Sabtu, 17 Juni 2017

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSIA SITI FATIMAHMAKASSAR



HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP

PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR
DI RSIA SITI FATIMAHMAKASSAR

Hernikeyanti1, Jamila2, Suhartatik3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani Hasanuddin Makassar
ABSTRAK

Kolostrum adalah cairan pra susu yang dihasilkan dalam 24-36 jam pertama setelah melahirkan (pasca persalinan) (Proverawati, 2010). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Wawan, 2010). pendidikan adalah “proses pembentukan kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di RSIA Siti Fatimah Makassar. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 02 Juli 2013 Sampai dengan 17 Juli 2013. Penelitian ini mengunakan metode penelitian Deskriptif Analitik dengan rancangan Cross Sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan Consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji statistic chi-square, dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir, dengan nilai kemaknaan p=0,001, p=0,012, dimana nilai p lebih kecil dari a=0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di RSIA Siti Fatimah Makassar. Adapun saran, diharapkan agar petugas kesehatan (bidan) dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta memberikan informasi tentang kolostrum sedini mungkin kepada ibu nifas, sehingga ibu lebih meningkatkan upaya dalam pemberian kolostrum pada bainya.

Kata Kunci : Pengetahuan, pendidikan, pemberian kolostrum



PENDAHULUAN

Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan gizi selanjutnya terpenuhi.

Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir maka ibu harus sesegera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa makanan pendamping. Makanan pendamping hanya diberikan pada bayi yang berumur enam bulan ke atas (Suraji dalam Jafar, 2011).

Kolostrum adalah cairan pra-susu yang dihasilkan oleh ibu dalam 24-36 jam


pertama setelah melahirkan (pasca-persalinan).Kolostrum mensuplai berbagai faktor kekebalan (faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir (Azikin, 2011).

Data   Organisasi   Kesehatan   Dunia
World Health Organization (WHO) menunjukkan ada 170 juta anak mengalami gizi kurang di seluruh dunia. Sebanyak 3 juta anak di antaranya meninggal tiap tahun akibat kurang gizi. Angka kematian bayi yang cukup tinggi di dunia sebenarnya dapat dihindari dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Meski penyebab langsung kematian bayi umumnya penyakit infeksi, seperti infeksi saluran pernapasan akut, diare, dan campak, tetapi penyebab yang mendasari pada 54 % kematian bayi adalah gizi kurang (http://www.opensubscriber.com, 2010).

Perilaku pemberian Asi eksklusif di Indonesia masih jauh yang diharapkan.


151
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Menurut hasil survey demografi Indonesia kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009-2010 presentase anak dibawah usia 6 bulan yang mendapatkan Asi eksklusif adalah 39,8%. Hanya 3,7% bayi yang memperoleh Asi pada hari pertama. (www.Litbang.depkes.go.id)

Sementara Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq dalam Nurhaedar Jafar, 2011).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010). Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2007 yaitu 57,05% dan tahun2008 57,48% (Profil kesehatan Sul-Sel, 2008).

Berdasarkan data RSIA Siti Fatimah Makassar 2011-2012 jumlah pasien melahirkan sebanyak 1547 orang, tahun 2013 dari bulan Januari sampai Maret sebanyak 414 orang. Dan dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti kepada 13 orang pasien post partum di RSIA Siti Fatimah Makassar, dimana 5 orang ibu memberikan kolostrumnya pada hari pertama setelah melahirkan, dan 8 orang lainnya memilih membuang kolostrumnya pada hari pertama, kemudian memberikan ASI pada bayinya setelah hari ketiga setelah melahirkan. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan pendidian Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di RSIA Siti Fatimah Makassar”

BAHAN DAN METODE

Lokasi, populasi, dan sampel

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka

penelitian ini menggunakan desain penelitian
Deskriptive Analitik dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSIA Siti Fatimah Makassar pada tgl 02 Juli 2013 samapai dengan 17 Juli 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar yang berjumlah 100 responden dari bulan Juni-Juli 2013, dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 responden sesuai dengan kriteria inklusi.

Pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Dalam hal ini, peneliti menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan tujuannya. Jika calon responden setuju menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan, maka peneliti akan memberikan lembar kuesioner dan terlebih dahulu menjelaskan baagaimana cara pengisian kuesioner.

Kuesioner harus di isi saat itu juga dan saat pengisian kuesioner peneliti harus berada disekitar responden, hal ini beartujuan agar dapat memberikan keterangan secara langsung, bila ada pertanyaan dari responden. Setelah di isi, kuesioner serahkan kepada peneliti untuk diperiksa apakah jawaban sudah terisi dan selanjutnya dianalisis.

Pengolahan data

Langkah pengolahahan data dilakukan dengan :
1.   Selecting (seleksi)

Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori.
2.   Editing (mengedit)

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

3.   Koding (kode)
Koding merupakan tahap selanjutnya dengan memberi kode pada jawaban dari responden tersebut.
4.   Tabulasi Data

Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke dalam suatu Tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisis data

Setelah data ditabulasi maka pengolahan data dilakukan dengan


152
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

menggunakan computer program SPSS yang meliputi :

1. Analisis univariat (analisis persentase) Analisis univariat dilakukan

terhadap sikap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.

2.   Analisis Bivariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan batas kemaknaan p (α) 0,05 yang berarti ada hubungan antara dua variabel yang diukur. Maka Ho ditolak, apabila p (α) >0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diukur.

HASIL PENELITIAN

1.     Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar

KelompokUmur
n
(%)
18-25
14
28.0
26-35
26
52.0
36-41
10
20.0
Total
50
100.0

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 50 responden, yang paling banyak pada kelompok Umur 26-35 tahun yaitu sebesar 26 responden (52,0%), kemudian pada kelompok Umur 18-25 tahun yaitu sebanyak 14 responden (28,0%), dan kelompok umur 36-41 tahun sebanyak 10 responden (20,0 %).

Tabel 2 Distribusi Responde Berdasarkan Pendidikan Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
Pendidikan
n
(%)
SD
0
0.0
SMP
8
16.0
SMA
30
60.0
PerguruanTinggi
12
24.0
Total
50
100.0

Berdasarkan tabel 2 Menunjukkan bahwa dari 50 responden, yang paling banyak adalah yang berpendidikan SMA sebanyak 30 responden (60,0%), kemudian yang berpendikan perguruan tinggi sebanyak 12 responden (24,0%), dan yang berpendidikan SMP sebanyak 8

responden (16,0%), sementara yang berpendidikan SD, 0 responden (0,0%).

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
Pekerjaan
n
(%)
PNS
12
24.0
IRT
32
64.0
PegawaiSwasta
6
12.0
Total
50
100.0

Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa dari 50 responden, yang paling banyak adalah yang bekerja sebagai IRT sebanyak32 responden (64,0%), yang bekerja sebagai PNS sebanyak 12 responden (24,0%), dan yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 6 responden (12,0%).

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
Pengetahuan
n
(%)



Baik
29
58.0
Kurang
21
42.0
Total
50
100.0

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling banyak adalah responden dengan pengetahuan baik sebanyak 29 responden (58,0%), sedangkan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 21 responden (42,0%).

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
Tingkat
n
(%)

Pendidikan




Tinggi
42
84.0

Rendah
8
16.0

Total
50
100.0


Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling banyak adalah responden dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 42 responden (84,0%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 8 responden (16,0%).


153
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
Pemberian
n
(%)

Kolostrum




Baik
32
64.0

Kurang
18
36.0

Total
50
100.0


Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling banyak adalah responden dengan pemberian kolostrum yang baik sebanyak 32 responden (64,0%), sedangkan responden dengan pemberian kolostrum yang kurang sebanyak 18 responden (36,0%).

2.     Analisis Bivariat

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir pasca persalinan Yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar


Pemberian
Total


Kolostrum
Pengetahua



Baik
Kurang
n
%







n

%
n
%












Baik
24

48.0
5
10.0
29
58.0








Kurang
8

16,0
13
26.0
21
42.0








Total
32

64.0
18
36.0
50
100








p= 0,001












Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 29 responden (58,0%) yang memiliki pengetahuan yang baik, dimana sebanyak 24 responden (48,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 5 responden (10,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum. Sedangkan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 21 responden (42,0%), dimana sebanyak 8 responden (16,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 13 responden (26,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum.

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir pasca

persalinanYang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
Tingkat
Pemberian Kolostrum
Total








Pendidi
Baik
Kurang
n
%

kan





n
%
n
%













Tinggi
30
60.0
12
24.0
42
84.0









Rendah
2
4.0
6
12.0
8
16.0









Total
32
64.0
18
36.0
50
100











P= 0,012













Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 42 responden (84,0%) yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dimana sebanyak 30 responden (60,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 12 responden (24,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum. Sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sebanyak 8 responden (16,0%), dimana sebanyak 2 responden (4,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 6 responden (12,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum.

PEMBAHASAN

1.    Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir

Berdasarkan hasil tabulasi bivariat menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 29 responden (58,0%) yang memiliki pengetahuan yang baik, dimana sebanyak 24 responden (48,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 5 responden (10,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum. Sedangkan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 21 responden (42,0%), dimana sebanyak 8 responden (16,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 13 responden (26,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square terhadap 50 responden maka diperoleh nilai p = 0,001, dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho di tolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan yang


154
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

bermakna antara pengetahuan dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eni (2011), tentang Hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian asi pertama (kolostrum) dl Rumah bersalin an-nissa Surakarta, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI pertama atau kolostrum, dengan hasil uji statistik menunjukkan p= 0,000. Hal ini sesuai dengan pendapat Savitri (2006), bahwa dengan pengetahuan ibu yang baik tentang kolostrum menyebabkan ibu bersedia menyusui bayinya.

Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan dan perilaku seseorang. Adanya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang yang akhirnya memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut. Semakin baik pengetahuan ibu tentang kolostrum maka akan semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan pengetahuannya tersebut.

Menurut Sudirman (1987) dijelaskan bahwa pengetahuan berkaitan erat dengan perilaku manusia yaitu sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan pengetahuan dikembangkan melalui logika, intuisi, pengalaman, terutama kejadian – kejadian yang sama berulang dan dipengaruhi oleh pendidikan dan sosialisasi (Cristopher Johns, 1992).

Berdasarkan hasil penelitian, teori yang ada dan penelitian sebelumnya maka diasumsikan bahwa pengetahuan sangat berperan terhadap perilaku seseorang dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman tentang pemberian kolostrum.

2.    Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir
Berdasarkan hasil tabulasi bivariat menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 42 responden (84,0%) yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dimana sebanyak 30 responden (60,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 12 responden (24,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum. Sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sebanyak

8 responden (16,0%), dimana sebanyak 2 responden (4,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 6 responden (12,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square terhadap 50 responden maka diperoleh nilai p = 0,012, dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho di tolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. Hal ini sesuai dengan penelitian EP Tarigan (2012), tentang pemberian kolostrum bagi bayi baru lahir pada suku Karo di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe, penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu terhadap perilaku pemberian kolostrum.

Menurut Hidayat (2005), bahwa pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Juga menurut Notoadmodjo (2010), sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian, teori yang ada dan penelitian sebelumnya maka dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan adanya pendidikan dan pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama kepada ibu nifas pada masa menyusui untuk memberikan ASI pertamanya yaitu kolostrum.

KESIMPULAN

1.    Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir

2.    Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir

SARAN

1.    Bagi ibu nifas, sebaiknya berupaya dalam memberikan ASI nya terutama kolostrum, supaya bayi tidak mudah terserang berbagai penyakit serta menjadikan bayi sehat dan cerdas.


155
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

2.    Bagi tenaga kesehatan (bidan), diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta memberikan informasi tentang kolostrum sedini mungkin kepada ibu nifas, sehingga ibu lebih meningkatkan upaya dalam pemberian kolostrum pada bainya.

DAFTAR PUSTAKA

3.    Bagi instuitusi pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi di perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan bagi penelitian selanjutnya


Adnani Harizal. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesahatan Masyarakat. Nuha Medika: Yogyakarta

Anonim. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di Klinik Sari Medan. Online: http://www.opensubscriber.com diakses tgl 08 April 2013


Azikin Gunandar. 2011. Gambaran Pemberian Kolostrum Pada Bayi Oleh Ibu Nifas http://kebidanan-kti.blogspot.com diakses tgl 09 April 2013

di RSU Daya. Online:


Proverawati Atikah. 2010. Kapita Selekta Asi & Menyusui. Cet I. Nuha; MedikaYogyakarta

Ellya Eva. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Cet I. Trans Info Media: Jakarta

Maftukhah. 2007. Skripsi :Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelads VIII SMP N 1 Randudongkal Kab. Pemalang.

Musdalifah. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kolostrum Terhadap Pemberian Kolostrum.

Online: http://www.bascommetro.com diakses tgl 09 2013

Jafar Nurhaedar. 2011. Asi Esklusif. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Kristiyanasari Weni. Asi Menyusui & Sadari. Cet Kedua. Nuha Medika: Yogyakarta

Maryunani Anik. 2012. Insiasi Menyusui Dini Asi Eksklusif Dan Manajemen Laktasi.             Trans     Info     Media:

Jakarta: TIM

Mufidatul Esti. 2009. Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI SMUN 1 Sutojayan Blitar. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbbiyah. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Notoatmodjo, S. 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Rumiyatai Eni. 2011. Skripsi:

Hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui Dengan pemberian asi pertama (kolostrum) dl Rumah bersalin an-nissa Surakarta. Staf Pengajar Program Studi D-lll Kebidanan. STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Tarigan, EP. 2012. Skripsi: pemberian kolostrum bagi bayi baru lahir pada suku Karo di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Wawan A, dan Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran: Pengukuran, Sikap Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.






156
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Tidak ada komentar:

Posting Komentar