium hidroksida), untuk menetralisasi alkali digunakan jus
lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat < emtik dan lavase
di hindari karena bahaya perforasi.
9.
Penatalaksanaan
a. Pengobatan
yang dikemukakan oleh (Mansjoer, 2001) pada gastritis
akut :
Faktor utama adalah dengan menghilangkan
etiologinya diet lambung, dengan porsi kecil dan sering, obat-obatan ditujukan
untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2
inhibitor pompa proton, antikoligenik, dan antasida, juga diajukan sebagian
sitoprokteta, berupa sukratfat dan prostaglandin.
b. Pengobatan pada gastritis kronik
Pada
pusat pelayanan kesehatan dimana endoskopi tidak dapat dilalaikan penatalaksanaan diberikan
seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apalagi jika terserologi negatif.
Pertama - tama
yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut,
kemudian diberikan pengobatan empiris berupa artasid, antagonis H2/inhibitor
pompa protan dan obat - obat prokenetik, jika endoskopi dapat dilakukan,
dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya
negatif atau hasil serologi negatif. Tetapi eradikasi juga diberikan pada
seleksi khusus pasien yang menderita penyakit - penyakit seperti vikus duodeni, vikus
ventrikuli, pasca reseksi kanker lambung dini, ini sangat dianjurkan.
Selain dari terapi diatas ada terapi yang bisa dilakukan
dalam menangani nyeri akibat serangan gastritis yaitu dengan menggunakan teknik
relaksasi dan teknik distraksi.
Menurut Soeparman (1999) Beberapa
cara untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
1) Makan
secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan
yang pedas, asam, gorengan atau berlemak yang sama pentingnya dengan pemilihan
jenis makanan yang tepat untuk kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup pada
waktunya dan lakukan dengan santai.
2) Hindari
alkohol
Penggunaan alcohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan
merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap gastritis, merokok juga meningkatkan asam lambung
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya
kanker lambung.
4) Ganti
obat penghilang nyeri
Jika dimungkinkan hindari penggunaan AINS obat-obat
golongan ini akan menyebabkan peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah, ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminopen.
5) Kendalikan
stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkan system kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan pada kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam
lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan.
Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari maka kuncinya
adalah mngendalikan secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat
yang cukup dan olah raga dengan teratur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar