PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR
DI RSIA SITI FATIMAHMAKASSAR
Hernikeyanti1, Jamila2,
Suhartatik3
1STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
3STIKES Nani
Hasanuddin Makassar

ABSTRAK
Kolostrum adalah
cairan pra susu yang dihasilkan dalam 24-36 jam pertama setelah melahirkan
(pasca persalinan) (Proverawati, 2010). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu (Wawan, 2010). pendidikan adalah “proses pembentukan kecakapan yang
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pengetahuan dan pendidikan
ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di RSIA Siti Fatimah
Makassar. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 02 Juli 2013 Sampai dengan 17
Juli 2013. Penelitian ini mengunakan metode penelitian Deskriptif Analitik dengan rancangan Cross Sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50
responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan Consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
dan dianalisis dengan menggunakan uji
statistic chi-square, dengan tingkat
kemaknaan α=0,05. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan,
pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir, dengan nilai
kemaknaan p=0,001, p=0,012, dimana
nilai p lebih kecil dari a=0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan, pendidikan ibu terhadap pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir di RSIA Siti Fatimah Makassar. Adapun saran,
diharapkan agar petugas kesehatan (bidan) dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan serta memberikan informasi tentang kolostrum sedini mungkin kepada
ibu nifas, sehingga ibu lebih meningkatkan upaya dalam pemberian kolostrum pada
bainya.
Kata Kunci : Pengetahuan,
pendidikan, pemberian kolostrum
PENDAHULUAN
Masalah gizi
terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin),
bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan
merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk yang
terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan
gizi selanjutnya terpenuhi.
Untuk mendapatkan
gizi yang baik pada bayi yang baru lahir maka ibu harus sesegera mungkin
menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan penting dalam menjaga kesehatan
dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu, bayi yang berumur
kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa makanan pendamping.
Makanan pendamping hanya diberikan pada bayi yang berumur enam bulan ke atas
(Suraji dalam Jafar, 2011).
Kolostrum adalah
cairan pra-susu yang dihasilkan oleh ibu dalam 24-36 jam
pertama setelah melahirkan
(pasca-persalinan).Kolostrum mensuplai berbagai faktor kekebalan (faktor imun)
dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien)
yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kesehatan
bagi bayi yang baru lahir (Azikin, 2011).
Data Organisasi Kesehatan Dunia
World Health Organization (WHO) menunjukkan
ada 170 juta anak mengalami gizi kurang di seluruh dunia. Sebanyak 3 juta anak
di antaranya meninggal tiap tahun akibat kurang gizi. Angka kematian bayi yang
cukup tinggi di dunia sebenarnya dapat dihindari dengan pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Meski penyebab langsung kematian bayi umumnya penyakit infeksi, seperti
infeksi saluran pernapasan akut, diare, dan campak, tetapi penyebab yang
mendasari pada 54 % kematian bayi adalah gizi kurang
(http://www.opensubscriber.com, 2010).
Perilaku
pemberian Asi eksklusif di Indonesia masih jauh yang diharapkan.


151

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN :
2302-1721
Menurut hasil survey
demografi Indonesia kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009-2010 presentase anak
dibawah usia 6 bulan yang mendapatkan Asi eksklusif adalah 39,8%. Hanya 3,7%
bayi yang memperoleh Asi pada hari pertama. (www.Litbang.depkes.go.id)
Sementara
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004-2008
cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung
mengalami penurunan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun
dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan
turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3% (2008) (Minarto, 2011). Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan
prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada
tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq dalam Nurhaedar Jafar, 2011).
Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari
1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah
di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses
menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih
ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010). Jumlah bayi yang
diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2007 yaitu 57,05% dan tahun2008
57,48% (Profil kesehatan Sul-Sel, 2008).
Berdasarkan data
RSIA Siti Fatimah Makassar 2011-2012 jumlah pasien melahirkan sebanyak 1547
orang, tahun 2013 dari bulan Januari sampai Maret sebanyak 414 orang. Dan dari
hasil survey awal yang dilakukan peneliti kepada 13 orang pasien post partum di
RSIA Siti Fatimah Makassar, dimana 5 orang ibu memberikan kolostrumnya pada
hari pertama setelah melahirkan, dan 8 orang lainnya memilih membuang
kolostrumnya pada hari pertama, kemudian memberikan ASI pada bayinya setelah
hari ketiga setelah melahirkan. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis
tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan
pendidian Ibu Terhadap Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di RSIA Siti
Fatimah Makassar”
BAHAN DAN METODE
Lokasi, populasi, dan sampel
Berdasarkan ruang
lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka


penelitian ini menggunakan desain penelitian

Deskriptive Analitik dengan pendekatan Cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan di RSIA Siti
Fatimah Makassar pada tgl 02 Juli 2013 samapai dengan 17 Juli 2013.
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti
Fatimah Makassar yang berjumlah 100 responden dari bulan Juni-Juli 2013, dengan
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 responden
sesuai dengan kriteria inklusi.
Pengumpulan data
Pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Dalam hal ini,
peneliti menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan tujuannya. Jika
calon responden setuju menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi yang
telah ditentukan, maka peneliti akan memberikan lembar kuesioner dan terlebih
dahulu menjelaskan baagaimana cara pengisian kuesioner.
Kuesioner harus
di isi saat itu juga dan saat pengisian kuesioner peneliti harus berada
disekitar responden, hal ini beartujuan agar dapat memberikan keterangan secara
langsung, bila ada pertanyaan dari responden. Setelah di isi, kuesioner
serahkan kepada peneliti untuk diperiksa apakah jawaban sudah terisi dan
selanjutnya dianalisis.
Pengolahan data
Langkah pengolahahan data
dilakukan dengan :
1. Selecting (seleksi)
Seleksi
merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori.
2. Editing (mengedit)
Editing
dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing
meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap
jawaban.
3. Koding (kode)
Koding
merupakan tahap selanjutnya dengan memberi kode pada jawaban dari responden
tersebut.
4. Tabulasi Data
Setelah
dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke
dalam suatu Tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan
penelitian.
Analisis data
Setelah data ditabulasi maka
pengolahan data dilakukan dengan
152

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor
2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
1. Analisis
univariat (analisis persentase) Analisis univariat dilakukan
terhadap sikap
variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel yang diteliti.
2. Analisis Bivariat
Dilakukan
terhadap tiap-tiap variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan
Uji Chi-Square dengan batas kemaknaan p (α) 0,05 yang berarti ada hubungan antara dua variabel yang diukur.
Maka Ho ditolak, apabila p (α)
>0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
dua variabel yang diukur.
HASIL
PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Ibu pasca persalinan yang
dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
KelompokUmur
|
n
|
(%)
|
18-25
|
14
|
28.0
|
26-35
|
26
|
52.0
|
36-41
|
10
|
20.0
|
Total
|
50
|
100.0
|
Berdasarkan
tabel 1 menunjukkan bahwa dari 50 responden, yang paling banyak pada kelompok
Umur 26-35 tahun yaitu sebesar 26 responden (52,0%), kemudian pada kelompok
Umur 18-25 tahun yaitu sebanyak 14 responden (28,0%), dan kelompok umur 36-41
tahun sebanyak 10 responden (20,0 %).
Tabel 2
Distribusi Responde Berdasarkan Pendidikan Ibu pasca persalinan yang dirawat di
RSIA Siti Fatimah Makassar
Pendidikan
|
n
|
(%)
|
SD
|
0
|
0.0
|
SMP
|
8
|
16.0
|
SMA
|
30
|
60.0
|
PerguruanTinggi
|
12
|
24.0
|
Total
|
50
|
100.0
|
Berdasarkan
tabel 2 Menunjukkan bahwa dari 50 responden, yang paling banyak adalah yang
berpendidikan SMA sebanyak 30 responden (60,0%), kemudian yang berpendikan
perguruan tinggi sebanyak 12 responden (24,0%), dan yang berpendidikan SMP
sebanyak 8
responden (16,0%), sementara
yang berpendidikan SD, 0 responden (0,0%).
Tabel 3 Distribusi Responden
Berdasarkan Pekerjaan Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah
Makassar
Pekerjaan
|
n
|
(%)
|
PNS
|
12
|
24.0
|
IRT
|
32
|
64.0
|
PegawaiSwasta
|
6
|
12.0
|
Total
|
50
|
100.0
|
Berdasarkan tabel
3 menunjukan bahwa dari 50 responden, yang paling banyak adalah yang bekerja sebagai
IRT sebanyak32 responden (64,0%), yang bekerja sebagai PNS sebanyak 12
responden (24,0%), dan yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 6 responden
(12,0%).
Tabel 4 Distribusi Responden
Berdasarkan Pengetahuan Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah
Makassar
Pengetahuan
|
n
|
(%)
|
|
|
|
Baik
|
29
|
58.0
|
Kurang
|
21
|
42.0
|
Total
|
50
|
100.0
|
Berdasarkan tabel
4 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling banyak adalah responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 29 responden (58,0%), sedangkan responden
dengan pengetahuan kurang sebanyak 21 responden (42,0%).
Tabel 5 Distribusi Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti
Fatimah Makassar
Tingkat
|
n
|
(%)
|
|
Pendidikan
|
|||
|
|
||
Tinggi
|
42
|
84.0
|
|
Rendah
|
8
|
16.0
|
|
Total
|
50
|
100.0
|
Berdasarkan tabel
5 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling banyak adalah responden
dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 42 responden (84,0%), sedangkan
responden dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 8 responden (16,0%).


153

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN :
2302-1721
Tabel
6 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir
pasca persalinan yang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
Pemberian
|
n
|
(%)
|
|
Kolostrum
|
|||
|
|
||
Baik
|
32
|
64.0
|
|
Kurang
|
18
|
36.0
|
|
Total
|
50
|
100.0
|
Berdasarkan
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling banyak adalah responden
dengan pemberian kolostrum yang baik sebanyak 32 responden (64,0%), sedangkan
responden dengan pemberian kolostrum yang kurang sebanyak 18 responden (36,0%).
2. Analisis Bivariat
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan terhadap Pemberian
Kolostrum pada Bayi Baru Lahir pasca persalinan Yang dirawat di RSIA Siti
Fatimah Makassar
|
|
Pemberian
|
Total
|
||||
|
|
Kolostrum
|
|||||
Pengetahua
|
|
|
|
||||
Baik
|
Kurang
|
n
|
%
|
||||
|
|
|
|
|
|
||
|
n
|
|
%
|
n
|
%
|
||
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
Baik
|
24
|
|
48.0
|
5
|
10.0
|
29
|
58.0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kurang
|
8
|
|
16,0
|
13
|
26.0
|
21
|
42.0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
32
|
|
64.0
|
18
|
36.0
|
50
|
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
p= 0,001
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan
tabel 7 menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 29 responden (58,0%) yang
memiliki pengetahuan yang baik, dimana sebanyak 24 responden (48,0%) memiliki
pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 5 responden
(10,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum. Sedangkan
yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 21 responden (42,0%), dimana
sebanyak 8 responden (16,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian
kolostrum dan sebanyak 13 responden (26,0%) memiliki pemahaman yang kurang
terhadap pemberian kolostrum.
Tabel 8 Distribusi Responden
Berdasarkan Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi
Baru Lahir pasca


persalinanYang dirawat di RSIA Siti Fatimah Makassar
![]() |
Pemberian Kolostrum
|
Total
|
|||||
|
|
|
|
|
|
||
Pendidi
|
Baik
|
Kurang
|
n
|
%
|
|||
kan
|
|
|
|
|
|||
n
|
%
|
n
|
%
|
||||
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
Tinggi
|
30
|
60.0
|
12
|
24.0
|
42
|
84.0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rendah
|
2
|
4.0
|
6
|
12.0
|
8
|
16.0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
32
|
64.0
|
18
|
36.0
|
50
|
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
P= 0,012
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Berdasarkan
tabel 8 menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 42 responden (84,0%) yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dimana sebanyak 30 responden (60,0%)
memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 12
responden (24,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum.
Sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah sebanyak 8 responden
(16,0%), dimana sebanyak 2 responden (4,0%) memiliki pemahaman yang baik
terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 6 responden (12,0%) memiliki pemahaman
yang kurang terhadap pemberian kolostrum.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan
terhadap Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir
Berdasarkan
hasil tabulasi bivariat menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 29
responden (58,0%) yang memiliki pengetahuan yang baik, dimana sebanyak 24
responden (48,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum dan
sebanyak 5 responden (10,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap pemberian
kolostrum. Sedangkan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 21
responden (42,0%), dimana sebanyak 8 responden (16,0%) memiliki pemahaman yang
baik terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 13 responden (26,0%) memiliki
pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum.
Berdasarkan
hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square terhadap 50 responden maka diperoleh nilai p = 0,001, dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka Ha
diterima dan Ho di tolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada
hubungan yang
154

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor
2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Eni (2011), tentang Hubungan tingkat
pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian asi pertama (kolostrum) dl Rumah
bersalin an-nissa Surakarta, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI pertama atau kolostrum,
dengan hasil uji statistik menunjukkan p= 0,000. Hal ini sesuai dengan pendapat
Savitri (2006), bahwa dengan pengetahuan ibu yang baik tentang kolostrum
menyebabkan ibu bersedia menyusui bayinya.
Notoatmodjo
(2005), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan
dan perilaku seseorang. Adanya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran seseorang
yang akhirnya memicunya untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya tersebut. Semakin baik pengetahuan ibu tentang kolostrum maka akan
semakin tinggi kesadarannya untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan
pengetahuannya tersebut.
Menurut
Sudirman (1987) dijelaskan bahwa pengetahuan berkaitan erat dengan perilaku
manusia yaitu sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya. Sedangkan pengetahuan dikembangkan melalui logika, intuisi,
pengalaman, terutama kejadian – kejadian yang sama berulang dan dipengaruhi
oleh pendidikan dan sosialisasi (Cristopher Johns, 1992).
Berdasarkan
hasil penelitian, teori yang ada dan penelitian sebelumnya maka diasumsikan bahwa
pengetahuan sangat berperan terhadap perilaku seseorang dimana semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman
tentang pemberian kolostrum.
2. Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Pemberian Kolostrum pada Bayi Baru Lahir
Berdasarkan
hasil tabulasi bivariat menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 42
responden (84,0%) yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dimana sebanyak
30 responden (60,0%) memiliki pemahaman yang baik terhadap pemberian kolostrum
dan sebanyak 12 responden (24,0%) memiliki pemahaman yang kurang terhadap
pemberian kolostrum. Sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah
sebanyak
8 responden
(16,0%), dimana sebanyak 2 responden (4,0%) memiliki pemahaman yang baik
terhadap pemberian kolostrum dan sebanyak 6 responden (12,0%) memiliki
pemahaman yang kurang terhadap pemberian kolostrum.
Berdasarkan
hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square terhadap 50 responden maka diperoleh nilai p = 0,012, dimana nilai p lebih kecil dari α = 0,05 maka Ha
diterima dan Ho di tolak. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemberian kolostrum
pada bayi baru lahir. Hal ini sesuai dengan penelitian EP Tarigan (2012), tentang
pemberian kolostrum bagi bayi baru lahir pada suku Karo di Desa Sukanalu
Kecamatan Barusjahe, penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pendidikan ibu terhadap perilaku pemberian kolostrum.
Menurut
Hidayat (2005), bahwa pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Juga menurut Notoadmodjo (2010), sebagaimana
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi
dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.
Berdasarkan
hasil penelitian, teori yang ada dan penelitian sebelumnya maka dapat
diasumsikan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan adanya pendidikan dan
pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama kepada ibu
nifas pada masa menyusui untuk memberikan ASI pertamanya yaitu kolostrum.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
2. Ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
SARAN
1. Bagi ibu nifas, sebaiknya
berupaya dalam memberikan ASI nya terutama kolostrum, supaya bayi tidak mudah
terserang berbagai penyakit serta menjadikan bayi sehat dan cerdas.


155

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ● ISSN :
2302-1721
2.
Bagi tenaga kesehatan (bidan), diharapkan agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan serta memberikan informasi tentang kolostrum sedini mungkin
kepada ibu nifas, sehingga ibu lebih meningkatkan upaya dalam pemberian
kolostrum pada bainya.
DAFTAR
PUSTAKA
3. Bagi instuitusi pendidikan,
diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi di perpustakaan sehingga
dapat dimanfaatkan bagi penelitian selanjutnya


Adnani Harizal. 2011. Buku Ajar
Ilmu Kesahatan Masyarakat. Nuha Medika: Yogyakarta
Anonim. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir di Klinik Sari Medan. Online: http://www.opensubscriber.com diakses tgl 08
April 2013
Azikin Gunandar. 2011. Gambaran Pemberian Kolostrum Pada Bayi Oleh
Ibu Nifas http://kebidanan-kti.blogspot.com diakses tgl 09 April 2013
di RSU Daya. Online:
Proverawati Atikah. 2010. Kapita Selekta Asi & Menyusui. Cet I. Nuha; MedikaYogyakarta
Ellya Eva. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Cet I. Trans Info Media: Jakarta
Maftukhah. 2007. Skripsi :Pengaruh
Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelads VIII SMP N 1 Randudongkal Kab.
Pemalang.
Musdalifah. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kolostrum Terhadap Pemberian
Kolostrum.
Online: http://www.bascommetro.com diakses tgl
09 2013
Jafar Nurhaedar. 2011. Asi
Esklusif. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
Kristiyanasari Weni. Asi Menyusui & Sadari. Cet Kedua. Nuha Medika: Yogyakarta
Maryunani
Anik. 2012. Insiasi Menyusui Dini Asi
Eksklusif Dan Manajemen Laktasi. Trans Info Media:
Jakarta: TIM
Mufidatul Esti. 2009. Skripsi :
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas
XI SMUN 1 Sutojayan Blitar. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbbiyah. Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Notoatmodjo, S. 2005. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. 2011. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pedoman Skripsi, Tesis, dan
Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika.
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Rumiyatai Eni. 2011. Skripsi:
Hubungan tingkat pengetahuan ibu menyusui Dengan
pemberian asi pertama (kolostrum) dl Rumah bersalin an-nissa Surakarta. Staf Pengajar Program Studi
D-lll Kebidanan. STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Tarigan, EP.
2012. Skripsi: pemberian kolostrum bagi
bayi baru lahir pada suku Karo di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
Wawan A, dan Dewi
M. 2010. Teori & Pengukuran:
Pengukuran, Sikap Dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta.


156

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor
2 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Tidak ada komentar:
Posting Komentar