Sabtu, 17 Juni 2017

Bronchopneumonia



1.   KONSEP DASAR MEDIS
A.   Pengertian
            Bronchopneumonia adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu bentuk pneumonia di mana daerah konsolidasi terdistribusi luas disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris (Hinchliff, 1999 dikutip oleh Ns. Andra dkk 2013).
Bronchopneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari infeksi (Betz dan Sowden,2002 dikutip oleh Ns.Andra dkk 2013).
Bronchopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronakiolusterminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul,2001 dikutip oleh padila 2013).
Bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer, 2001 dikutip oleh padila 2013).
Bronchopneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonaly, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernafasan meningkat (Suzanne G.Bare,1993 dikutip oleh Kartika Sari Wijayaningsih, S.kep., Ners 2013).
Bronchopneumonia disebut juga pneumonilobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson,1994 dikutip oleh Kartika Sari Wijayaningsih,S.kep.,Ners 2013).

B.       Anatomi Fisiologi







                 Gambar 2.1 anatomi sistem pernafasan

1.    Anatomi Sistem Pernafasan
a.)  Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.
b.)  Faring atau tanggorokan
Struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut kelaring. Faring dibagi menjadi tiga region :nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
c.)   Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglottis, glottis, kartilagotiroid, kartilagokrikoid, kartilagoaritenoid dan pita suara.
d.)  Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan.

e.)  Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
f.)    Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelmbung alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.

C.           Epidemiologi Bronchopneumonia
            Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) sejak 1986 sampai era 2000-an, hamper 80-90% kematian anak terjadi akibat serangan ISPA dan bronkopneumonia. Pada umumnya, angka kejadian tertinggi penyakit tersebut dijumpai pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, dan mulai berkurang seiring bertambahnya umur anak.

D.          ­­­­­Etiologi
            Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organism pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mokobakteri, mikoplasma dan riketsia, antara lain :
1.    Bakteri
Bronchopneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti : streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.    Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalu transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.    Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.    Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013).
5.    Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopneumonia :
a.)  Faktor predisposisi
(1.)  Usia/umur: Genetic.
(2.)  Faktor pencetus
-       Gizi bruk/kurang
-       Berat badan lahir rendah (BBLR)
-       Tidak mendapatkan ASI yang memadai
-       Imunisasi yang tidak lengkap
-       Polusi udara
-       Kepadatan tempat tinggal

E.           Patofisiologi
            Proses pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
1.    Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosver. Ada dua gerakan pernafasan yang terjadi sewaktu pernafasan, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertical. Penarikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara di paksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi, reflex batuk dan muntah.
2.    Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO2 dikapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi O2.
3.    Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 Kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung ( kardiak output ), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.



F.     Manifestasi klinik
                 Biasanya bronchopneumonia didahului oleh adanya infeksi pada saluran napas bagian atas selama beberapa hari. Akibatnya, terjadi kenaikan suhu secara mendadak hingga mencapai 39-40 c. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kejang karena demam yang tinggi. Sebagai dampaknya, anak terlihat sangat gelisah, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta terjadi sianosis disekitar hidung dan mulut. Pada awal infeksi penyakit,tidak dijumpai adanya batuk, namun batuk ini baru muncul setelah infeksi berlangsung beberapa hari. Awalnya berupa batuk kering, kemudian menjadi produktif.
                 Hasil pemeriksaan fisik terhadap bronchopneumonia tergantung pada luasnya daerah yang terkena infeksi. Tetapi, pada perkusi toraks, sering kali tidak dijumpai adanya kelainan. Sedangkan, pada bagian auskultasi, kemungkinan hanya terdengar ronki basah gelembung  halus sampai sedang.
                 Jika sarang bronchopneumonia menjadi satu (konfluens), kemungkinan pada bagian perkusi terdengar suara yang meredup, sedangkan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan, proses penyembuhan biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu.

1.    Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
-  Nyeri pleuritik
-  Nafas dangkal dan mendengkur
-  Takipnea
2.    Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi
-   Mengecil, kemudian menjadi hilang
-   Krekels, ronki, egofoni
3.    Gerakan dada tidak simetris
4.    Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41, 1 C, DELIRIUM
5.    Diafoesis
6.    Anoreksia
7.    Malaise
8.    Batuk kental, produktif : Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi    kemerahan atau berkarat.
9.    Gelisah
10. Sianosis : Area sirkumoral, Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati







G.        Pemeriksaan Diagnostik
1.    Foto thorak        bercak-bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus.
2.    Laboratorium
-       Pada gambaran daerah tepi : leukositosis : 15.000 – 40.000/mm3
-       Urine : warna lebih tua
-       Albuminemia (karena suhu naik dan sedikit torakshialin)
-       Analisa gas daerah arteri asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2
3.    Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural: dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakteri); atau penyebaran/perluasan infiltratnodus (virus). Pneumonia mikoplasma x dada mungkin bersih.
4.    GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
5.    Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
6.    JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
7.    Pemeriksaan serologi : titer virus atau legionella, agglutinin dingin.
8.    LED : meningkat
9.    Pemeriksaan fungsi paru: Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun, hipoksemia.
10. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah
11. Bilirium : mungkin meningkat
12. Aspirasi pertukaran/biopsi jaringan paru terbuka: menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik (CMV) (Doenges,2013)

H.           Penatalaksanaan Medik
1.    Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan.
2.    Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
3.    Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
4.    Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan.
5.    Terapi antimicrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
6.    Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
7.    Analgetik untuk mengurangi nyeri pleuritik
8.    Penicilin 50.000 u / kgBB /hari + kloromfenikol 50-70mg / kg / BB atau ampicilin (AB spectrum luas)       terus sampai dengan bebas demam 4-5 hari.
9.    Pemberian oksigen
10. Pemberian cairan intravena         glukosa 5 % dan NaCl 0,9% 3:1 + KCL 10 meq / 500 ml / botol infuse jadi karena sebagian besar jatuh dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia.












2.  KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.           Pengkajian
1.)Identitas klien dan keluarga
2.)Keluhan utama
Adanya demam, kejang, sesak nafas, batuk produktif, tidak mau makan, anak rewel dan gelisah, sakit kepala.
3.)Riwayat kehamilan dan persalinan :
-       Riwayat kehamilan : Penyakit injeksi yang pernah diterima ibu selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.
-       Riwayat persalinan : apakah itu kehamilan cukup, lahir premature, bayi kembar, penyakit persalinan, Apgar scor.
4.)Keadaan kesehatan saat ini :
Anak lemah, tidak mau makan, sianosis, sesak nafas dan dangkal gelisah, ronchi (+),wheezing (+), batuk, demam,sianosis daerah mulut dan hidung, muntah, diare).
5.)  Riwayat keluarga
Riwayat penyakit infeksi, TBC, Pneumonia, dan penyakit-penyakit infeksi saluran nafas lainnya.
6.)  Pemeriksaan fisik
-       Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
-       Tanda-tanda vital
TD menurut, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, distress pernafasan, sianosis
-       TB/BB
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
-       Kulit
(tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)
-       Kepala : sakit kepala
-       Mata (tidak ada yang begitu spesifik)
-       Hidung : nafas cuping hidung, sianosis
-       Mulut : pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat.
-       Telinga : Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik pada kasus ini.
-       Leher : tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tyroid
-       Jantung : pada kasus komplikasi ke endokarditis, terjadi bunyi tambahan.
-       Paru-paru : infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), ronchi (+), wheezing (+), sesak nafas istirahat dan bertambah saat beraktifitas.
-       Punggung : tidak ada spesifik
-       Abdomen : bising usus (+), distensiabdomen,nyeri biasanya tidak ada.
-       Genetalia : tidak ada gangguan
-       Ekstremitas : kelelahan, penurunan aktifitas, sianosis ujung jari dan kaki.
-       Neurologis : terdapat kelemahan otot, tanda refleks spesifik tidak ada.
7.)Pemeriksaan penunjang
-       Leukositosis (15.000 – 40.000/m3)
-         Gas darah arteri
-       Ro. Thorax : infiltrate pada lapangan paru
8.)  Riwayat social
            Siapa pengasuh klien, interaksi sosial, kawan bermain, peran ibu, keyakinan agama/budaya.
9.)  Kebutuhan dasar
-       Makan dan minum
Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual dan muntah.
-       Aktifitas dan istirahat
Kelemaha, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring.
-       BAK
Tidak begitu terganggu
-       Kenyamanan
Mialgia, sakit kepala
-       Higiene
Penampilan kusut, kuranng tenaga
10.) Pemeriksaan tingkat perkembangan
-       Motorik kasar : setiap anak berbeda, bersifat familiar, dandapat dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.
-       Motorikhalus : gerakan tangan dan jari untuk mengambil benda, menggenggam, mengambil dengan jari, menggambar, menulis dihubungkan dengan usia.
-       Perkembangan bahasa :mengucap satu kata, merangkai kata sesuai dengan usia.
11.)       Data psikologis
-       Anak
Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya support, keseriusan penyakit.
-       Orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh :
(1.)  Keseriusan ancaman terhadap anaknya.
(2.)  Pengalaman sebelumnya
(3.)  Prosedur medis yang akan dilakukan pada anak
(4.)  Adanya supportif dukungan
(5.)  Agama, kepercayaandan adat
(6.)  Pola komunikasi dalam keluarga

B.           Diagnosa Keperawatan
1.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
2.    Gangguan pertukaran gas berhungan dengan perubahan membran alveolus kapiler.
3.    Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia.
4.    Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral
5.    Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.
6.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi .
7.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk.


C. Intervensi
1.    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
Nursing Outcome Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 2 x 24 jam, klien akan :
-       Respiratory status : Ventilation
-       Respiratory status : Airway patency
Dengan kriteria hasil:
-       Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
-       Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasatercekik, irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-       Mampu mengidentifikasikan danmencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas




INTERVENSI
RASIONAL
1.  Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksionnasotrakeal
2.  Monitor status oksigen pasien
3.  Posisikan pasien untuk memaksimalkan  ventilasi
4.  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
5.  Monitor respirasi dan status O2
1.  Untuk memenuhi kebutuhan oksigen


2.    Agar mengetahui kebutuhan oksigen
3.    Agar pasien merasa       nyaman
4.    Mengetahui bunyi nafas       tambahan
5.    Agar mengetahui sesak tidaknya pasien

2.    Gangguan pertukaran gas berhungan dengan perubahan membran alveolus kapiler.
Nursing Outcome Classification
Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 2 x 24 jam, klien akan :
-       Respiratory Status:Gas exchange
-       Respiratory Status : ventilation
-       Vital sign Status
Dengan kriteria hasil
-       Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
-       Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan.
-       Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnue (mampu mengeluarkan spurtum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
INTERVENSI
RASIONAL
1.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Auskultasi suara nafas,
Catat adanya suara tambahan
3. Monitor respirasi dan      status      O2
4.Monitor rata-rata, kedairama      dan usaha respirasi

5.Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
1. Agar pasien merasa
nyaman

2.Mengetahui adanya suara      tambahan
3.Mengetahui sesak tidaknya     pasien
4.Agar mengetahui usaha bernafas .

5.mengetahui apakah simetriskiri dan kanan

3.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien akan :
-       Nutritional Status
-       Nutritional Status: food and fluid intake
-       Nutritional Status : nutrient Intake
-       Weight control
Dengan kriteria hasil:
-       Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-       Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-       Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-       Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-       Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan nutrisi klien
2.    Identifikasi klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan kesukaan klien
3.    Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendukung nafsu makan klien
4.    Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat
5.    Bantu klien untuk mengambil makanan, jika perlu suapi klien
6.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan pasien
1.    Memudahkan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2.    Menentukan diet yang tepat dan mempermudah proses penyembuhan klien.
3.    Dapat meningkatkan nafsu makan

4.    Dapat meningkatkan nafsu makan


5.    Mencegah aktivitas yang berlebihan

6.    Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

4.    Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien akan :
-       Fluid balance
-       Hydration
-       Nutritional Status : food and fluid intake
Dengan kriteria hasil :
-       Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJurine normal, HT normal
-       Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
-       Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2.    Monitor status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah)
3.    Monitor vital sign

4.    Kolaborasi pemberian cairan IV

5.    Dorong keluarga untuk membantu pasien makan dan minum
1.    Memudahkan untuk menentukan intervensi selanjutnya
2.    Hidrasi yang adekuat merupakan pedoman awal untuk menentukan intervensi selanjutnya
3.    Perubahan pada vital sign merupakan tanda terjadinya syokhipovolemik
4.    Membantu memenuhi kebutuhan cairan
5.    Membantu memenuhi kebutuhan cairan klien dan mencegah terjadinya dehidrasi.

5.    Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari
Nursing Outcome Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien  akan:
-          Energy conservation
-          Activity tolerance
-          Self care : ADLs


Dengan kriteria hasil:
-          Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
-          Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri
-          Tanda-tanda vital normal
-          Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
-          Status kardiopulmonary adekuat
-          Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2.    Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik
3.    Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda
4.    Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai klien

5.    Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi.
1.    untuk menghindari resiko cedera

2.    menghindari kelemahan fisik


3.    untuk memudahkan mobilisasi fisik

4.    memotifasi klien untuk melakukan aktivitas dan memenuhi kebutuhan secara mandiri
5.    membantu proses penyembuhan
1. 

6.    Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi .
Nursing Outcome Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien  akan:
-          Knowledge: chronic disease management
-          Knowledge: prostatic hyperplasia disease management yang dibuktikan dengan indicator (1: tidak tahu, 2: pengetahuan terbatas, 3: pengetahuan cukup baik, 4: pengetahuan baik, 5: pengetahuan sangat baik)
Dengan kriteria hasil:
-          Mampu menjelaskan faktor penyebab penyakit dan proses penyakit
-       Mampu menyebutkan tanda dan gejala dari penyakitnya
-       Mampu menjelaskan strategi dalam mengatasi nyeri
-       Mengikuti perintah diet sesuai anjuran
-       Mampu melaksanakan terapi medis dengan benar atau minum obat
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Nilai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya

2.    Terangkan kepada klien tentang proses terjadinya penyakit pada dirinya dengan bahasa yang mudah dimengerti
3.    evaluasi tingkat pengetahuan pasien dengan menanyakan kembali seputar penyakitnya
4.    Lakukan informed consent dengan benar kapada klien
5.    Libatkan keluarga (jika dibutuhkan) selama prosedur berlangsung
1.    Untuk memudahkan menentukan intervensi selanjutnya
2.    menambah pengetahuan klien menambah pengetahuan klien



3.    mengetahui tingkat pengetahuan klien

4.    untuk membina hubungan saling percaya
5.    untuk membantu mengingatkan pasien mengenai intervensi yang akan diberikan


7.Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk.
Nursing Outcome Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien  akan:
-          Anxiety reduction
-          Comfort level
-          Pain level
-          Rest : Extent and pattern
-          Sleep : Extent ang pattern
Dengan kriteria hasil :
-          Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
-          Pola tidur, kualitas dalam batas normal
-          Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
-          Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan tidur
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
2.  Ciptakan lingkungan yang nyaman
3.  Instruksikan untuk memonitor tidur pasien
4.  Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasie
5.  Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
1.    Agar pasien termotivasi untuk tidur lebih awal.
2.  Agar tidur pasien nyenyak

3.  Agar tidur klien teratur

4.  Untuk memperoleh tidur yang
maksimal/adekuat
5.  Untuk membuat tidur pasien cepat dan nyenyak

4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Bronchopneumoni disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.

5.  Evaluasi
                  Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan (diagnosa, tujuan, intervensi) harus dievaluasi.
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan Bronchopneumonia sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.
Adapun sasaran evaluasi pada pasien Bronchopneumonia sebagai berikut:
a.    Kebutuhan  O2 terpenuhi dan mampu bernafas normal.
b.    Pola tidur tidak terganggu dan mampu tidur dengan batas normal.
c.    Kecemasan orang tua pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakit anaknyanya.










6.    Penyimpangan KDM
Anoreksia
 
Edema antara kapiler dan alveoli

 
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
 
Dilatasi pembuluh darah
 
Septikimia
 
Peningkatan suhu
 
Resiko ketidak seimbangan elektrolit
 
Edema paru


 
Iritan PMN eritrosit pecah
 
Gangguan difusi dalam plasma
 
Eksudat plasma masuk alveoli
 
Peningkatan metabolisme
 
Eksplorasi meningkat
 
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 
Intake kurang
 
Bau mulut tidak sedap
 
Diare
 
Mucus bronkus meningkat
 
Ketidak efektifan jalan nafas
 
Peningkatan peristaltic usus       Malabsorbsi
 
Peningkatan flora normal dalam usus
 
Akumulasi secret dibronkus
 
Infeksi pencernaan
 
Proses peradangan
 
Kuman terbawa disaluran cerna
 
Infeksi saluran pernapasan bawah
 
Kuman berlebih dibronkus
 
Saluran pernapasan atas
 
-    Penderita yang dirawat di RS
-    Penderita yang mengalami suprest system pertahanan tubuh
-    Kontaminasi peralatan RS
 
Jamur, virus, bakteri, protozoa
 
                                                                                              

 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar