Sabtu, 17 Juni 2017

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA



A.   Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1.    Konsep Keluarga
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit (Jhonson L & Leny R, 2009).
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai - nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima (Jhonson L & Leny R, 2009).
a.    Pengertian Keluarga
1)    Menurut friedman (1998)
Mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Suprajitno, 2004).
2)    Departemen Kesehatan RI (1988)
Mendefenisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang keluarga adalah berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (effendy N, 1999).
3)    Bailon S.G & Maglaya A (1989)
Mendefenisikan pengertian keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan  mereka hidup dalam suatu  rumah  tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Effendy, N. 1998).
4)    Duvval (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
b.    Struktur keluarga
Struktur Keluarga terdiri dari bermacam-macam (Effendy, N 1998), diantaranya adalah :
1)    Patrilienal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun    melalui  jalur garis ayah.
2)    Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3)    Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4)    Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama   keluarga  sedarah suami.
5)    Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagi keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
a)    Ciri-ciri Struktur Keluarga – Anderson Carter
(1)  Terorganisasi adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antar anggota keluarga.
(2)  Ada keterbatasan adalah setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing - masing.
(3)  Ada perbedaan dan keputusan adalah setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing -masing.
b)    Ciri-ciri Keluarga Indonesia (Jhonson L & Leny R, 2009) :
(1)  Suami sebagai pengambil keputusan.
(2)  Merupakan suatu kesatuan yang utuh.
(3)  Berbentuk monogram.
(4)  Bertanggung jawab.
(5)  Meneruskan nilai - nilai budaya bangsa.
(6)  Ikatan kekeluargaan yang sangat erat.
(7)  Mempunyai semangat gotong royong.
c)    Macam-macam Struktur Keluarga menurut Jhonson L & Leny R (2009) :
(1)  Keluarga tradisional, terdiri dari :
(a)  Keluarga inti
(b)  Keluarga dengan orang tua tunggal
(c)  Keluarga besar ( tiga generasi )
(d)  Bujangan dewasa yang tinggal sendirian
(e)  Pasangan usia pertengahan atau lansia
(f)   Jaringan keluarga besar.
(2)  Keluarga non tradisional, terdiri dari :
(a)  Keluarga orang tua tunggal tanpa menikah
(b)  Pasangan mempunyai anak tanpa menikah
(c)  Pasangan tanpa menikah
(d)  Keluarga homoseksual
(e)  Commune family (keluarga yang terdiri lebih dari satu pasangan monogamy yang menggunakan fasilitas secara bersama.
d)    Menurut Suprajitno (2004) di Indonesia keluarga dibagi menjadi 5 tahap :
(1)  Keluarga pra sejahtera
(a)  Keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal.
(b)  Kebutuhan dasar : sandang, papan, dan pangan.
(c)  Variabelnya : keluarga tidak memenuhi syarat sebagai keluarga sejahtera I.


(2)  Keluarga sejahtera I
(a)  Keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar makan, minum dalam hal sandang, pangan, dan papan.
(b)  Pelayanan kesehatan yang sangat mendasar.
(c)  Variabel : seluruh anggota keluarga makan 2x atau lebih dalam sehari.
(3)  Keluarga sejahtera II
(a)  Anggota keluarga telah memenuhi kebutuhan dasar, tapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya.
(b)  Variabel : Keluarga sejahtera I ditambah dengan tiap tahun anggota keluarga mendapat stel pakaian baru.
(4)  Keluarga sejahtera III
(a)  Jika keluarga mempu memenuhi kebutuhan pengembangan, dan belum aktif untuk menyumbang.
(b)  Variabel : Anggota keluarga mampu membeli sarana transportasi sesuai dengan kondisi daerahnya.
(5)  Keluarga sehatera III plus
Variabel keluarga sejahtera III
(a)  Keluarga dan anggota keluarga secara teratur memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.
(b)  Keluarga aktif sebagai pengurus kumpulan, atau yayasan tertentu.
c.    Tipe Keluarga
1)    Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adosi atau keduanya.
2)    Keluarga Besar (Extended Family)keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (Kakek-nenek, paman-bibi).
3)    Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
4)    Orang tua tunggal (Single Parent Family) keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
5)    Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage Mother).
6)    Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The Single Adult Living Alone).
7)    Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The Non-Marital Heterosexual Cohabiting Family).
8)    Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (Gay And Lesbian Family).
d.    Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut (Effendy, 1998) :
1)    Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak - anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya.
2)    Ibu sebagai istri dan ibu dari anak - anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak - anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3)    Anak - anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
e.    Fungsi Keluarga
Adapun fungsi yang dijalankan keluarga menurut (Jhonson L & Leny. 2009) adalah sebagai berikut :
1)    Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2)    Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3)    Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman.
4)    Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5)    Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan lain setelah dunia.
6)    Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan - kebutuhan keluarga.
7)    Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing - masing, dan lainnya.
8)    Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
f.     Tugas Keluarga di bidang Kesehatan
Tugas keluarga di bidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) adalah sebagai berikut :
1)    Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2)    Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3)    Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4)    Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5)    Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga ( Suprajitno, 2004 ).
g.    Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duval (1997)  adalah sebagai berikut :
1)    Tahap 1 Merupakan Keluarga pemula ( juga menunjuk paangan menikah atau tahap pernikahan).
2)    Tahap II Merupakan Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 bulan)
3)    Tahap III Merupakan Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun).
4)    Tahap IV Merupakan Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13 tahun)
5)    Tahap V  Merupakan Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berusia 13 hingga 20 tahun).
6)    Tahap VI Merupakan Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
7)    Tahap VII Merupakan Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun).
8)    Tahap VIII Merupakan Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk pada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal) (Friedman, 1998).
h.    Keluarga sebagai unit pelayanan perawatan\
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluaga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga - keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan (Friedman, 1981) :
1)    Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2)    Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah -masalah kesehatan dalam kelompoknya.
3)    Masalah - masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4)    Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.
5)    Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
i.      Langkah - langkah dalam perawatan kesehatan keluarga
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat menurut Suprajitno (2004), sebagai berikut :
1)    Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga, dengan cara :
a)    Mengadakan kontak dengan keluarga
b)    Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.
c)    Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan - kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga.
d)    Membina komunikasi dua arah dengan keluarga.
e)    Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
f)     Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah kesehatan keluarga.
g)    Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah keperawatan keluarga :
(1)  Ancaman kesehatan
(2)  Keadaan sakit atau kurang sehat
(3)  Situasi krisis
2)    Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas - tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
3)    Menentukan / menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, dengan mempertimbangkan :
a)    Sifat masalah.
b)    Kemungkinan masalah untuk di ubah.
c)    Potensi menghindari masalah.
d)    Persepsi keluarga terhadap masalah.
4)    Menyusun rencana asuhan keperawatan dan perawatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas :
a)    Menentukan tujuan yang realistis.
b)    Merencanakan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan.
c)    Menyusun standar dan kriteria evaluasi.
5)    Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang disusun.
6)    Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan perawatan yang dilakukan.
7)     Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.
2.    Konsep Proses Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut Jhonson L & Leny R (2009) dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut :
a.    Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga.
b.    Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah   kesehatan keluarga.
c.    Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah - masalah kesehatan dan perawatan keluarga.
d.    Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah kesehatan keluarga.
e.    Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas - tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
f.     Menentukan / menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
g.    Menyusun rencana asuhan perawatan kesehatan dan perawatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas.
h.    Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang disusun.
i.      Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
j.      Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.
a.    Defenisi Asuhan Keperawatan Keluarga
Proses asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan perawatan keluarga, merencakan asuhan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang di susun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga. Dasar dari proses keperawatan adalah menggunakan cara - cara ilmiah dalam menganalisa data sehingga mencapai kesimpulan yang logis dalam menyelesaikan masalah secara rasional dan masuk akal (Jhonson  L & Leny R, 2009 ).
b.    Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Freeman B Ruth (2000).
1)    Tujuan umum :
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2)    Tujuan khusus :
a)    Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b)    Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah - masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c)    Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
d)    Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
e)    Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
c.    Tahap - tahap Dalam Proses Keperawatan Keluarga
1)    Tahap Pengkajian  (Assessment)
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma - norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya (Effendy N, 1998).
a)    Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah :
(1)  Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.
(2)  Keadaan rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan kesehatan keluarga.
(3)  Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat membawa kepada perkembangan keluarga dan perubahan perilaku sehat.
b)    Yang termasuk dalam tahap pengkajian  adalah :
(1)  Pengumpulan data
(a)  Metode yang biasa digunakan :
1.    Wawancara : yang berkaitan dengan hal -  hal yang perlu diketahui.
2.    Pengamatan : pengamatan terhadap hal yang tidak perlu ditanyakan.
3.    Studi dokumentasi : studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak.
4.    Pemeriksaan fisik : dilakukan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan.
(b)  Data - data yang dikumpulkan meliputi hal – hal  sebagai berikut :
1.    Identitas keluarga
2.    Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah dialami.
3.    Anggota keluarga.
4.    Jarak antara lokasi dengan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada.

5.    Keadaan keluarga, meliputi :
a.    Biologis
b.    Psikologis
c.    Sosial
d.    Kultural
e.    Spiritual
f.     Lingkungan
g.    Dan data penunjang lainnya.
(2)  Analisa data
Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga, yaitu (Suprajitno, 2004 ) :
(a)  Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi :
1.    Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
2.    Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.
3.    Keadaan gizi anggota keluarga.
4.    Status imunisasi anggota keluarga.
5.    Kehamilan dan keluarga berencana.
(b)  Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :
1.    Rumah meliputi : ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya.
2.    Sumber air minum.
3.    Jamban keluarga.
4.    Tempat pembuangan air limbah.
5.    Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.
(c)  Karakteristik keluarga :
1.    Sifat-sifat keluarga
2.    Dinamika dalam keluarga
3.    Komunikasi dalam keluarga
4.    Interaksi antar anggota keluarga
5.    Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga
6.    Kebiasaan dan nilai - nilai yang berlaku dalam   keluarga.
7.    Perumusan masalah
8.    Prioritas masalah
9.    Menegakkan diagnosa keperawatan
2)    Perumusan Diagnosa
Perumusan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Disamping melalui diskusi - diskusi diantara perawat dengan mempertimbangkan situasi dan sumber daya yang ada pada keluarga ( Effendy, 1998 ).
a)    Tipologi
Masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar, yaitu (Effendy, 1998 ) :
(1)  Ancaman kesehatan : adalah keadaan - keadaan yang dapat memungkinkan terjadi penyakit.
Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah :
(a)  Penyakit keturunan.
(b)  Keluarga / anggota keluarga yang menderita penyakit menular.
(c)  Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga.
(d)  Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga.
(e)  Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.
(f)   Keadaan - keadaan yang dapat menimbulkan stress, antara lain :
1.    Hubungan keluarga yang kurang harmonis.
2.    Hubungan orang tua dan anak tegang.
3.    Orang tua yang tidak dewasa.
(g)  Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya :
1.    Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik.
2.    Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.
3.    Tempat pembuangan tinja mencemari sumber  
 
air minum.
4.    Sekolah / tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.
5.    Sumber air minum tidak memenuhi syarat.
6.    Kebisingan.
7.    Polusi udara.
(h)  Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan :
1.    Merokok
2.    Minuman keras
3.    Tidak memakai alas kaki
4.    Makan obat tanpa resep
5.    Kebiasaan makan daging mentah
6.    Personal hygiene yang kurang
(i)    Sifat kepribadian yang melekat
(j)    Riwayat persalinan sulit
(k)  Memainkan peranan yang tidak sesuai
(l)    Immunisasi anak tidak lengkap
(2)  Kurang / tidak sehat : adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan yang termasuk didalamnya adalah (Effendy, 1998)  :
(a)  Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa.
(b)  Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
(c)  Situasi krisis adalah saat - saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga.
Yang termasuk dalam situasi krisis adalah (Effendy, 1998):
(a)  Perkawinan
(b)  Kehamilan
(c)  Persalinan
(d)  Masa nifas
(e)  Menjadi orang tua
(f)   Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru
(g)  Abortus
(h)  Anak masuk sekolah
(i)    Anak remaja
(j)    Kehilangan pekerjaan
(k)  Kematian anggota keluarga
(l)    Pindah rumah
(3)  Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas - tugas kesehatan dan keperawatan :
(a)  Ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan keluarga, disebabkan karena :
1.    Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta
2.    Rasa takut akibat masalah yang diketahui
3.    Sikap dan falsafah hidup
(b)  Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena :
1.    Tidak memahami mengenai sifat, berat, luasnya masalah
2.    Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3.    Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga.
4.    Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan.
5.    Ketidak cocokan pendapat dari anggota - anggota keluarga.
6.    Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
7.    Takut dari akibat tindakan
8.    Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
9.    Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
10. Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga - lembaga kesehatan.
11. Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.
(c)  Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :
1.    Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya, sifat, penyebab penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatannya serta pertumbuhan dan perkembangan anak.
2.    Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3.    Kurang / tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
4.    Tidak seimbang sumber - sumber yang ada dalam keluarga.
5.    Sikap negatif terhadap yang sakit
6.    Konflik individu dalam keluarga
7.    Sikap dan pandangan hidup
8.    Perilaku yang mementingkan diri sendiri
(d)  Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga.
Disebabkan karena :
1.    Sumber - sumber keluarga tidak cukup.
2.    Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah.
3.    Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan.
4.    Konflik personal dalam keluarga.
5.    Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.
6.    Sikap dan pandangan hidup.
7.    Ketidakkompakan keluarga, acuh terhadap anggota keluarga yang punya masalah.
(e)  Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1.    Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2.    Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3.    Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan.
4.    Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan.
5.    Rasa takut pada akibat dari tindakan.
6.    Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan.
7.    Tidak adanya fasilitas yang diperlukan.
8.    Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat.
9.    Sikap dan falsafah hidup.
d.    Diagnosa Keperawatan Pada Tingkat Keluarga
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang factor - faktor yang mempertahankan respons / tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Suprajitno, 2004 ).
e.    Tahap Perencanaan
Secara sederhana perencanaan dalam proses keperawatan merupakan keputusan awal tentang apa yang dilakukan, bagaimana cara melakukannya, kapan itu dilakukan, dan siapa yang melakukan kegiatan tersebut, untuk membantu keluarga memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi masalah keperawatan yang telah dirumuskan.
Rencana tindakan keperawatan dimulai setelah dataterkumpul sudah dianalisa dan masalah-masalah atau diagnosa  keperawatan telah di tentukan.
f.     Prioritas masalah
Dalam keperawatan masalah kesehatan keluarga, ada empat kriteria dalam menentukan prioritas masalah sebagai berikut, (Effendy, 1998) yaitu  :
1)    Sifat Masalah
Dikelompokkan dalam kurang / tidak sehat, Ancaman kesehatan dan krisis.
2)    Kemungkinan Masalah untuk di ubah
Kemungkinan berhasilnya mengurangi / mengatasi masalah bila ada tindakan.
3)    Potensi masalah untuk di cegah
Sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dapat di       Kurang.
4)    Menonjolnya masalah
Cara keluarga menilai / melihat masalah dalam hal berat dan mendesaknya masalah.




g.    Skoring
Tentukan Skor untuk setiap kriteria
Tabel 2.1 Skala Prioritas
No.
KRITERIA
    SCORE
   BOBOT
1





2







3






4








Sifat masalah
Skala :
Ancaman
Kesehatan
Tidak / Kurang
Sehat
Kemungkinan
Masalah dapat
Diubah
Skala :
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat

Potensi masalah
Untuk dicegah
Skala :
Tinggi
Sedang
Rendah

Menonjolnya
Masalah
Skala  :
Masalah berat, harus ditangani
Ada masalah tidak perlu ditangani
Masalah tidakdirasakan


3
2
1





2
1
0




3
2
1




2

1

0




1






2






1









1
               Sumber ( effendy, 1998 )
1)    Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan  bobot :
              Skor                  X Bobot
      Angka Tertinggi
2)     Jumlah skor untuk semua kiteria ( Skor Maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5 )
3)     Adapun penentuan Asuhan keperawatan Keluarga, (Effendy, 1998), sebagai berikut :
a)    Penentuan askep keluarga
Dalam memilih tindakan keperawatan ada dua faktor yang di perhatikan  :
(1)  Sifat Masalahnya
(2)  Sumber - sumber yang tersedia untuk pemecahan masalah
(3)  Sumber - sumber yang mempengaruhi keputusan perawat dalam mengambil tindakan  :
(a)  Sumber - sumber keluarga
1.    Kekuatan fisik dan psikis anggota keluarga
2.    Kemampuan keuangan
3.    Sarana dan prasarana (Faslitas Fisik)
4.    Dukungan dari sanak saudara
(b)  Sumber - sumber perawat
1.    Pengetahuan atau kemampuan intelektual
2.    Tersedianya waktu perawat dan dukungan dari suatu sistem pelayanan.
(c)  Sumber - sumber yang ada dalam masyarakat.
h.    Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun :
1)    Sumber daya keluarga (keuangan)
2)    Tingkat pendidikan keluarga
3)    Adat istiadat yang berlaku
4)    Respon dan penerimaan keluarga
5)    Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
i.      Tahap evaluasi
Tujuan evaluasi keperawatan adalah memberikan umpan balik terhadap rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu asuhan melalui perbandingan pelayanan keperawatan sesuai standar yang telah ditentukan.
 Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan, apabila penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor
1)    Tujuan tidak realistis
2)    Tindakan keperawatan yang tidak tepat
3)    Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi
3.    Konsep Kesehatan Lingkungan
a.    Pengertian kesehatan
1)    Menurut organisasi kesehatan dunia ( WHO ), 2004
Sehat  adalah suatu keadan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan ( kecacatan ).
2)    Menurut Undang - undang pokok No. 9 Tahun 1960
Kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan sosial budaya dan bukan hanya bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.
3)    Istilah kesehatan menurut Undang - undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992 tentang :
Kesehatan BAB I Pasal I adalah “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis”.
4)    Menurut H.L Blum ( 1999 )
Kesehatan adalah gambaran keadaan keseimbangan dari berbagai faktor, yaitu factor agent, host dan environment.


b.    Pengertian Lingkungan
1)    Menurut Undag - undang RI No.4 1982 adalah :
“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
2)    Menurut Encyclopedia Americana (1974) :
“Lingkungan adalah pengaruh yang ada di atas sekeliling organisme seluruh kehidupan atau fungsi dibentuk dari reaksi antara organisme dan sekelilingnya”.
3)    Menurut A.L. Siamet Riyadi (1976) :
“Lingkungan tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisinya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan organisme tersebut”.
c.    Pengertian Kesehatan Lungkungan
1)    Menurut WHO, Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ideologi yang keras ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin sehat dari manusia keadaan sehat disini adalah sehat fisik, mental dan sosial serta mampu berproduktivitas secara ekonomi.
2)    Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau lingkungan yang optimum berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
3)    Secara konsepsional, kesehatan lingkungan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu kesehatan masyarakat secara utuh. Ini diartikn bahwa untuk keberhasilannya, kesehatan lingkungan tidak dapat diupayakan tersendiri tanpa menjalin secara terintegrasi dengan cabang - cabang upaya kesehatan lingkungan lainnya.
d.    Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia ( tinja ), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah dan rumah hewan ternak ( kandang ).
1)    Perumahan
Rumah adalah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Syarat - syarat rumah yang sehat :
a)    Bahan bangunan terdiri dari lantai ubin atau semen, dinding tembok atau genteng, dan lain - lain.
b)    Ventilasi cukup.
c)    Cahaya yang cukup.
d)    Luas bangunan dan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
e)    Fasilitas dalam rumah yang sehat adalah :
(1)  Penyediaan air bersih yang cukup
(2)  Pembuagan tinja
(3)  Pembuangan air limbah
(4)  Pembuangan sampah
(5)  Fasilitas dapur
(6)  Ruang kumpul keluarga
2)    Penyediaan air bersih
Syarat-syarat air minum yang sehat :
a)    Syarat fisik meliputi tidak berwarna, tidak terasa, tidak berbau, tidak berbusa dan suhu dibawah suhu udara diluarnya
b)    Syarat bakteriologis yaitu harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen
c)    Syarat kimia yaitu air minum harus mengandung zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula, misalnya Flour (F) 1-1,5 mg.
3)    Pembuangan kotoran manusia
Persyaratan jamban sehat yaitu :
a)    Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
b)    Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
c)    Tidak mengotori tanah disekitarnya.
d)    Tidak dapat di jangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.
e)    Tidak menimbulkan bau.
f)     Mudah digunakan dan dipelihara.
g)    Sederhana desainnya.
h)   Murah.
i)     Dapat diterima oleh pemakaiannya.
4)    Sampah dan pengelolaannya
Sumber - sumber sampah :
a)    Sampah yang berasal dari pemukiman.
b)    Sampah yang berasal dari tempat umum
c)    Sampah yang berasal dari perkantoran
d)    Sampah yang berasal dari jalan raya
e)    Sampah yang berasal dari industri
f)     Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan
g)    Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
h)   Sampah yang berasal dari pertambangan
i)     Sampah meliputi tiga jenis yaitu : sampah padat, cair dan gas.
Cara - cara pengelolaan sampah :
(1)  Pengumpulan dan pengangkutan sampah menjadi tanggung jawab dari masing - masing rumah tangga atau industri yang menghasilkan sampah.
(2)  Pemusnahan dan pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain :
(a)  Ditanam
(b)  Dibakar
(c)  Dijadikan pupuk
5)    Air limbah dan pengelolaanya
Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a)    Air buangan yang berasal dari rumah tangga (domestic waste water)
b)    Air buangan industri
c)    Air buangan kotapraja

B.   Konsep Medis Gastritis
1.    Pengertian
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lembung yang dapat bersifat akut, kronik, difusi atau lokal. (Sylvia A, 2001).
Gastritis adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna ( Sarwono, 2001 ).
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama mukosa lambung sebagai respon terjadinya kelainan bagian tersebut, berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eriteme, mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa ( Mansjoer. A, 2001 ).
2.    Anatomi Fisiologi
Description: Presentation1Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan






(Sumber (WWW Nursing Begin. Com)
3.    Etiologi
a.    Gastritis Akut
Menurut price, S (2001) yang diperkuat oleh Yamada Takada (2001) penyebab gastritis akut adalah :
1)    Gastritis stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat atau trauma cidera yang terjadi secara tiba - tiba.
2)    Gastritis erosif kronis, biasa merupakan akibat dari :
a)    Iritan seperti obat - obatan, terutama aspirin.
b)    Penyakit crohn yaitu peradangan menahun pada dinding lambung, ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejal dari crohn’s (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan).
c)    Infeksi virus atau bakteri sebagian besar terinfeksi oleh bakteri H.Pylori yang hidup dibagian lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
3)    Gastritis esinofilik, terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang.
Umumnya yang menjadi penyebab ini atara lain :
a)    Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin dalam dosis rendah rendah sudah menyebabkan erosi mukosa.
b)    Obat - obatan lain seperti NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs), sulfonamide, steroid dan digitalisObat obatan tersebut dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
4)    Beberapa makanan berbumbu, termasuk lada, cuka atau mustard dapat menyebabkan gejala - gejala yang mengaruh pada gastritis.
5)    Merokok, mengganggu kerja lapisan pelindung lambung membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis atau borok, merokok meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
6)    Alkohol dan refluk empedu dan cairan pancreas dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung.
7)    Infeksi bakteri, sebagian besar terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan namun diperkirakan penulara tersebut terjadi melalui jalur oral, akibat makanan atau minuman yang terkontamminasi oleh bakteri ini.  Infeksi dalam jangka lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung.
8)    Gangguan mikrosirkulasi, mukosa lambung, trauma lambung, stress, sepsis yang dapat merangsang sekresi lambung sehingga produksi asam lambung yang berlebihan, lambung yang asam bisa merusak sawar atau pertahanan mukosa lambung  yang teriritasi bisa menimbulkan peradangan pada lambung.
b.    Gastritis kronik
Penyebab gastritis kronik tidak diketahui, reaksi imunologik dengan terbentuknya anti bodi terhadap sel parietal dalam darahnya atau lebih spesifiknya lagi penderita juga mempunyai antibodi terhadap faktor pendisposisi timbulnya gastritis kronik terutama setelah operasi lambung juga berperan terhadap  kejadian gastritis kronik. Helbakteri pyiori juga berperan ( Sjamsu hidayat, 1998 ).


4.    Patofisiologi
Obat - obatan, alkohol, bahan kimia, merokok, stress endotoksin dapat merangsang meningkatnya syaraf para simpatis yang dapat merangsang sekresi lambung sehingga produksi asam lambung meningkat. Asam lambung yang berlebihan dapat merangsang syaraf vagus sehingga bisa terjadi mual, muntah. Keadaan lambung yang asam bisa merusak sawar atau pertahanan mukosa lambung yang bisa tentas bisa timbul peradangan, adanya peradangan merangsang tubuh untuk membentuk anti bodi sebagai redusi imunologik dengan mengecilnya kelenjar epitel lambung sehingga reaksi munologik dengan mengecilnya kelenjar epitel lambung sehingga sel parcatai dan chickvel hilang.Fungsi dari sel parretal dan chik cell adalah memproduksi faktor interinsik pun berkurang. Fungsi faktor interinsik dalam tubuh adalah mengabsorbsi vitamin B12, bila kurang vitamin B12 berkurang maka dapat menyebabkan anemia perniosa (Sylvia A, 1995).
Membran mukosa lambung menjadi oedema dan hipermik (kongesti dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superficial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam tetapi  banyak mukus. Ulseresi superotial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemorhagi. Pasien dapat mengalami ketidak nyamanan, sakit kepala, malas dan mual serta anoreksia sering disertai dengan muntah dan regukan.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis. Kadang - kadang henorogi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan yang iritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai anus, mengakibatkan kolik dan diare. Biasanya pasien sembuh kira-kira 2 atau 3 hari kemudian (Smeltzer, 2000).
       Obat - obatan alkohol, garam empedu atau enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif) mengganggu pertahanan mukosa lambung dan menyingkirkan difusi kembali asam dan pepsin kedalam jaringan lambung.Hal ini menimbulkan peradangan / respon mukosa lambung. Terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya ( Smeltzer, 2000 ).
Dengan iritasi yang terus - menerus jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan, masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat klorosif mengakibatka peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis klorosif) nekrosis mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis gastritis kronik dapat menimbulkan keadaan dengan atrofi kelenjar lambung dan keadaan mukosa terdapat bercak - bercak penebalan berwarna abu - abu atau abu - abu kehijauan (gastritis atropik).  Hilangnya mukosa lambung akibatnya akan berakibat berkurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemi pernisiosa (Barbara C, 1996).
Gastritis atropik boleh jadi merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung, gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan dengan ulkus peptikum atau mungkin terjadi setelah tindakan gastro geyunostomi (Barbara C, 1996).
5.    Manifestasi Klinik
a.    Tanda dan gejala grastitis akut seperti dikemukakan oleh (mansjoer, 2001) :
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran verna berupa hematematis dan melena. Kemudian disusun dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan biasanya.Jika dilakukan anemesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan/bahan kimia tertentu.



b.    Tanda dan gejala gastritis kronik seperti dikemukakan oleh (Mansjoer, 2001) :
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan.Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, navsea, dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
6.     Komplikasi
a.    Perdarahan saluran cerna bagian atas.
b.    Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamin (Mansjoer. A, 1999).
7.    Pencegahan
Gastritis sangat diperlukan agar kita terhindar dari penyakit gastritis. Pencegahan yang paling mudah adalah dengan membiasakan makan tepat pada waktunya. Karena penyakit gastritis seringkali timbul ketika kita terbiasa telat makan.
8.    Pengobatan
Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal aluminium hidroksida), untuk menetralisasi alkali digunakan  jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat < emtik dan lavase di hindari karena bahaya perforasi.


9.    Penatalaksanaan
a.    Pengobatan yang dikemukakan oleh (Mansjoer, 2001) pada gastritis akut :
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya diet lambung, dengan porsi kecil dan sering, obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2 inhibitor pompa proton, antikoligenik, dan antasida, juga diajukan sebagian sitoprokteta, berupa sukratfat dan prostaglandin.
b.    Pengobatan pada gastritis kronik
Pada pusat pelayanan kesehatan dimana endoskopi tidak dapat dilalaikan penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apalagi jika terserologi negatif. Pertama - tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa artasid, antagonis H2/inhibitor pompa protan dan obat - obat prokenetik, jika endoskopi dapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif. Tetapi eradikasi juga diberikan pada seleksi khusus pasien yang menderita penyakit - penyakit seperti vikus duodeni, vikus ventrikuli, pasca reseksi kanker lambung dini, ini sangat dianjurkan.
Selain dari terapi diatas ada terapi yang bisa dilakukan dalam menangani nyeri akibat serangan gastritis yaitu dengan menggunakan teknik relaksasi dan teknik distraksi.
Menurut Soeparman (1999) Beberapa cara untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
1)    Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat untuk kesehatan adalah bagaimana cara memakannya.  Makanlah dengan jumlah yang cukup pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2)    Hindari alkohol
Penggunaan alcohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3)    Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis, merokok juga meningkatkan asam lambung sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
4)    Ganti obat penghilang nyeri
Jika dimungkinkan hindari penggunaan AINS obat-obat golongan ini akan menyebabkan peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah, ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminopen.
5)    Kendalikan stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan system kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan pada kulit.  Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan.  Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari maka kuncinya adalah mngendalikan secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup dan olah raga dengan teratur.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar