A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a.
Chronic Kidney
Disease (CKD) / Gagal ginjal kronik atau
penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah).(Suzanne C, Smeltzer, 2002:1448)
b.
Gagal
ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irreversible. Penurunan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat. (Prof. Dr. Sarjadi, 2004:531)
c.
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) didalam darah (Arif Muttaqin & Kumala Sari,
2011).
d.
Gagal ginjal kronik yaitu penyakit ginjal tahap akhir dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan
elektrolit serta mengarah pada kematian (Padila,
2012).
2. Anatomi Fisiologi
Sistem urinaria yang paling utama terdiri dari :
a.
Ginjal
1)
Fungsi utama ginjal secara fisiologis sebagai berikut
a)
Mempertahankan air dan osmolaritas normal yang terdapat
dalam tubuh
b)
Mempertahankan elektrolit utama dari cairan tubuh
terutama ion natrium, kalium, bikarbonat, chlorida, hidrogen
c)
Mengeluarkan kelebihan air dan elektrolit terutama
hidrogen
d)
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh
|

Fungsi ginjal yang lain :
a)
Mengatur keseimbangan asam basah
b)
Mengekresikan bahan-bahan yang telah didetoksikasi
c)
Mempunyai fungsi endokrin yaitu :
(1)
Renin yang penting untuk pembentukan angiotensin
(2)
Eritropoetin yang penting untuk pematangan eritrosit
(3)
Prostaglandin yang penting bagi laki-laki
d) Sintesa amino
dari asam amino
e)
Mengubah vitamin D menjadi bentuk yang aktif yaitu 1,25
dihydroxychole calciferol
f)
Melepaskan glukosa ke dalam sirkulasi selama puasa
2)
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti biji kacang
yang terletak pada :
a)
Posterior abdomen dan berada di luar peritoneum
b)
Berada di sebelah kiri dan kanan costovertbralis
c)
Ginjal kiri setinggi :
T.11, L.2, dan I.3
d)
Ginjal kanan setinggi :
T.12, L.3
e)
Panjang ginjal : 11 – 13 cm (4 – 5 inchi)
f)
Lebar ginjal :
5 – 7 cm
g)
Tebal ginjal : 1,5 – 2,5 cm
h)
Berat ginjal : 120 – 150 gram
Bila ginjal dibelah dua secara dua
secara memanjang akan terlihat bagian luar bercak-bercak adalah korteks dan
bagian dalam yang bergaris-garis adalah medulla.
Medulla merupakan bangunan yang
berbentuk kerucut yang disebut pyramid, di dalamnya merupakan kumpulan nefron
yang merupakan unit fungsional ginjal, setiap ginjal terdiri satu juta unit
nefron yang setiap nefron terdiri atas: satu glomerulus, tubulus, proksimal, ansahenle,
dan tubulus distal, kumpulan tubulus distal adalah tubulus kolangen yang
menjadi pelvis.
![]() |
3)
Mekanisme pembentukan urine
Keseluruhan darah yang mengalir ke dalam nefron pada
kedua ginjal diperkirakan 1200 ml/menit, dari jumlah total ini kira-kira 650 ml
adalah plasma dan 1/5 dari plasma tersaring melalui membran glomerulus ke dalam
kapsula Bowman’s membentuk 125 ml filtrasi glomerulus/ menit. Pada saat
filtrasi glomerulus mengalir melalui tubulus proksimal, hampir 80% air dan
elektrolit, semua glukosa dan protein serta sebagian besar asam amino
reabsorbsi, juga natrium dan sebagian besar asam amino direansorbsi, juga
natrium dan sebagian air diabsorbsi di tubulus distal. pH urine yang turun atau
naik tergantung jumlah relatif ion-ion asam atau basa yang diabsorbsi oleh
tubulus. Jumlah urine yang dikirimkan ke pelvis ginjal kira-kira 1/125 dari
filtrat glomerulus atau sekitar 1 ml/menit dalam bentuk urine 60 ml/jam = 1440
ml/jam.
b.
Ureter
a)
Berada pada sisi kiri dan kanan costovertebralis yang
menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih
b)
Panjangnya + 25-30 cm dengan diameter 0,5 cm
c)
Dindingnya terdiri dari :
a)
lapisan mukosa
b)
lapisan otot polos
c)
lapisan jaringan fibrosa
c.
Vesica urinaria/ kandung kemih
a)
Terletak di belakang symphisis pubis di dalam rongga
panggul.
Terdiri dari :
1)
Kortex : bagian yang meruncing ke arah muka dan
berhubungan dengan ligamentum visica umbilikus medius.
b)
Fundus : merupakan bagian yang menghadap ke arah
belakang dan bawah.
c)
Corpus : berada diantara kortex dan fundus
b)
Kapasitas kandung kemih + 100 – 150 cc dan masih
dikatakan normal 200 – 400 cc.
c)
Mekanisme berkemih
Berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang
merupakan hasil filtrasi ginjal. Urine yang terkumpul di kandung kemih akan
menekan dinding kandung kemih sehingga tekanan dalam kandung kemih tinggi dan
akan merangsang saraf sensorik di dalam kandung kemih, rangsangan tersebut
diteruskan ke medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di
kortex serebral. Bila waktu berkemih telah siap maka otot memberi infuls
melalui medulla spinalis ke neuromotorik di daerah sakral kemudian terjadi
kontraksi otot detrussor dan relaksasi otot spinter internal dan kemudian
dilepaskan dari kandung kemih menuju uretra ke dunia luar.
d.
Uretra
a)
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan urine keluar dan juga untuk menyalurkan segmen (segmen). Panjangnya
+ 17 – 22,5 cm.
b)
Pada pria dibagi menjadi 3 bagian :
1)
Pars prostatica
2)
Pars membranosa
3)
Pars cavernosa
c)
Pada wanita terletak di belakang symphisis pubis berjalan
miring sedikit ke arah atas. Panjangnya + 3-4 cm. Berfungsi sebagai saluran
ekstretori.
3. Etiologi
Penyebab Gagal
Ginjal kronik antara lain sebagai berikut :
a. Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan
menyebabkan nefropati diabetikum
b. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
c. Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulunefritis),
misalnya karena penyakit lupus atau pasca infeksi
d. Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan dimana kedua ginjal
memiliki kista multiple
e. Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan
obat yang bersifat toksik terhadap ginjal.
f. Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras
(atherosklerosis) menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga
sel-sel menjadi rusak (iskemia).
g. Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan
prostat.
h. Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronik
dan berbagai macam keganasan pada ginjal.
4. Patofisiologi
Ada dua pendekatan teoritis yang biasanya diajukan untuk
menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada gagal ginjal kronik. Sudut pandangan
tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun
dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang
berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah
strukturnya. Misalnya, lesi organik pada medulla akan merusak susunan anatomik
dari lengkungan Henle dan vasa rekta, atau pompa klorida pada pars asendens
lengkung Henle yang akan mengganggu proses aliran balik pemekat dan aliran
balik penukar. Pendekatan kedua dikenal dengan nama hipotesis Bricker atau
hipetesis nefron yang utuh, yang berpendapat bahwa bila nefron terserang
penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh
tetap bekerja normal. Uremia akan timbul bilaman jumlah nefron sudah sedemikian
berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan
lagi. Hipotesis nefron yang utuh paling berguna untuk menjelaskan pola adaptasi
fungsional pada penyakit ginjal progresif, yaitu kemampuan untuk mempertahankan
keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendatipun ada penurunan GFR yang nyata.
(Sylvia A.Price, 2002).
Perjalanan gagal
ginjal progresif dapat dibagi menjadi III stadium, yaitu:
a.
Stadium pertama
Stadium ini dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama
stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN
normal, dan penderita asimtomatik.
b.
Stadium kedua
Pada stadium ini perkembangan tersebut disebut
insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak
(GFR besarnya 25% dari normal).
Pada tahap stadium kedua ini kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal.
c.
Stadium ketiga dan stadium akhir gagal ginjal progresif
Pada
stadium ini disebut gagal ginjal stadium akhir atau uremia. Gagal ginjal
stadium ketiga atau stadium akhir gagal ginjal progresif timbul apabila sekitar
90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang
masih utuh.
5. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala
akibat gagal ginjal kronik (Arief Mansjoer, 2000) yaitu:
Umum
Kulit
Kepala dan leher
Mata
Kardiovaskuler
Pernapasan
Gastrointestinal
Kemih
Reproduksi
Saraf
Tulang
Sendi
Hematologi
Endokrin
Farmakologi
|
Fatigue,
malaise, gagal tumbuh, debil
Pucat, mudah
lecet, rapuh, leukonikia
Fetor uremik,
lidah kering dan berselaput
Fundus
hipertensif, mata merah
Hipertensi,
kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik.
Hiperventilasi
asidosis, edema paru, efusi pleura
Anoreksi, nausea,
gastritis, ulkus peptikum, kolitis uremik, diare yang disebabkan oleh
antibiotik.
Nokturia,
poliuria, haus, protenuria, penyakit ginjal yang mendasarinya.
Penurunan libido,
impotensi, amnoroe, infertilitas, ginekomastia, galaktore.
Letargi, malaise,
anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, flap, mioklonus, kejang, koma
Hiperparatriroidisme,
defesiensi vitamin D
Gout, pseudogout,
kalsifikasi ekstra tulang
Anemia,
defesiensi imun, mudah mengalami perdarahan
Multipel
Obat-obat yang
dieksresi oleh ginjal
|
Tabel 2.1 Gejala-gejala akibat gagal ginjal kronik
6. Tes Diagnostik
a)
Urine
1)
Volume : biasanya oliguria atau anuria
2)
Warna urine : secara abnormal urine keruh mungkin
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat atau urat
3)
Berat jenis : Kurang dari 0,015
4)
Osmolalitas :Kurang dari 350 .Osm/kg menunjukkan
kerusakan tubular.
5)
Klirens kreatinin : mungkin agak menurun
6)
Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal
tidak mampu merabsorbsi natrium
7)
Protein : Derajat protenuria secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus.
b)
Darah
1)
BUN/ Kreatinin : meningkat
2)
Hitung darah lengkap : Ht (menurun), Hb (biasanya
kurang dari 7-8 g/dl)
3)
GDA : pH (penurunan asidosis metabolic)
4)
Natrium serum mungkin rendah
5)
Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi
6)
Magnesium/ fosfat : meningkat
7)
Kalsium : menurun
8)
Protein : kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine
c)
KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal/ ureter/ kandung
kemih dan adanya obstruksi (batu)
d)
Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis
ginjal dan ureter
e)
Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa, kista,
obstruksi.
7. Penatalaksanaan
Medik
a.
Tentukan dan tata laksana penyebabnya
b.
Optimalisasi dan pertahankan keseibangan cairan dan garam
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit
meningkat dan terdapat adema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid
dosis besar (250 – 1.000 mg/hr) atau diuretik loop (bumetanid, asam etakrinat)
diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin
memerlukan suplemen natrium klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan
dilakukan melalui berat badan, urin, dan pencatatan keseimbangan cairan
(masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml)
c.
Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hr) dan tinggi kalori
menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menybabkan penurunan
ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
d.
Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil
akhir gagal jantung kiri. Pada pasien hipertensif dengan penyakit ginjal,
keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah.
Sering diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensif
e.
Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis
berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi
hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-pbat yang berhubungan dengan
ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat antiinflamsi nonsteroid),
asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari
sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG.
f.
Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat
fosfat seperti alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat
(500-3.000 mg) pada setiap makan. Namun hati-hati dengan toksisitas obat
tersebut. Diberikan suplemen vitamin D dan dilakukan paratiroidektomi atas
indikasi.
g.
Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif
dan terapi lebih ketat.
h.
Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena
metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
i.
Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan enselopati uremia,
perikarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan airan
yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga
diperlukan dialisis
j.
Persiapkan dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik
diseteksi. Indikasi dilakukan dialisis biasanya adalah gagal ginjal dengan
gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi
komplikasi. (Arief Mansjoer, 2000)
8. Komplikasi
a.
Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis
metabolik, katabolisme, dan masukan diet berlebih
b.
Perikarditis, efusi perikardial, dan temponade jantung
akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat
c.
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta
malfungsi setem renin- angiotensin-aldosteron
d.
Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang
usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi dan toksin dan
kehilangan darah selama hemodialisis
e.
Penyakit tulang serta kalsifikasi metatstasik akibat
retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
B. Konsep Dasar Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga masyarakat.
Pelayanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan
melaksanakan kegiatan mandiri.
Langkah-langkah proses keperawatan
meliputi :
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan Gagal Ginjal Kronik(Doengoes E. Marilynn, 2000:626-628):
Aktivitas/
Istirahat
Gejala : Kelelahan akstrem, kelemahan, malaise.
Gangguan
tidur, (insomnia, gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan
rentang gerak
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat
Palpitasi,
nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi
nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki.
Disritmia
jantung
Nadi
lemah halus
Pucat
Integritas
ego
Gejala : Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan
sebagainya
Perasaan
tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan
Tanda : menolak,
ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
Eliminasi
Gejala : Penurunan
frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
Abdomen
kembung, diare, konstipasi
Tanda : Perubahan
warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan.
Oliguria, dapat menjadi
anuria.
Makanan/
cairan
Gejala : Peningkatan
berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan (malnutrisi)
Anoreksi, nyeri ulu hati,
mual/muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernapasan amonia)
Penggunaan diuretik
Tanda : Distensi abdomen/ asietes, pembesaran hati
(tahap akhir)
Perubahan
turgor kulit/ kelembaban
Edema
(umum, tergantung)
Ulserasi
gusi, perdarahan gusi, lidah
Penurunan otot, penurunan
lemak subkutan, penampilam tak bertenaga.
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur
Kram otot/kejang: sindrom
“kaki gelisah”, kebas rasa terbakar pada telapak kaki.
Kebas/ kesemutan dan
kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan
status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentarsi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor,
koma.
Kejang.
Rambut tipis
Kuku rapu dan tipis
Nyeri/
ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri
panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuka saat malam hari)
Tanda : perilaku
berhati-hati/ distraksi, gelisah
Pernafasan
Gejala : Nafas
pendek, dispneu nokturnal, batuk dengan/ tanpa sputum kental dan banyak
Tanda : Takipneu,
dispneu, peningkatan frekuensi/ kedalaman (pernapasan kusmaull).
Batuk produktif dengan sputum
merah muda encer (edema paru)
Keamanan
Keluhan/ : Kulit gatal
Ada/
berulangnya infeksi
Gejala : Pruiritus
Demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu tubuh rendah dari normal (efek GGK/ depresi respons imun).
Riwayat
transfusi darah/reaksi transfusi
Seksualitas
Gejala : penurunan libido, amnoroe, infertilitas
Interaksi
Sosial
Gejala : kesulitan mentukan kondisi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis tentang
respon individu, keluarga, atau komitas terhadap masalah kesehatan/ proses
kehidupan potensial atau aktual. Daignosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dimana perawat
betanggunggugat. Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gagal ginjal kronik pada dasarnya sama dengan intervensi bedah secara umum
Marylynn E. Doengeus (2000):
a.
Resiko tinggi penurunan curah jantung
b.
Resiko tinggi terhadap cedera (profil darah abnormal)
c.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis, akumulasi toksin, asidosis metabolik, hipoksia.
d.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
e.
Resiko tinggi terhadap perubahan mukosa oral.
f.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi
g.
Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem nilai pasien
(pengaruh budaya)
3. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan diidentifikasi, komponen perencanaan dari
proses keperawatan direncanakan mencakup prioritas pada diagnosa keperawatan,
tujuan akan dicapai. (Johnson,
M., et all. 2000 & Mc Closkey, C.J., et all. 1996)
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
1
|
Gangguan pertukaran gas b/d kongesti
paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis
laktat dan penurunan curah jantung.
Definisi :
Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran
karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli
Batasan
karakteristik :
-
Gangguan penglihatan
-
Penurunan CO2
-
Takikardi
-
Hiperkapnia
-
Keletihan
-
somnolen
-
Iritabilitas
-
Hypoxia
-
Kebingungan
-
Dyspnoe
-
Nasal faring
-
AGD abnormal
-
Sianosis
- warna
kulit abnormal (pucat, kehitaman)
-
Hipoksemia
-
Hiperkarbia
-
Sakit kepala ketika bangun
-
Frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
Faktor faktor
yang berhubungan :
-
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi
-
Perubahan membran kapiler-alveolar
|
NOC :
-
Respiratory Status : Gas exchange
-
Respiratory Status : ventilation
-
Vital Sign Status
-
Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat
-
Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-
Tanda tanda vital dalam rentang normal
|
NIC :
Airway Management
-
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-
Lakukan suction pada mayo
-
Berika bronkodilator bial perlu
-
Barikan pelembab udara
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-
Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
-
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
-
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
-
Monitor suara nafas, seperti dengkur
-
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
-
Catat lokasi trakea
-
Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis
)
-
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
-
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
-
Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
hasilnya
AcidBase Managemen
-
Monitro IV line
-
Pertahankanjalan nafas paten
-
Monitor AGD, tingkat elektrolit
-
Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
-
Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
-
Monitor pola respirasi
-
Lakukan terapi oksigen
-
Monitor status neurologi
-
Tingkatkan oral hygiene
|
2
|
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot
jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi
sekuncup
|
NOC :
-
Cardiac Pump effectiveness
-
Circulation Status
-
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
-
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
-
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
-
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
-
Tidak ada penurunan kesadaran
|
NIC :
Cardiac Care
-
Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
-
Catat adanya disritmia jantung
-
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
-
Monitor status kardiovaskuler
-
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
-
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
-
Monitor balance cairan
-
Monitor adanya perubahan tekanan darah
-
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
-
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
-
Monitor toleransi aktivitas pasien
-
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
-
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
-
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
-
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
-
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
-
Monitor kualitas dari nadi
-
Monitor adanya pulsus paradoksus
-
Monitor adanya pulsus alterans
-
Monitor jumlah dan irama jantung
-
Monitor bunyi jantung
-
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
-
Monitor suara paru
-
Monitor pola pernapasan abnormal
-
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
-
Monitor sianosis perifer
-
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
-
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
3
|
Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau
ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
-
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
-
Penurunan pertukaran udara per menit
-
Menggunakan otot pernafasan tambahan
-
Nasal flaring
-
Dyspnea
-
Orthopnea
-
Perubahan penyimpangan dada
-
Nafas pendek
-
Assumption of 3-point position
-
Pernafasan pursed-lip
-
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
-
Peningkatan diameter anterior-posterior
-
Pernafasan rata-rata/minimal
·
Bayi : < 25 atau > 60
·
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
·
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
·
Usia > 14 : < 11 atau > 24
-
Kedalaman pernafasan
-
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
-
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
-
Timing rasio
-
Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
-
Hiperventilasi
-
Deformitas tulang
-
Kelainan bentuk dinding dada
-
Penurunan energi/kelelahan
-
Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
-
Obesitas
-
Posisi tubuh
-
Kelelahan otot pernafasan
-
Hipoventilasi sindrom
-
Nyeri
-
Kecemasan
-
Disfungsi Neuromuskuler
-
Kerusakan persepsi/kognitif
-
Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
-
Imaturitas Neurologis
|
NOC :
-
Respiratory status : Ventilation
-
Respiratory status : Airway patency
-
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
-
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
|
Fluid management
-
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
-
Pasang urin kateter jika diperlukan
-
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin )
-
Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
-
Monitor vital sign
-
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
CVP , edema, distensi vena leher, asites)
-
Kaji lokasi dan luas edema
-
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
-
Monitor status nutrisi
-
Berikan diuretik sesuai interuksi
-
Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
-
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
-
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminasi
-
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
-
Monitor serum dan elektrolit urine
-
Monitor serum dan osmilalitas urine
-
Monitor BP, HR, dan RR
-
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
jantung
-
Monitor parameter hemodinamik infasif
-
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
-
Monitor tanda dan gejala dari odema
|
4
|
Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung,
retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan karakteristik :
-
Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
-
Asupan berlebihan dibanding output
-
Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis
berubah, peningkatan CVP
-
Distensi vena jugularis
-
Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas,
orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru,
pleural effusion
-
Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit,
khususnya perubahan berat jenis
-
Suara jantung SIII
-
Reflek hepatojugular positif
-
Oliguria, azotemia
-
Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor yang berhubungan :
-
Mekanisme pengaturan melemah
-
Asupan cairan berlebihan
-
Asupan natrium berlebihan
|
NOC :
-
Electrolit and acid base balance
-
Fluid balance
Kriteria Hasil:
-
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
-
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
-
Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek
hepatojugular (+)
-
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru,
output jantung dan vital sign dalam batas normal
-
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
-
Menjelaskan indikator kelebihan cairan
|
NIC :
Fluid management
-
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
-
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
-
Pasang urin kateter jika diperlukan
-
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin )
-
Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan
PCWP
-
Monitor vital sign
-
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
CVP , edema, distensi vena leher, asites)
-
Kaji lokasi dan luas edema
-
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
-
Monitor status nutrisi
-
Berikan diuretik sesuai interuksi
-
Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
-
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
-
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
-
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
-
Monitor berat badan
-
Monitor serum dan elektrolit urine
-
Monitor serum dan osmilalitas urine
-
Monitor BP, HR, dan RR
-
Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
jantung
-
Monitor parameter hemodinamik infasif
-
Catat secara akutar intake dan output
-
Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
-
Monitor tanda dan gejala dari odema
|
5
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk
keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
-
Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
-
Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily Allowance)
-
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
-
Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
-
Luka, inflamasi pada rongga mulut
-
Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah
makanan
-
Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
-
Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
-
Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah
makanan
-
Miskonsepsi
-
Kehilangan BB dengan makanan cukup
-
Keengganan untuk makan
-
Kram pada abdomen
-
Tonus otot jelek
-
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
-
Kurang berminat terhadap makanan
-
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
-
Diare dan atau steatorrhea
-
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
-
Suara usus hiperaktif
-
Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang berhubungan :
-
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau
ekonomi.
|
NOC :
-
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
-
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
-
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition Management
-
Kaji adanya alergi makanan
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
-
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
-
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
C
-
Berikan substansi gula
-
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
-
Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
-
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
-
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
-
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
-
BB pasien dalam batas normal
-
Monitor adanya penurunan berat badan
-
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
-
Monitor lingkungan selama makan
-
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
-
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
-
Monitor turgor kulit
-
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
-
Monitor mual dan muntah
-
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
-
Monitor makanan kesukaan
-
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
-
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
-
Monitor kalori dan intake nuntrisi
-
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
-
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
6
|
Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah,
ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang
menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit
Intoleransi aktivitas b/d fatigue
Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis
maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta
atau aktifitas sehari hari.
Batasan karakteristik :
-
Melaporkan secara verbal adanya
kelelahan atau kelemahan.
-
Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap
aktifitas
-
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
-
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Faktor factor yang berhubungan :
-
Tirah Baring atau imobilisasi
-
Kelemahan menyeluruh
-
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan
kebutuhan
-
Gaya hidup yang dipertahankan.
|
NOC :
-
Energy conservation
-
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
-
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
-
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara
mandiri
|
NIC :
Energy Management
-
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
-
Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
-
Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
-
Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
-
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
-
Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
-
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
-
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
-
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
-
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
-
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
-
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
-
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
-
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
-
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
-
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
-
Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
|
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah
pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil
yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat, sehingga
pelayanan yang diberikan baik mutunya dengan demikian tujuan dari rencana yang
telah ditentukan dapat tercapai. Tindakan Keperawatan mengacu kepada
perencanaan yang telah disusun, diprioritaskan pada upaya untuk:
a.
Mencegah terjadinya penurunan curah jantung
b.
Mencegah
cedera
c.
Meningkatkan
tingkat mental
d.
Mencegah
kerusakan integritas kulit
e.
Mencegah
perubahan mukosa oral
f.
Memberikan
informasi tentang penyakitnya
g.
Memberi
pemahaman tentang program terapi
5. Evaluasi
Evaluasi
adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien.
Evaluasi
yang dilakukan mengacu kepada tujuan yang diharapkan:
a.
Tidak terjadi penurunan curah jantung
b.
Tidak terjadi cedera
c.
Peningkatkan
tingkat mental
d.
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
e.
Tidak terjadi perubahan mukosa oral
f.
Pemahaman
tentang penyakitnya
g.
Berpartisipasi
dalam membuat tujuan dan rencana pengobatan
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner &
Suddarth. 2002. Buku Ajar
keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito.
2001. Rencana Asuhan &
Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif.
Jakarta: EGC
Doenges
M, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi III. Hal 626 Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Johnson,
M., et all. 2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Kasuari.
2002. Asuhan Keperawatan Sistem
Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology.
Magelang. Poltekes Semarang PSIK Magelang
Long, B C. (1996). Perawatan
Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Hal 368.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Mansjoer, A
dkk. 2007. Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey,
C.J., et all. 1996. Nursing
Interventions Classification (NIC) Second Edition . New Jersey: Upper Saddle River
Nanda. 2005. Nursing Diagnoses Definition
dan Classification. Philadelpia
Price, Sylvia A dan Lorraine M
Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 4. Hal 912 Jakarta : EGC
Rab, T.
2008. Agenda Gawat Darurat
(Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Smeltzer, S. C dan Brenda G Bare.
(2001). Hal. 1448 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA
2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Udjianti, WJ.
2010. Keperawatan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar