A. KONSEP
DASAR MEDIS
1. Pengertian.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Jadi, puerperium yaitu masa setelah melahirkan
bayi. (Dewi, Vivian Nanny Lia & Sunarsih, Tri, 2013)
Masa nifas adalah
masa masa seelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis
akan pulih dalam waktu 3 bulan. (Nurjanah, Siti, Nunung, dkk, 2013).
Periode pospartum
adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil,
serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluaga baru. (Mitayani, 2013).
2. Tahapan masa nifas.
Masa Nifas dibagi dalam 3
tahap, yaitu puerperium dini (immediate
puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later
puerperium). Adapun penjelasaanya sebagai berikut:
a. Puerperium dini (immediate
puerperium), yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
bejalan-jalan (waktu 0-24 jam postpartum).
Dalam agama islm dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerpeium intermedial (early
puerperium), suau masa di mana pemulihan dari organ-organ repoduksi secara
menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.
c. Remote puerperium (later
puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan yang sempurna secara berahap terutama jika selama masa kehamilan dan
pesalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan bahkan tahun.
(Nurjanah, Siti,
Nunung, dkk, 2013)
3. Perubahan fisiologi masa
nifas.
a. Sistem
reproduksi
1) Involusi
a) Uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b) Pada
akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm di
bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium sakralis.
c) Kontraksi
uterus mengakibatkan uterus mengecil kira-kira lebih dari seperdua ukuran sebelumnya,
terjadi sampai hari kedua.
d) Kemudian
uterus menjadi lebih kecil (Involusio uteri) dengan penurunan kira-kira satu
jari per hari.
e) Pada
hari ke 10-14 uterus tidak teraba lagi.
f) Tempat
plasenta melekat butuh waktu 6-7 minggu untuk membaik regenerasi endometrium
butuh waktu 6 minggu.
2) Lokhia.
Lokhia
adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, terdiri dari:
a) Lokhia
Rubra.
Muncul
pada hari 1 sampai hari ke 4 pada masa post partum. cairan yang keluar berwarna
merah karena berisi darah segar.
b) Lokhia Sanguinolenta
cairan
yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. berlangsung dari hari ke 4
sampai hari ke 7 postpartum
c) Lokhia
Serosa
Berwarna
kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robeka/laserasi
plasenta. muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum
d) Lokhia
Alba.
Mengandung
leukosit, sel epitel, selaput lendir. lokia alba bisa berlangsung 2 sampao 6
minggu post partum.
3) Servik
Uteri
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman
karena penuh pembuluh darah. Menjadi lebih tebal dan keras, sampai dengan i
minggu setelah persalinan masih terbuka (dilatasi kira-kira 1 cm). Involusi
servik uteri menjadi sempurna membutuhkan waktu 3-4 minggu, pada minggu ke 6
post partum serviks menutup.
4) Vulva
dan Vagina
Vulva
dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
persalinan dan akan kembali secara bertahap 6-8 minggu postpartum Lunak dan
agak bengkak, dengan tonus lemah setelah persalinan, dan indeks ekstrogen dalam
6-10 minggu.
5) Perineum.
Tampak
edema dan kebiruan setelah persalinan, laserasi atau episiotomi dapat terjadi.
b. Perubahan
sistem pencernaan
Biasanya
ibu mengalami ostipasi setelah melahirkan anak. hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
(dehidrasi), kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir.
c. Perubahan
sistem perkemihan
Puerperium
mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan, juga
oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
d. Perubahan
sistem musculoskeletal
Ligamen,
fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang. stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
e. Sistem
Endokrin.
1) Hormon
plasenta
Pengeluaran
plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-hormon yang diproduksi oleh
plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
2) Hormon
pituitary
Prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu.
3) Hormon
oksitosin
Selama
tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat
plasenta dan mencegah pendarahan.
4) Hipotalamik
Pituitary Ovarium
Untuk
wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi.
f. Sistem
Kardiovaskuler.
1) Bradikardi
sementara (40-70 bpm) dalam 24-28 jam setelah persalinan, dan mungkin menetap
sampai hari ke 6-8.
2) Volume
darah menurun hingga mencapai keadaan seperti keadaan sebelum hamil dalam 2
minggu setelah persalinan.
3) Hemotokrit
meningkat pada hari ke 3-7 post partum.
4) Terjadi
leukositosis (20.000-25.000/ml) berlanjut sampai beberapa hari setelah
persalinan, guna mencegah infeksi.
5) Tekanan
darah mungkin stabil, denyut nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam 3
bulan setelah persalinan.
g. Sistem
Gastrointestinal.
1) Rasa
haus dan lapar pada umumnya terjadi setelah persalinan.
2) Motilitas
dan tonus otot gastrointestinal kembali pada keadaan sebelum hamil dalam 2
minggu setelah persalinan.
3) Konstipasi
umumnya terjadi pada hari-hari awal post partum.
4) Berat
badan mungkin kembali pada keadaan sebelum hamil waktu 6-8 minggu jika
peningkatan berat badan selama hamil dalam batas normal.
5) Haemoroid
juga merupakan masalah yang sering terjadi pada masa puerperium, sebagai akibat
penekanan pada otot dasar panggul pada saat persalinan.
h. Perubahan
tanda-tanda vital
1.) Suhu
Badan
24 jam post partum suhu badan
akan naik sedikit (37,5˚C-38˚C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan.
2.) Nadi
Sehabis mlahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat. setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah
abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau pendarahan post
partum yang tertunda.
3.) Tekanan
Darah
Tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi post partum.
4.) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. apabila suhu dan denyut nadi
tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan.
i.
Perubahan Hematologi
Pada hari pertama postpartum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengentaldengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan
darah.
(Ambarwati, Eny, Retna &
Wulandari, Diah, 2010)
4.
Adaptasi
psikologis ibu
masa nifas
a. Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,
menjelang proses kelahiran maupun setelah pesalinan. Pada periode tersebut,
kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Masa nifas merupakan masa yang
rentang dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran sebagai
ibu memerlukan adaptasi.
b. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradapasi pada
masa nifas adalah sebagai berikut:
1.) Fungsi menjadi orang tua.
2.) Respon dan dukungan dari keluarga.
3.) Riwaya dan pengalam kehamilan serta persalinan.
4.) Harapan, keinginan dan aspirasa saat hamil dan
melahirkan.
c. Dalam menjalani adaptasi setelah melahikan, ibu akan
melalui fase-fase sebagai berikut:
1) Fase Taking In
Fase ini
merupakan fase keterganungan yang belangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus pehatian ibu terutama pada
bayinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahian,
kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhaikan pada fase ini adalah
istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan
psikologis yang dapa dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
a)
Kekecewaan
pada bayinya.
b)
Ketidaknyamanan
sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
c)
Rasa
bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d)
Kritikan
suami atau keluarga enang perawaan bayinya.
2) Fase Taking Hold
Fase ini
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu
merasa khawair akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam merawat
bayi. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saa ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima bebagai penyuluhan dalam merawa diri dan
bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
Hal yang
perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
3) Fase Letting Go.
Fase ini
merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran baunya yang berlangsung 10
hari seelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan keergantungan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Ibu
merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebuuhan
diri dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.
Hal-hal
yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :
a)
Fisik :
istirahat,
asupan gizi, lingkunagn bersih.
b)
Psikologi :
dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
c)
Sosial :
perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani ibu saat
merasa kesepian.
d) Psikososial.
(Heryani, Reni, 2010)
B. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN NIFAS.
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang
asuhan keperawatan nifas sebagai dasar pelayanan keperawatan profesional. Untuk
melaksanakan asuhan keperawatan terdiri dari langkah-langkah ilmiah:
pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang kesemuanya
saling berkesinambungan dan dalam prakteknya dapat dilaksanakan pada semua
tingkat usia dan berbagai kondisi termasuk kasus nifas post partum.
1.
Pengkajian.
a.
Pengkajian fisiologis
pascapartum atau post partum difokuskan pada proses involusi organ reproduksi,
perubahan biofisik sistem tubuh lainnya, dan mulainya atau hambatan proses
laktasi.
b.
Perawat mengkaji kenyamanan
dan kesejahtraan ibu termasuk istirahat dan tidur, nafsu makan, pergerakan, tingkat
energy dan status eliminasi.
c.
Pengkajian psikososial
difokuskan pada interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga.
d.
Dalam masa nifas yaitu satu
jam pertama setelah partus yang penting dilakukan adalah pengkajian mengenai
kontraksi uterus, inspeksi perineum untuk perdarahan, palpasi tinggi fundus
uteri, mengukur tanda vital dan perineum.
e.
Pada pengkajian ulang adalah
tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhia, perineum, payudara, eliminasi dan
nutrisi, ambulasi serta istirahat dan tidur, perawatan diri sendiri dan
perawatan bayi.
f.
Perawat mengamati jumlah
perdarahan dengan memeriksa pembalut perineum dan lubang vagina. Pengamatan ini
dilakukan setiap 15 menit selama jam pertama setelah persalinan.
g.
Tanda vital seperti suhu
badan, tekanan darah denyut nadi, dan pernapasan setiap 4-8 jam pada hari
pertama post partum.
Catat terutama:
1) Peningkatan
ringan suhu badan, mungkin karena dehidrasi/ kurang minum, awal laktasi atau
adanya infeksi (leukositosis).
2) Hipotensi
dengan perubahan denyut nadi (100) mungkin karena perdarahan dan tanda syok.
3) Ortostatik
hipotensi karena perubahan kardiovaskuler dalam masa nifas menuju keadaan
sebelum hamil.
4) Peningkatan
tekanan darah mungkin disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan yang dapat
muncul pertama kali pada masa post partum.
h.
Fundus dapat meninggi segera
setelah persalinan dan pada hari pertama pasca partum, tetapi kemudian turun
sekitar 1 cm atau satu jari perhari. Mengukur tinggi fundus uteri setiap hari
termasuk kontraksi dan laktasi, pastikan kandung kencing kosong pada saat
mengkaji.
Perhatikan adanya tanda-tanda involusi:
1) Uterus
tidak mengecil dan tetap diatas pap.
2) Uterus
masih teraba besar, lembek dan kontraksi lemah.
3) Fundus
yang lembek atau kendur menunjukkan atonia atau subinvolusi.
4) Nyeri
punggun dan nyeri panggul yang menetap.
5) Perdarahan
pervagina.
i.
Karakter dan jumlah lokia
secara tidak langsung menggambarkan kemajuan penyembuhan endometrium. Jumlah
lokia bervariasi pada setiap individu. Kaji jumlah dan karakteristik lokhia
setiap hari.
Laporkan setiap temuan yang tidak normal
seperti:
1) Perdarahan
segar.
2) Lokhia
rubra yang menetap dan banyak.
3) Munculnya
kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi serosa atau alba
menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat.
j.
Perawat mengkaji kondisi
kandung kemih dengan palpasi, perkusi, dan pengamatan terhadap abdomen.
k.
Inspeksi perineum, catat
jumlah jahitan jika ada, adakah edema, kemerahan, luka, hematoma, memar
(ekimosis), nyeri tekan, kaji anus dan rectum untuk menilai adanya hemoroid
atau terbelah.
l.
Kaji payudara adanya
pembengkakan, teraba keras, teraba panas, putting luka atau pecah, memakai
kutang yang ketat, perdarahan.
m.
Kaji keadaan kandung kemih
terutama 8 jam setelah persalinan
n.
Evaluasi pengetahuan ibu
mengenai pemberian makanan bayi, apakah ada asi atau susu botol.
o.
Kaji pola eliminasi bab dan
kembalinya seperti sebelum hamil
p.
Evaluasi status nutrisi,
kemampuan makan dan minum yang adekuat untuk proses laktasi yang normal.
q.
Kaji ambulasi, istirahat dan
tidur, kemampuan pemenuhan aktivitas sehari-hari/adl.
r.
Kaji sirkulasi perifer, cari
adanya varices, edema dan kesimetrisan dan ukuran tungkai, temperatum, warna
dan rom.
s.
Kaji mengenai adaptasi
psikologis, termasuk:
1) Tanda/
gejala post partum blues, menangis, hilang nafsu makan, kurang konsentrasi,
murung/ sedih, sulit tidur dan merasa cemas.
2) Evaluasi
hubungan antara keluarga dan bayi.
3) Observasi
interaksi ibu dengan anggota keluarga lainnya.
2.
Diagnosa
Keperawatan.
a.
Gangguan pola eliminasi buang
air kecil, retensi urine berhubungan dengan berakhirnya proses persalinan dan
proses kehamilan.
b.
Gangguan pola eliminasi buang
air besar, berhubungan dengan rasa nyeri pada perineum dan menurunnya
peristaltik usus.
c.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan kontraksi uterus.
d.
Resiko kekurangan volume
cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan post partum.
e.
Resiko tinggi infeksi perineum
dan jalan lahir berhubungan dengan luka perineum yang masih basah dan post
partum.
f.
Resiko gangguan pola
istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan dan jadwal makan bayi.
g.
Kurangnya pengetahuan ibu
tentang tindak lanjut keperawatan post partum (nifas) berhubungan dengan baru
pertama kali melahirkan.
3.
Perencanaan
Keperawatan
a. Perubahan
pola eliminasi buang air kecil, retensi urine berhubungan dengan berakhirnya
proses kehamilan dan persalinan.
1) Tujuan:
tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air kecil.
2) Kriteria :
a)
Ibu tidak merasa nyeri pada
saat buang air kecil.
b)
Pengeluaran urine 1000-1500
cc/ hari.
c)
Frekuensi miksi 4-5 kali/
hari.
d)
Expresi wajah tenang.
3) Rencana
Tindakan:
a) Catat
intake dan out put cairan.
b) Berikan
rangsangan pada daerah atas symphisis dengan air dingin.
c) Katerisasi
bila tidak miksi dalam 8 jam habis melahirkan.
4) Rasional:
a) Untuk
mengetahui fungsi ginjal.
b) Rangsangan
pada simphisis dengan air dingin dapat meningkatkan tonus otot spincter dan
buli-buli.
c) Bila
8 jam tidak miksi dapat menggangu involutio uteri.
b. Gangguan
pola eliminasi buang air besar berhubungan dengan rasa nyeri pada luka perineum
dan dan menurunnya peristaltik usus.
1) Tujuan:
tidak terjadi gangguan pola eliminasi buang air besar.
2) Kriteria :
a)
Buang air besar lancar.
b)
Perut tidak tegang.
c)
Frekuensi 1-2 kali/ hari.
3) Rencana
Tindakan:
a) kaji
pola buang air besar.
b) Berikan
makanan yang banyak mengandung serat.
c) Anjurkan
pada ibu untuk banyak minum.
d) Berikan
penyuluhan pada ibu untuk tidak takut buang air besar.
e) Kolaborasi
pemberian obat laxantia
4) Rasional:
a) Untuk
mengetahui pola bab klien.
b) Makanan
yang berserat dapat merangsang peristaltik usus.
c) Dengan
minum yang banyak akan membantu melunakkan faeces.
d) Rasa
takut dapat mempengaruhi syaraf sympatis sehingga otot spincter menjadi lemah.
e) Obat
laxantia dapat merangsang peristaltik usus.
c. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
1) Tujuan:
nyeri hilang.
2) Kriteria :
a)
Ibu mengatakan nyeri kurang.
b)
Proses involutio normal.
c)
Expresi wajah tenang.
3).
Rencana Tindakan:
a) kaji
intensitas dan karakteristik dari nyeri.
b) berikan
posisi yang menyenangkan.
c) ajarkan
tehnik relaksasi.
d) kolaborasi
pemberian analgesik.
e) berikan
penjelasan mengenai timbulnya nyeri.
f) ajarkan
tehnik destraksi.
4).
Rasional:
a) Untuk
mengetahui tingkat dan karakteristik nyeri, agar mempermudah memberikan
intervensi yang tepat.
b) Dengan
posisi yang menyenangkan membuat klien merasa nyaman dan dapat beradaptasi
dengan nyeri.
c) Relaksasi
dapat mengendorkan otot-otot sehinnga nyeri dapat berkurang.
d) Menjelaskan
kepada ibu tentang nyeri agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri.
e) Untuk
mengalihkan perhatian ibu agar tidak terfokus pada bayi.
f) Analgesik
dapat menekan rangsangan nyeri sehingga nyeri tidak dipresepsikan.
d. Resiko
kekurangan volume cairan berhungan dengan perdarahan post partum.
1) Tujuan:
tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.
2) Kriteria :
a)Proses
involutio lancar.
b)perdarahan
tidak lebih dari 400 cc.
c) pengeluaran lokhia lancar.
3) Rencana
Tindakan:
a) Observasi
perdarahan dan monitor pengeluaran lokhia.
b) Observasi
kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri setiap hari.
c) Observasi
tanda-tanda vital.
d) Observasi
keadaan umum.
e) Beri
pengetahuan pada ibu tentang ambulasi dini pada ibu nifas.
f) Monitor
kadar haemoglobin.
4) Rasional:
a) Untuk
mengetahui jumlah perdarahan.
b) Kontraksi
uterus yang lemah dapat menyebabkan perdarahan.
c) Perubahan
tanda vital indikasi adanya perdarahan.
d) Keadaan
umum dapat menggambarkan adanya perdarahan.
e) Ambulasi
secara dini dapat memperlancar proses involutio.
f) Kadar
haemoglobin yang rendah indikasi terjadi perdarahan.
e. Resiko
tinggi infeksi perineum dan jalan lahir berhubungan dengan luka perineum yang
masih basah dan post partum.
1) Tujuan:
Tidak terjadi infeksi pada luka perineum dan jalan lahir.
2) Kriteria : - Tanda-tanda infeksi tidak ada.
3) Rencana
Tindakan:
a) Observasi
tanda-tanda infeksi.
b) Rawat
luka perineum setiap hari.
c) Anjurkan
pada ibu untuk mengganti duk yang basah.
d) Observasi
pengeluaran lokhia.
e) Kolaborasi
pemberian antibiotik.
4) Rasional:
a) Untuk
mendeteksi secara dini adanya infeksi.
b) Luka
yang bersih dapat mencegah timbulnya infeksi.
c) Duk
yang basah tempat berkembang biak mikroorganisme.
d) Keadaan
lokhia yang tidak normal menandakan adanya infeksi jalan lahir.
e) Antibiotik
dapat menghambat dan membunuh mikroorganisme.
f. Resiko
gangguan pola istirahat/ tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan dan jadwal
makan bayi.
1) Tujuan:
ibu dapat tidur/ kebutuhan istirahat tidur terpenuhi.
2) Kriteria :
a)Tidur
cukup (7-9 jam/hari).
b)penampilan
menunjukkan istirahat yang
c) cukup
d)ibu
tidak merasa lelah.
3) Rencana
tindakan:
a) bayinya.
Kaji pola tidur klien.
b) Ciptakan
lingkungan yang tenang.
c) Beri
penyuluhan kepada ibu agar memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya.
d) Anjurkan
kepada ibu agar menidurkan bayinya dalam dalam keadaan kenyang.
e) Bila
asi kurang, berikan susu tambahan pengganti asi sebanyak 30 cc/ 3 jam dengan
sendok atau dok.
f) Ajarkan
ibu untuk mengenali kebiasaan
4) Rasional:
a) Untuk
mengenali jumlah tidur klien.
b) Lingkungan
yang tenang dapat mendukung untuk beristirahat.
c) Dengan
memenuhi kebutuhan bayinya tepat pada waktunya bayi akan tenang.
d) Bila
bayi dalam keadaan kenyang, bayi akan tidur nyenyak.
e) Pemberian
air susu sebanyak 30 cc dan diperkirakan dalam 3 jam lambung sudah kosong.
f) Dengan
mengenali kebiasaan-kebiasaan bayi, ibu dapat mengatur waktu istirahatnya.
g. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang tindak lanjut keperawatan post partum aterm (nifas)
berhubungan dengan baru pertama kali melahirkan.
1) Tujuan:
pengetahuan ibu tentang perawatan lanjut bertambah.
2) Kriteria :
a) Pasien
dapat menyebutkan saat yang tepat untuk melakukan hubungan suami istri post
partum.
b) pemeriksaan
secara dini dan berkala di rumah sakit.
3) Rencana
tindakan:
a) Kaji
tingkat pengetahuan ibu.
b) Beri
HE kepada ibu bahaya melakukan hubungan suami istri selama dalam masa nifas.
c) Beri
penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya pemeriksaan diri dan bayi secara
berkala di rumah sakit/ puskesmas.
4) Rasional:
a) Dapat
mengambil tindakan selanjutnya.
b) Dengan
melakukan hubungan suami istri selama masa nifas akan menyebabkan perdarahan
yang banyak/ berat.
c) Pemeriksaan
diri dan bayi secara berkala dapat mengetahui tingkat kesehatan ibu dan bayi.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien. Kegiatan ini meliputi
pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan dan rencana pernyataan medis. Pada
tahap perawat menerapkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan ilmu-ilmu
keperawatan dan ilmu-ilmu keperawatan lainnya yang terkait secara terintegrasi.
Pada waktu perawat memberi pelayanan keperawatan, proses pengumpulan dan
analisa data berjalan terus menerus, guna perubahan atau penyesuaian tindakan
keperawatan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana
pelayanan. Keperawatan antara lain sumber-sumber yang ada, pekerjaan perawat
serta lingkungan fisik untuk pelayanan keperawatan dilakukan.
Dalam
pelaksanaan perawat melakukan fungsinya secara indefenden, defenden, dan
interdefenden. Fungsi indefenden yaitu perawat melakukan tindakan sendiri atas
dasar inisiatif sendiri. Fungsi defenden yaitu fungsi tambahan dilakukan untuk menjalankan program
dari tim kesehatan lain. Fungsi interdefenden yaitu perawat melakukan fungsi kolaborasi dengan pelaksanaan fungsi
bersama-sama dengan tim kesehatan lainnya.
5. Evaluasi.
a. Periode
post partum dini.
1) Tanda
vital, keadaan luka episiotomi jika ada dan mencocokkan dengan parameter yang
diharapkan.
2) Toleransi
klien terhadap intake makanan, intake cairan dan keinginan klien mengenali
makanan dan cairan.
3) Kemampuan
klien untuk pengosongan kandung kemih secara teratur.
4) Beri
kesempatan kepada klien beristirahat yang cukup.
5) Kemampuan
klien untuk menggendong dan merawat bayinya.
b. Periode
post partum lanjut.
1) Tanda
vital, berat badan, payudara, proses involutio, penyembuhan luka episiotomi
jika ada dengan parameter yang diharapkan.
2) Kemampuan
klien untuk merawat payudara, perawatan perineum.
3) Kemampuan
klien untuk menunjukkan kesanggupan dalam perawatan diri sendiri dan perawatan
bayinya.
c. Periode
persiapan pulang ke rumah.
1) Klien
mendemostrasikan kemampuan merawat bayinya.
2) Klien
memperlihatkan keingintahuan tentang pentingnya perawatan lanjutan bagi ibu
serta bayinya.
3) Kemampuan
klien untuk menentukan waktu untuk konsultasi dengan dokter, bidan/ perawat.
4) Respon
klien dengan suami terhadap adanya perubahan pola aktifitas seksual serta
perlunya menggunakan alat kontrasepsi untuk memberi rasa aman dan bagi ibu.
d. Periode
6 minggu (saat chek-up).
1) Tanda
vital, penurunan payudara, proses involutio dan penyembuhan luka episiotomi
dibandingkan parameter yang diharapkan.
2) Kembalinya
organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil.
3) Kemampuan
menunjukkan fungsi keluarga dengan baik dan adaptasi positif.
4) Keluarga
menyepakati penggunaan salah satu jenis kontrasepsi yang cocok bagi ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar