Sabtu, 17 Juni 2017

Masa nifas (puerperium)


 
A.   KONSEP DASAR MEDIS
1.  Pengertian.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Jadi, puerperium yaitu masa setelah melahirkan bayi. (Dewi, Vivian Nanny Lia & Sunarsih, Tri, 2013)
Masa nifas adalah masa masa seelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. (Nurjanah, Siti, Nunung, dkk, 2013).
Periode pospartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluaga baru. (Mitayani, 2013).


2.  Tahapan masa nifas.
Masa Nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasaanya sebagai berikut:
a.     Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan bejalan-jalan (waktu 0-24 jam postpartum). Dalam agama islm dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.     Puerpeium intermedial (early puerperium), suau masa di mana pemulihan dari organ-organ repoduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.
c.      Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara berahap terutama jika selama masa kehamilan dan pesalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.
(Nurjanah, Siti, Nunung, dkk, 2013)
3.  Perubahan fisiologi masa nifas.
a.    Sistem reproduksi

1)    Involusi
a)   Uterus kembali ke kondisi sebelum hamil sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b)  Pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis.
c)  Kontraksi uterus mengakibatkan uterus mengecil kira-kira lebih dari seperdua ukuran sebelumnya, terjadi sampai hari kedua.
d)  Kemudian uterus menjadi lebih kecil (Involusio uteri) dengan penurunan kira-kira satu jari per hari.
e)  Pada hari ke 10-14 uterus tidak teraba lagi.
f)   Tempat plasenta melekat butuh waktu 6-7 minggu untuk membaik regenerasi endometrium butuh waktu 6 minggu.
2)    Lokhia.
Lokhia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, terdiri dari:
a)  Lokhia Rubra.
Muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 pada masa post partum. cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar.
b)  Lokhia  Sanguinolenta
cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum
c)  Lokhia Serosa
Berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robeka/laserasi plasenta. muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum
d)  Lokhia Alba.
Mengandung leukosit, sel epitel, selaput lendir. lokia alba bisa berlangsung 2 sampao 6 minggu post partum.
3)    Servik Uteri
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Menjadi lebih tebal dan keras, sampai dengan i minggu setelah persalinan masih terbuka (dilatasi kira-kira 1 cm). Involusi servik uteri menjadi sempurna membutuhkan waktu 3-4 minggu, pada minggu ke 6 post partum serviks menutup.
4)    Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap 6-8 minggu postpartum Lunak dan agak bengkak, dengan tonus lemah setelah persalinan, dan indeks ekstrogen dalam 6-10 minggu.
5)    Perineum.
Tampak edema dan kebiruan setelah persalinan, laserasi atau episiotomi dapat terjadi.
b.    Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami ostipasi setelah melahirkan anak. hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir.
c.    Perubahan sistem perkemihan
Puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
d.    Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang. stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

e.    Sistem Endokrin.
1)    Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
2)    Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
3)    Hormon oksitosin
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah pendarahan.
4)    Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.
f.     Sistem Kardiovaskuler.
1)    Bradikardi sementara (40-70 bpm) dalam 24-28 jam setelah persalinan, dan mungkin menetap sampai hari ke 6-8.
2)    Volume darah menurun hingga mencapai keadaan seperti keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah persalinan.
3)    Hemotokrit meningkat pada hari ke 3-7 post partum.
4)    Terjadi leukositosis (20.000-25.000/ml) berlanjut sampai beberapa hari setelah persalinan, guna mencegah infeksi.
5)    Tekanan darah mungkin stabil, denyut nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam 3 bulan setelah persalinan.
g.    Sistem Gastrointestinal.
1)    Rasa haus dan lapar pada umumnya terjadi setelah persalinan.
2)    Motilitas dan tonus otot gastrointestinal kembali pada keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah persalinan.
3)    Konstipasi umumnya terjadi pada hari-hari awal post partum.
4)    Berat badan mungkin kembali pada keadaan sebelum hamil waktu 6-8 minggu jika peningkatan berat badan selama hamil dalam batas normal.
5)    Haemoroid juga merupakan masalah yang sering terjadi pada masa puerperium, sebagai akibat penekanan pada otot dasar panggul pada saat persalinan.
h.    Perubahan tanda-tanda vital
                     1.)     Suhu Badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5˚C-38˚C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.


                     2.)     Nadi
Sehabis mlahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau pendarahan post partum yang tertunda.
                     3.)     Tekanan Darah
Tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi post partum.
                     4.)     Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
i.      Perubahan Hematologi
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengentaldengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
(Ambarwati, Eny, Retna & Wulandari, Diah, 2010) 



4.    Adaptasi psikologis ibu masa nifas
a.    Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah pesalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Masa nifas merupakan masa yang rentang dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran sebagai ibu memerlukan adaptasi.
b.    Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradapasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
                        1.)     Fungsi menjadi orang tua.
                        2.)     Respon dan dukungan dari keluarga.
                        3.)     Riwaya dan pengalam kehamilan serta persalinan.
                        4.)     Harapan, keinginan dan aspirasa saat hamil dan melahirkan.
c.    Dalam menjalani adaptasi setelah melahikan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut:
1)    Fase Taking In
Fase ini merupakan fase keterganungan yang belangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus pehatian ibu terutama pada bayinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahian, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhaikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapa dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
a)      Kekecewaan pada bayinya.
b)      Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
c)      Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d)      Kritikan suami atau keluarga enang perawaan bayinya.
2)    Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawair akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saa ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima bebagai penyuluhan dalam merawa diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

3)    Fase Letting Go.
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran baunya yang berlangsung 10 hari seelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan keergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebuuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :
a)    Fisik : istirahat, asupan gizi, lingkunagn bersih.
b)    Psikologi : dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
c)    Sosial : perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani ibu saat merasa kesepian.
d)    Psikososial.
(Heryani, Reni, 2010)
B.   KONSEP DASAR KEPERAWATAN NIFAS.
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan nifas sebagai dasar pelayanan keperawatan profesional. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan terdiri dari langkah-langkah ilmiah: pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang kesemuanya saling berkesinambungan dan dalam prakteknya dapat dilaksanakan pada semua tingkat usia dan berbagai kondisi termasuk kasus nifas post partum.
1.   Pengkajian.
a.          Pengkajian fisiologis pascapartum atau post partum difokuskan pada proses involusi organ reproduksi, perubahan biofisik sistem tubuh lainnya, dan mulainya atau hambatan proses laktasi.
b.            Perawat mengkaji kenyamanan dan kesejahtraan ibu termasuk istirahat dan tidur, nafsu makan, pergerakan, tingkat energy dan status eliminasi.
c.           Pengkajian psikososial difokuskan pada interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga.
d.          Dalam masa nifas yaitu satu jam pertama setelah partus yang penting dilakukan adalah pengkajian mengenai kontraksi uterus, inspeksi perineum untuk perdarahan, palpasi tinggi fundus uteri, mengukur tanda vital dan perineum.
e.          Pada pengkajian ulang adalah tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhia, perineum, payudara, eliminasi dan nutrisi, ambulasi serta istirahat dan tidur, perawatan diri sendiri dan perawatan bayi.
f.            Perawat mengamati jumlah perdarahan dengan memeriksa pembalut perineum dan lubang vagina. Pengamatan ini dilakukan setiap 15 menit selama jam pertama setelah persalinan.
g.          Tanda vital seperti suhu badan, tekanan darah denyut nadi, dan pernapasan setiap 4-8 jam pada hari pertama post partum.
Catat terutama:
1)     Peningkatan ringan suhu badan, mungkin karena dehidrasi/ kurang minum, awal laktasi atau adanya infeksi (leukositosis).
2)     Hipotensi dengan perubahan denyut nadi (100) mungkin karena perdarahan dan tanda syok.
3)     Ortostatik hipotensi karena perubahan kardiovaskuler dalam masa nifas menuju keadaan sebelum hamil.
4)     Peningkatan tekanan darah mungkin disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan yang dapat muncul pertama kali pada masa post partum.
h.          Fundus dapat meninggi segera setelah persalinan dan pada hari pertama pasca partum, tetapi kemudian turun sekitar 1 cm atau satu jari perhari. Mengukur tinggi fundus uteri setiap hari termasuk kontraksi dan laktasi, pastikan kandung kencing kosong pada saat mengkaji.
Perhatikan adanya tanda-tanda involusi:
1)    Uterus tidak mengecil dan tetap diatas pap.
2)    Uterus masih teraba besar, lembek dan kontraksi lemah.
3)    Fundus yang lembek atau kendur menunjukkan atonia atau subinvolusi.
4)    Nyeri punggun dan nyeri panggul yang menetap.
5)    Perdarahan pervagina.
i.            Karakter dan jumlah lokia secara tidak langsung menggambarkan kemajuan penyembuhan endometrium. Jumlah lokia bervariasi pada setiap individu. Kaji jumlah dan karakteristik lokhia setiap hari.
Laporkan setiap temuan yang tidak normal seperti:
1)    Perdarahan segar.
2)    Lokhia rubra yang menetap dan banyak.
3)    Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi serosa atau alba menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat.
j.            Perawat mengkaji kondisi kandung kemih dengan palpasi, perkusi, dan pengamatan terhadap abdomen.
k.           Inspeksi perineum, catat jumlah jahitan jika ada, adakah edema, kemerahan, luka, hematoma, memar (ekimosis), nyeri tekan, kaji anus dan rectum untuk menilai adanya hemoroid atau terbelah.
l.            Kaji payudara adanya pembengkakan, teraba keras, teraba panas, putting luka atau pecah, memakai kutang yang ketat, perdarahan.
m.         Kaji keadaan kandung kemih terutama 8 jam setelah persalinan
n.          Evaluasi pengetahuan ibu mengenai pemberian makanan bayi, apakah ada asi atau susu botol.
o.          Kaji pola eliminasi bab dan kembalinya seperti sebelum hamil
p.          Evaluasi status nutrisi, kemampuan makan dan minum yang adekuat untuk proses laktasi yang normal.
q.          Kaji ambulasi, istirahat dan tidur, kemampuan pemenuhan aktivitas sehari-hari/adl.
r.            Kaji sirkulasi perifer, cari adanya varices, edema dan kesimetrisan dan ukuran tungkai, temperatum, warna dan rom.



s.           Kaji mengenai adaptasi psikologis, termasuk:
1)    Tanda/ gejala post partum blues, menangis, hilang nafsu makan, kurang konsentrasi, murung/ sedih, sulit tidur dan merasa cemas.
2)    Evaluasi hubungan antara keluarga dan bayi.
3)    Observasi interaksi ibu dengan anggota keluarga lainnya.
2.    Diagnosa Keperawatan.
a.            Gangguan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan dengan berakhirnya proses persalinan dan proses kehamilan.
b.            Gangguan pola eliminasi buang air besar, berhubungan dengan rasa nyeri pada perineum dan menurunnya peristaltik usus.
c.            Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
d.            Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan post partum.
e.            Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka perineum yang masih basah dan post partum.
f.             Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan dan jadwal makan bayi.
g.            Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post partum (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.
3.    Perencanaan Keperawatan
a.    Perubahan pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan dengan berakhirnya proses kehamilan dan persalinan.
1)    Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air kecil.
2)    Kriteria : 
a)    Ibu tidak merasa nyeri pada saat buang air kecil.
b)    Pengeluaran urine 1000-1500 cc/ hari.
c)    Frekuensi miksi 4-5 kali/ hari.
d)    Expresi wajah tenang.
3)    Rencana Tindakan:
a)    Catat intake dan out put cairan.
b)    Berikan rangsangan pada daerah atas symphisis dengan air dingin.
c)    Katerisasi bila tidak miksi dalam 8 jam habis melahirkan.
4)    Rasional:
a)    Untuk mengetahui fungsi ginjal.
b)    Rangsangan pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot spincter dan buli-buli.
c)    Bila 8 jam tidak miksi dapat menggangu involutio uteri.
b.    Gangguan pola eliminasi buang air besar berhubungan dengan rasa nyeri pada luka perineum dan dan menurunnya peristaltik usus.
1)    Tujuan: tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air besar.
2)    Kriteria    :        
a)    Buang air besar lancar.
b)    Perut tidak tegang.
c)    Frekuensi 1-2 kali/ hari.
3)    Rencana Tindakan:
a)    kaji pola buang air besar.
b)    Berikan makanan yang banyak mengandung serat.
c)    Anjurkan pada ibu untuk banyak minum.
d)    Berikan penyuluhan pada ibu untuk tidak takut buang air besar.
e)    Kolaborasi pemberian obat laxantia
4)    Rasional:
a)    Untuk mengetahui pola bab klien.
b)    Makanan yang berserat dapat merangsang peristaltik usus.
c)    Dengan minum yang banyak akan membantu melunakkan faeces.
d)    Rasa takut dapat mempengaruhi syaraf sympatis sehingga otot spincter menjadi lemah.
e)    Obat laxantia dapat merangsang peristaltik usus.
c.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
1)    Tujuan: nyeri hilang.
2)    Kriteria  :   
a)    Ibu mengatakan nyeri kurang.
b)    Proses involutio normal.
c)    Expresi wajah tenang.
3). Rencana Tindakan:
a)     kaji intensitas dan karakteristik dari nyeri.
b)     berikan posisi yang menyenangkan.
c)     ajarkan tehnik relaksasi.
d)     kolaborasi pemberian analgesik.
e)     berikan penjelasan mengenai timbulnya nyeri.
f)      ajarkan tehnik destraksi.
4). Rasional:
a)    Untuk mengetahui tingkat dan karakteristik nyeri, agar mempermudah memberikan intervensi yang tepat.
b)    Dengan posisi yang menyenangkan membuat klien merasa nyaman dan dapat beradaptasi dengan nyeri.
c)    Relaksasi dapat mengendorkan otot-otot sehinnga nyeri dapat berkurang.
d)    Menjelaskan kepada ibu tentang nyeri agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.
e)    Untuk mengalihkan perhatian ibu agar tidak terfokus pada bayi.
f)     Analgesik dapat menekan rangsangan nyeri sehingga nyeri tidak dipresepsikan.
d.    Resiko kekurangan volume cairan berhungan dengan perdarahan post partum.
1)    Tujuan: tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.
2)    Kriteria :   
a)Proses involutio lancar.
b)perdarahan tidak lebih dari 400 cc.
c)  pengeluaran lokhia lancar.
3)    Rencana Tindakan:
a)    Observasi perdarahan dan monitor pengeluaran lokhia.
b)    Observasi kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri setiap hari.
c)    Observasi tanda-tanda vital.
d)    Observasi keadaan umum.
e)    Beri pengetahuan pada ibu tentang ambulasi dini pada ibu nifas.
f)     Monitor kadar haemoglobin.
4)    Rasional:
a)    Untuk mengetahui jumlah perdarahan.
b)    Kontraksi uterus yang lemah dapat menyebabkan perdarahan.
c)    Perubahan tanda vital indikasi adanya perdarahan.
d)    Keadaan umum dapat menggambarkan adanya perdarahan.
e)    Ambulasi secara dini dapat memperlancar proses involutio.
f)     Kadar haemoglobin yang rendah indikasi terjadi perdarahan.
e.    Resiko tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka perineum yang masih basah dan post partum.
1)    Tujuan: Tidak terjadi infeksi pada luka perineum dan jalan lahir.
2)    Kriteria :    -    Tanda-tanda infeksi tidak ada.
3)    Rencana Tindakan:
a)    Observasi tanda-tanda infeksi.
b)    Rawat luka perineum setiap hari.
c)    Anjurkan pada ibu untuk mengganti duk yang basah.
d)    Observasi pengeluaran lokhia.
e)    Kolaborasi pemberian antibiotik.
4)    Rasional:
a)    Untuk mendeteksi secara dini adanya infeksi.
b)    Luka yang bersih dapat mencegah timbulnya infeksi.
c)    Duk yang basah tempat berkembang biak mikroorganisme.
d)    Keadaan lokhia yang tidak normal menandakan adanya infeksi jalan lahir.
e)    Antibiotik dapat menghambat dan membunuh mikroorganisme.
f.     Resiko gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan dan jadwal makan bayi.
1)    Tujuan: ibu dapat tidur/ kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
2)    Kriteria :   
a)Tidur cukup (7-9 jam/hari).
b)penampilan menunjukkan istirahat yang
c)   cukup
d)ibu tidak merasa lelah.
3)    Rencana tindakan:
a)    bayinya. Kaji pola tidur klien.
b)    Ciptakan lingkungan yang tenang.
c)    Beri penyuluhan kepada ibu agar memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya.
d)    Anjurkan kepada ibu agar menidurkan bayinya dalam dalam keadaan kenyang.
e)    Bila asi kurang, berikan susu tambahan pengganti asi sebanyak 30 cc/ 3 jam dengan sendok atau dok.
f)     Ajarkan ibu untuk mengenali kebiasaan
4)    Rasional:
a)    Untuk mengenali jumlah tidur klien.
b)    Lingkungan yang tenang dapat mendukung untuk beristirahat.
c)    Dengan memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya bayi akan tenang.
d)    Bila bayi dalam keadaan kenyang, bayi akan tidur nyenyak.
e)    Pemberian air susu sebanyak 30 cc dan diperkirakan dalam 3 jam lambung sudah kosong.
f)     Dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan bayi, ibu dapat mengatur waktu istirahatnya.
g.    Kurangnya pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post partum aterm (nifas) berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.
1)    Tujuan: pengetahuan ibu tentang perawatan lanjut bertambah.
2)    Kriteria    :   
a) Pasien dapat menyebutkan saat yang tepat untuk melakukan hubungan suami istri post partum.
b)  pemeriksaan secara dini dan berkala di rumah sakit.
3)    Rencana tindakan:
a)    Kaji tingkat pengetahuan ibu.
b)    Beri HE kepada ibu bahaya melakukan hubungan suami istri selama dalam masa nifas.
c)    Beri penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya pemeriksaan diri dan bayi secara berkala di rumah sakit/ puskesmas.
4)    Rasional:
a)    Dapat mengambil tindakan selanjutnya.
b)    Dengan melakukan hubungan suami istri selama masa nifas akan menyebabkan perdarahan yang banyak/ berat.
c)    Pemeriksaan diri dan bayi secara berkala dapat mengetahui tingkat kesehatan ibu dan bayi.
4.  Pelaksanaan Keperawatan
                            Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien. Kegiatan ini meliputi pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan dan rencana pernyataan medis. Pada tahap perawat menerapkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu keperawatan lainnya yang terkait secara terintegrasi. Pada waktu perawat memberi pelayanan keperawatan, proses pengumpulan dan analisa data berjalan terus menerus, guna perubahan atau penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana pelayanan. Keperawatan antara lain sumber-sumber yang ada, pekerjaan perawat serta lingkungan fisik untuk pelayanan keperawatan dilakukan.
     Dalam pelaksanaan perawat melakukan fungsinya secara indefenden, defenden, dan interdefenden. Fungsi indefenden yaitu perawat melakukan tindakan sendiri atas dasar inisiatif sendiri. Fungsi defenden yaitu fungsi  tambahan dilakukan untuk menjalankan program dari tim kesehatan lain. Fungsi interdefenden yaitu perawat melakukan fungsi  kolaborasi dengan pelaksanaan fungsi bersama-sama dengan tim kesehatan lainnya.
5.  Evaluasi.
a.    Periode post partum dini.
1)    Tanda vital, keadaan luka episiotomi jika ada dan mencocokkan dengan parameter yang diharapkan.
2)    Toleransi klien terhadap intake makanan, intake cairan dan keinginan klien mengenali makanan dan cairan.
3)    Kemampuan klien untuk pengosongan kandung kemih secara teratur.
4)    Beri kesempatan kepada klien beristirahat yang cukup.
5)    Kemampuan klien untuk menggendong dan merawat bayinya.
b.    Periode post partum lanjut.
1)    Tanda vital, berat badan, payudara, proses involutio, penyembuhan luka episiotomi jika ada dengan parameter yang diharapkan.
2)    Kemampuan klien untuk merawat payudara, perawatan perineum.
3)    Kemampuan klien untuk menunjukkan kesanggupan dalam perawatan diri sendiri dan perawatan bayinya.
c.    Periode persiapan pulang ke rumah.
1)    Klien mendemostrasikan kemampuan merawat bayinya.
2)    Klien memperlihatkan keingintahuan tentang pentingnya perawatan lanjutan bagi ibu serta bayinya.
3)    Kemampuan klien untuk menentukan waktu untuk konsultasi dengan dokter, bidan/ perawat.
4)    Respon klien dengan suami terhadap adanya perubahan pola aktifitas seksual serta perlunya menggunakan alat kontrasepsi untuk memberi rasa aman dan bagi ibu.
d.    Periode 6 minggu (saat chek-up).
1)    Tanda vital, penurunan payudara, proses involutio dan penyembuhan luka episiotomi dibandingkan parameter yang diharapkan.
2)    Kembalinya organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil.
3)    Kemampuan menunjukkan fungsi keluarga dengan baik dan adaptasi positif.
4)    Keluarga menyepakati penggunaan salah satu jenis kontrasepsi yang cocok bagi ibu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar