1.
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu
bentuk pneumonia di mana daerah konsolidasi terdistribusi luas disekitar
bronkus dan bukan bercorak lobaris (Hinchliff, 1999 dikutip oleh Ns. Andra dkk
2013).
Bronchopneumonia adalah
peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari infeksi (Betz dan
Sowden,2002 dikutip oleh Ns.Andra dkk 2013).
Bronchopneumonia adalah
peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronakiolusterminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat (Zul,2001
dikutip oleh padila 2013).
Bronchopneumonia
digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer, 2001 dikutip oleh padila 2013).
Bronchopneumonia adalah
frekuensi komplikasi pulmonaly, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya
biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernafasan meningkat (Suzanne
G.Bare,1993 dikutip oleh Kartika Sari Wijayaningsih, S.kep., Ners 2013).
Bronchopneumonia disebut
juga pneumonilobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson,1994 dikutip oleh Kartika
Sari Wijayaningsih,S.kep.,Ners 2013).
B.

Anatomi Fisiologi


Gambar
2.1 anatomi sistem pernafasan
1. Anatomi Sistem Pernafasan
a.) Hidung
Merupakan
saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara ke dan dari paru-paru.
Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru.
b.) Faring atau tanggorokan
Struktur
seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut kelaring. Faring dibagi
menjadi tiga region :nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
c.) Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur
epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring
adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi jalan nafas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut
sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglottis, glottis, kartilagotiroid,
kartilagokrikoid, kartilagoaritenoid dan pita suara.
d.) Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan
lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang
rawan.
e.) Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan
lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
f.) Paru-paru
Merupakan
sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelmbung alveoli. Paru-paru
dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru
kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus.
C.
Epidemiologi Bronchopneumonia
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) sejak
1986 sampai era 2000-an, hamper 80-90% kematian anak terjadi akibat serangan
ISPA dan bronkopneumonia. Pada umumnya, angka kejadian tertinggi penyakit
tersebut dijumpai pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, dan mulai
berkurang seiring bertambahnya umur anak.
D.
Etiologi
Secara umum individu yang terserang
bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organism pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek
glottis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat timbulnya bronchopneumonia
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mokobakteri, mikoplasma dan
riketsia, antara lain :
1. Bakteri
Bronchopneumonia
bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti :
streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram
negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalu transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi
yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan
terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien
yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013).
5. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopneumonia
:
a.) Faktor predisposisi
(1.)
Usia/umur:
Genetic.
(2.)
Faktor
pencetus
- Gizi bruk/kurang
- Berat badan lahir rendah (BBLR)
- Tidak mendapatkan ASI yang memadai
- Imunisasi yang tidak lengkap
- Polusi udara
- Kepadatan tempat tinggal
E.
Patofisiologi
Proses pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdiri dari 3 tahap
yaitu :
1. Ventilasi
Ventilasi
merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli
ke atmosver. Ada dua gerakan pernafasan yang terjadi sewaktu pernafasan, yaitu
inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang
diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari
atas sampai ke bawah, yaitu vertical. Penarikan iga-iga dan sternum meluaskan
rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara di
paksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis kembali,
disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses
pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan
tekanan antara atmosfer dengan paru, adanya kemampuan thoraks dan paru pada
alveoli dalam melaksanakan ekspansi, reflex batuk dan muntah.
2. Difusi gas
Difusi
gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan CO2
dikapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2.
3. Transportasi gas
Transportasi
gas merupakan proses pendistribusian O2 Kapiler ke jaringan tubuh
dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu curah jantung ( kardiak output ), kondisi pembuluh
darah, latihan (exercise), eritrosit dan Hb.
F.
Manifestasi klinik
Biasanya bronchopneumonia
didahului oleh adanya infeksi pada saluran napas bagian atas selama beberapa
hari. Akibatnya, terjadi kenaikan suhu secara mendadak hingga mencapai 39-40 c.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kejang karena demam yang tinggi. Sebagai
dampaknya, anak terlihat sangat gelisah, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung, serta terjadi sianosis disekitar hidung dan mulut.
Pada awal infeksi penyakit,tidak dijumpai adanya batuk, namun batuk ini baru
muncul setelah infeksi berlangsung beberapa hari. Awalnya berupa batuk kering,
kemudian menjadi produktif.
Hasil pemeriksaan fisik
terhadap bronchopneumonia tergantung pada luasnya daerah yang terkena infeksi.
Tetapi, pada perkusi toraks, sering kali tidak dijumpai adanya kelainan.
Sedangkan, pada bagian auskultasi, kemungkinan hanya terdengar ronki basah
gelembung halus sampai sedang.
Jika sarang bronchopneumonia
menjadi satu (konfluens), kemungkinan pada bagian perkusi terdengar suara yang
meredup, sedangkan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada
stadium resolusi, ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan, proses
penyembuhan biasanya terjadi sekitar 2-3 minggu.
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
- Nyeri pleuritik
- Nafas dangkal dan mendengkur
- Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi
- Mengecil, kemudian menjadi hilang
- Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41, 1 C, DELIRIUM
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif : Sputum kuning kehijauan kemudian
berubah menjadi kemerahan atau
berkarat.
9. Gelisah
10. Sianosis : Area sirkumoral, Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas,
takut mati
G.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Foto
thorak bercak-bercak infiltrate
pada satu atau beberapa lobus.

2. Laboratorium
- Pada gambaran daerah tepi : leukositosis : 15.000 –
40.000/mm3
- Urine : warna lebih tua
- Albuminemia (karena suhu naik dan sedikit torakshialin)
- Analisa gas daerah arteri asidosis metabolik dengan atau
tanpa retensi CO2
3. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural: dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakteri); atau penyebaran/perluasan infiltratnodus
(virus). Pneumonia mikoplasma x dada mungkin bersih.
4. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas
paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
5. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan
biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsy pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab.
6. JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih
rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
7. Pemeriksaan serologi : titer virus atau legionella,
agglutinin dingin.
8. LED : meningkat
9. Pemeriksaan fungsi paru: Volume mungkin menurun (kongesti
dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain
menurun, hipoksemia.
10. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah
11. Bilirium : mungkin meningkat
12. Aspirasi pertukaran/biopsi jaringan paru terbuka:
menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik (CMV)
(Doenges,2013)
H.
Penatalaksanaan Medik
1. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang
tidak adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak
dapat dipertahankan.
2. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
3. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang
tersumbat
4. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan
penggantian volume cairan.
5. Terapi antimicrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
6. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
7. Analgetik untuk mengurangi nyeri pleuritik
8.
Penicilin
50.000 u / kgBB /hari + kloromfenikol 50-70mg / kg / BB atau ampicilin (AB
spectrum luas) terus sampai dengan
bebas demam 4-5 hari.

9. Pemberian oksigen
10.
Pemberian
cairan intravena glukosa 5 % dan
NaCl 0,9% 3:1 + KCL 10 meq / 500 ml / botol infuse jadi karena sebagian besar
jatuh dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia.

2.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.)Identitas klien dan keluarga
2.)Keluhan utama
Adanya demam, kejang, sesak nafas, batuk produktif, tidak
mau makan, anak rewel dan gelisah, sakit kepala.
3.)Riwayat kehamilan dan persalinan :
- Riwayat kehamilan : Penyakit injeksi yang pernah diterima
ibu selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.
- Riwayat persalinan : apakah itu kehamilan cukup, lahir
premature, bayi kembar, penyakit persalinan, Apgar scor.
4.)Keadaan kesehatan saat ini :
Anak lemah, tidak mau makan, sianosis, sesak nafas dan
dangkal gelisah, ronchi (+),wheezing (+), batuk, demam,sianosis daerah mulut
dan hidung, muntah, diare).
5.) Riwayat keluarga
Riwayat penyakit infeksi, TBC, Pneumonia, dan
penyakit-penyakit infeksi saluran nafas lainnya.
6.) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
- Tanda-tanda vital
TD menurut, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu
meningkat, distress pernafasan, sianosis
- TB/BB
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
- Kulit
(tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)
- Kepala : sakit kepala
- Mata (tidak ada yang begitu spesifik)
- Hidung : nafas cuping hidung, sianosis
- Mulut : pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir
kering dan pucat.
- Telinga : Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada
spesifik pada kasus ini.
- Leher : tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tyroid
- Jantung : pada kasus komplikasi ke endokarditis, terjadi
bunyi tambahan.
- Paru-paru : infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak
(redup), ronchi (+), wheezing (+), sesak nafas istirahat dan bertambah saat
beraktifitas.
- Punggung : tidak ada spesifik
- Abdomen : bising usus (+), distensiabdomen,nyeri biasanya
tidak ada.
- Genetalia : tidak ada gangguan
- Ekstremitas : kelelahan, penurunan aktifitas, sianosis
ujung jari dan kaki.
- Neurologis : terdapat kelemahan otot, tanda refleks
spesifik tidak ada.
7.)Pemeriksaan penunjang
-
Leukositosis
(15.000 – 40.000/m3)

- Gas darah arteri
- Ro. Thorax : infiltrate pada lapangan paru
8.) Riwayat social
Siapa pengasuh klien, interaksi
sosial, kawan bermain, peran ibu, keyakinan agama/budaya.
9.) Kebutuhan dasar
- Makan dan minum
Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan
BB, mual dan muntah.
- Aktifitas dan istirahat
Kelemaha, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring.
- BAK
Tidak begitu terganggu
- Kenyamanan
Mialgia, sakit kepala
- Higiene
Penampilan kusut, kuranng tenaga
10.) Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Motorik kasar : setiap anak berbeda, bersifat familiar,
dandapat dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.
- Motorikhalus : gerakan tangan dan jari untuk mengambil
benda, menggenggam, mengambil dengan jari, menggambar, menulis dihubungkan
dengan usia.
- Perkembangan bahasa :mengucap satu kata, merangkai kata
sesuai dengan usia.
11.) Data psikologis
- Anak
Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas
dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya support,
keseriusan penyakit.
- Orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi
oleh :
(1.) Keseriusan ancaman terhadap anaknya.
(2.) Pengalaman sebelumnya
(3.) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anak
(4.) Adanya supportif dukungan
(5.) Agama, kepercayaandan adat
(6.) Pola komunikasi dalam keluarga
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anorexia.
4. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhungan dengan
kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufiensi
oksigen untuk aktifitas sehari-hari.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi .
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan
batuk.
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
Nursing Outcome Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 2 x 24 jam,
klien akan :
- Respiratory status : Ventilation
- Respiratory status : Airway patency
Dengan kriteria hasil:
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasatercekik, irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan danmencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Berikan
O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksionnasotrakeal
2.
Monitor
status oksigen pasien
3.
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4.
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
5.
Monitor
respirasi dan status O2
|
1.
Untuk
memenuhi kebutuhan oksigen
2.
Agar
mengetahui kebutuhan oksigen
3. Agar pasien merasa nyaman
4. Mengetahui bunyi nafas tambahan
5.
Agar
mengetahui sesak tidaknya pasien
|
2. Gangguan pertukaran gas berhungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler.
Nursing Outcome Classification
Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 2 x 24 jam,
klien akan :
- Respiratory Status:Gas exchange
- Respiratory Status : ventilation
- Vital sign Status
Dengan kriteria hasil
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat.
- Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari
tanda-tanda distress pernafasan.
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dispnue (mampu mengeluarkan spurtum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2.
Auskultasi suara nafas,
Catat
adanya suara tambahan
3.
Monitor respirasi dan status O2
4.Monitor
rata-rata, kedairama dan usaha
respirasi
5.Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
|
1. Agar pasien merasa
nyaman
2.Mengetahui adanya suara tambahan
3.Mengetahui sesak tidaknya pasien
4.Agar mengetahui usaha bernafas .
5.mengetahui apakah simetriskiri dan kanan
|
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorexia
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
klien akan :
- Nutritional Status
- Nutritional Status: food and fluid intake
- Nutritional Status : nutrient Intake
- Weight control
Dengan
kriteria hasil:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji
status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan nutrisi klien
2.
Identifikasi
klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan kesukaan klien
3.
Ciptakan
lingkungan yang nyaman untuk mendukung nafsu makan klien
4.
Anjurkan
keluarga untuk menyajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat
5.
Bantu
klien untuk mengambil makanan, jika perlu suapi klien
6.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan pasien
|
1. Memudahkan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Menentukan diet yang tepat dan mempermudah proses
penyembuhan klien.
3. Dapat meningkatkan nafsu makan
4. Dapat meningkatkan nafsu makan
5. Mencegah aktivitas yang berlebihan
6. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
|
4. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhungan dengan kehilangan
cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
klien akan :
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional Status : food and fluid intake
Dengan
kriteria hasil :
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJurine normal, HT normal
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit
baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (kelembaban, membrane mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah)
3. Monitor vital sign
4. Kolaborasi pemberian cairan IV
5. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan dan minum
|
1.
Memudahkan
untuk menentukan intervensi selanjutnya
2.
Hidrasi
yang adekuat merupakan pedoman awal untuk menentukan intervensi selanjutnya
3.
Perubahan
pada vital sign merupakan tanda terjadinya syokhipovolemik
4.
Membantu
memenuhi kebutuhan cairan
5.
Membantu
memenuhi kebutuhan cairan klien dan mencegah terjadinya dehidrasi.
|
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufiensi
oksigen untuk aktifitas sehari-hari
Nursing Outcome Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
klien akan:
-
Energy
conservation
-
Activity
tolerance
-
Self care
: ADLs
Dengan
kriteria hasil:
-
Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
-
Mampu
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri
-
Tanda-tanda
vital normal
-
Mampu
berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
-
Status
kardiopulmonary adekuat
-
Status
respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik
3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda
4. Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai
klien
5. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi.
|
1. untuk menghindari resiko cedera
2. menghindari kelemahan fisik
3. untuk memudahkan mobilisasi fisik
4. memotifasi klien untuk melakukan aktivitas dan memenuhi
kebutuhan secara mandiri
5. membantu proses penyembuhan
1.
|
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi .
Nursing Outcome
Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam, klien
akan:
-
Knowledge:
chronic disease management
-
Knowledge:
prostatic hyperplasia disease management yang dibuktikan dengan indicator (1:
tidak tahu, 2: pengetahuan terbatas, 3: pengetahuan cukup baik, 4: pengetahuan
baik, 5: pengetahuan sangat baik)
Dengan kriteria hasil:
-
Mampu
menjelaskan faktor penyebab penyakit dan proses penyakit
-
Mampu
menyebutkan tanda dan gejala dari penyakitnya
-
Mampu
menjelaskan strategi dalam mengatasi nyeri
-
Mengikuti
perintah diet sesuai anjuran
-
Mampu
melaksanakan terapi medis dengan benar atau minum obat
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Nilai tingkat pengetahuan klien
tentang penyakitnya
2.
Terangkan kepada klien tentang proses terjadinya
penyakit pada dirinya dengan bahasa yang mudah dimengerti
3. evaluasi tingkat pengetahuan
pasien dengan menanyakan kembali seputar penyakitnya
4.
Lakukan informed consent dengan benar kapada klien
5. Libatkan keluarga (jika
dibutuhkan) selama prosedur berlangsung
|
1.
Untuk
memudahkan menentukan intervensi selanjutnya
2.
menambah
pengetahuan klien menambah pengetahuan klien
3. mengetahui tingkat pengetahuan klien
4. untuk membina hubungan saling percaya
5. untuk membantu mengingatkan pasien mengenai intervensi
yang akan diberikan
|
7.Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan
batuk.
Nursing Outcome
Classification (NOC):
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam, klien akan:
-
Anxiety
reduction
-
Comfort
level
-
Pain
level
-
Rest :
Extent and pattern
-
Sleep :
Extent ang pattern
Dengan kriteria hasil :
-
Jumlah
jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
-
Pola
tidur, kualitas dalam batas normal
-
Perasaan
segar sesudah tidur atau istirahat
-
Mampu
mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan tidur
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Jelaskan
pentingnya tidur yang adekuat
2.
Ciptakan
lingkungan yang nyaman
3.
Instruksikan
untuk memonitor tidur pasien
4.
Diskusikan
dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasie
5.
Fasilitas
untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
|
1.
Agar
pasien termotivasi untuk tidur lebih awal.
2. Agar tidur pasien nyenyak
3. Agar tidur klien teratur
4. Untuk memperoleh tidur yang
maksimal/adekuat
5. Untuk membuat tidur pasien cepat dan nyenyak
|
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan
Bronchopneumoni disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.
5. Evaluasi
Evaluasi
adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(diagnosa, tujuan, intervensi) harus dievaluasi.
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan Bronchopneumonia sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau
perubahan yang terjadi pada pasien.
Adapun sasaran
evaluasi pada pasien Bronchopneumonia sebagai berikut:
a. Kebutuhan O2 terpenuhi dan mampu bernafas normal.
b. Pola tidur
tidak terganggu dan mampu tidur dengan batas normal.
c. Kecemasan orang
tua pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang
proses penyakit anaknyanya.
6. Penyimpangan
KDM
|



















|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|




|

|
|


|

|

|

|

|




|
|
|


|
|
|

Tidak ada komentar:
Posting Komentar