A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian Anemia dan Menoragia.
Anemia
merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah merah
(eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat meyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
termasuk kelelahan dan stres pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah
yang normal dan mencegah anemia membutuhkan kerjasama antar ginjal,sumsum
tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi, maka jumlah sel darah merah dan
fungsi normal mungkin sulit untuk di pertahankan. (Proverwati, 2011)
Sel
darah merah dapat bertahan hidup sekitar 120 hari, sehingga tubuh selalu
mencoba untuk menggantikan mereka. Pada orang dewasa,produksi sel darah merah
terjadi di sumsum tulang. (Proverwati, 2011)
Anemia
adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit
berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi
harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak
sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut,dan
kehamilan. (Nanda, 2013)
Kriteria
Anemia menurut WHO (Nanda, 2013),
yaitu:
Kelompok
|
Criteria Anemia
|
Laki-laki dewasa
|
<13g/dl
|
Wanita dewasa (tidak
hamil)
|
<12 g/dl
|
Wanita hamil
|
<11 g/dl
|
Sedangkan, gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita
dalam manajemen kesehatan wanita. Permasalahan dalam bidang kesehatan adalah
masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan system reproduksi, hal ini
mencakup salah satunya adalah gangguan
menstruasi.
Menoragia merupakan salah satu ganggun reproduksi.
Menoragia adalah perdarahan menstruasi yang banyak dan lebih dari normal, yaitu
lebih dari 8 hari, dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. (Proverwati, 2011)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih
banyak atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur.
Secara klinis menoragia di defenisikan dengan total jumlah darah haid lebih
dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari. Sulit menentukan
jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena itu, bisa disebutkan bahwa bila
ganti pembalut 2-5 perhari menunjukkan bahwa darah haid normal. Menoragia
adalah bila ganti pembalut lebih dari 6 kali perhari. WHO melaporkan 18 juta
perempuan usia 30-55 tahun mengalami haid yang berlebih dan dari jumlah
tersebut 10% termasuk dalam kategori menoragia (Anwar m. , 2011)
Penyebab menoragia adalah terletak pada kondisi dalam uterus. Hemostasis di
endometrium pada siklus haid berhubungan erat dengan platelet dan fibrin.
Formasi trobin akan membentuk plugs dan selanjutnya di ikuti vasokontriksi
sehingga terjadi hemostasis. Pada penyakit darah tertentu misalnya penyakit
trombositopenia terjadi defesiensi komponen tersebut sehingga menyebabkan
terjadi menoragia. Gangguan anatomi juga akan menyebabkan terjadi menoragia,
termasuk di antaranya adalah mioma uteri, polip, dan hyperplasia endomatrium.
Mioma terletak pada dinding uterus akan mengganggu kontraktilitas otot rahim,
permukaan endomatrium menjadi lebih luas dan akan menyebabkan pembesaran
pembuluh darah serta beresiko mengalami nekroris. Proses patologis ini akan
mengalami hemostasis normal. (Mochamad, 2011)
Menoragia
merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal
(lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan
lama haid 4-6 hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80cc, itu sudah
abnormal. Dalam istilah kedokteran disebut hipermenorea (menoragia) atau
menstruasi berlebihan.
2. Anatomi dan fisiologi system reproduksi.
Alat
reproduksi wanita terdiri dari genetalia eksterna dan genetalia interna, namun
demikian fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit. (tarwoto, 2011)
a.
Sumber : internet
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi
|
1. Vulva atau pudendum.
Merupakan area
genetalia eksterna wanita yang membentang dari mons pubis, labia mayora, labiya
minora, klitoris, vestibulum, introitus atau orifficium vagina, vagina.
2. Mons pubis atau mons veneris.
Merupakan
jaringan lemak subkutan dari jaringan konektif yang melapisi simpisis pubis.
Pada setelah masa pubertas daerah ini ditumbuhi oleh rambut halus dan di
lengkapi oleh kelenjar sebasea.
3. Labiya mayora (bibir-bibir besar).
Terdiri
atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan
lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang
kedua labiya mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior. (prawirohardjo, 2014)
Labiya
mayora sama dengan skrotum pada laki-laki yang berfungsi menutup dan
mencegah masuknya organ pada vulva (tarwoto,
2011)
4. Labiya minora(bibir-bibir kecil).
Merupakan
lipatan jaringan tipis di bawah labiya mayora, tidak mempunyai folikel rambut,
membentang dari bawah klitoris sampai dengan fourchette. Pada labiya minora
banyak terdapat pembuluh darah, saraf dan otot sehingga berwarna merah dan
lebih sebsitif serta bersifat erektil.
5. Klitoris.
Klitoris
homolog dengan penis pada pria, terletak pada superior vulva, tepat di bawah
arkus pubis. Bentuknya pendek, silindir dengan ukuran 6x6 mm (sebesar kacang
ijo). Termasuk organ yang sangat erektil dan sensitive terutama pada ujung
badan klitoris. Jika wanita terangsang seksual gland dan badan glitoris akan
membesar. Banyaknya pembuluh darah dan saraf membuat klitoris sangat sensitive
terhadap sentuhan, suhu maupun sensasi tekanan.
6. Vestibulum.
Merupakan
area tertutup oleh labiya minora, terletak di antara klitoris, labiya minora
dan fourchette. Vestibulum terdiri dari saluran atau orificium yaitu lubang
muara uretra (orificium uretra), vagina, ductus glandula bartholini kanan dan
kiri.
7. Introitus atau orificum vagina.
Merupakan
daerah di bawah vestibulum, pada daerah di sekitar introitus vagina terdapat
lipatan tipis yang tertutup mukosa, bersifat elestis yang di sebut hymen atau
selaput darah. Pada dinding bagian dalam terdapat kelenjar vestibulur atau
kelenjar bartholin’s yang memproduksi secret untuk membantu pada saat koitus.
8. Perineum.
Merupakan
daerah muscular yang di tutupi kulit, terletak antara introitus vagina dan
anus. Jaringan otot ini juga menopang rongga panggul dan menjaga panggul tetap
pada tempatnya.
9.
Sumber: Internet
Gambar
2.2
|
1. Vagina
Merupakan
saluran muscular elastis mulai dari vestibulum sampai serviks. Terletak antara
kandung kemih, uretra dan rectum. Pada dinding vagina terdapat otot polos dan
epitel skuamosa. Keadaan dinding vagina makin tebal sesuai menambahnya usia.
Pada daerah vagina tidak memiliki kelenjar, tetapi di lumasi oleh cairan
servik. Cairan vagina bersifat asam dengan PH sekitar 4,5 sehingga berfungsi
mencegah pertumbuhan bakteri. Tingkat keasaman cairan vagina di pengaruhi oleh
hormone estrogen. Pada masa produktif seiring meningkatnya hormone estrogen
cairan vagina di pengaruhi oleh hormone estrogen. Pada masa produktif seiring
meningkatnya hormone estrogen cairan menjadi lebih asam, tetapi pada masa
sebelum pebertas dan menopause cairan vagina menjadi basah.
Vagina
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai tempat pengeluaran cairan atau darah
menstruasi, tempat penyaluran sperma pada saat hubungan seks untuk masuk ke
uterus dan merupakan tempat jalan lahir, serta membantu dalam mencegah infeksi
karena suasana vagina yang asam (tarwoto, 2011)
2. Uterus
Uterus
merupakan organ muscular berbentuk kantong seperti buah pear, yang sedikit
gepeng kearah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus 7-7,5
cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm, dengan berat
sekitar 60 g. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan berbentuk sudut dengan vagiana, sedangkan korpus uteri
kedepan dan membentuk sudut dengan servik uteri). (prawirohardjo,
2014)
Badan
uteri merupakan 2/3 dari uterus dengan panjang 4 cm, berbentuk triangular, dan
pada bagian apeks berhubungan dengan cervik. Pada bagian atas di sebut fundus
uteri dan berhubungan dengan tuba uteri atau tuba fallopi. Pada bagian tepi
samping uterus berhubungan dengan tuba fallopi disebut cornu. Sedangkan pada
bagian antara korpus uteri dengan serviks terdapat area yang menyempit yang di
sebut isthmus. Cervik uteri merupakan bagian bawah uterus, panjangnya 2.5 cm,
berbentuk silindris dan bagian bawahnya berhubungan dengan vagina. (tarwoto,
2011)
Dinding
uterus tersusun oleh tiga lapisan yaitu lapisan luar perimetrium, lapisan
tengah miometrium, lapisan dalam endomesium. Uterus berfungsi untuk
mempersiapkan penerimaan ovum hasil fertilisasi, menyediakan tempat yang nyaman
untuk pertumbuhan dan perkembangan fetus dan placenta saat melahirkan,
menyediakan nutrisi hasil konsepsi.
3. Tuba Uterina.
Disebut
juga dengan tuba fallopi atau oviduk, merupakan saluran tempat ovum(sel telur)
berjalan menuju uterus. Di tempat ini terjadi fertilisasi atau pembuahan antara
sel telur dengan sperma. Panjang tuba fallopi sekitar 10 cm dan diameter 0.7
cm, terletak menggantung di antara ligament uterus. Tuba fallopi dibagi menjadi
empat bagian, yaitu infundibulum, ampula, isthumus dan interstitialis.
Fungsi
tuba fallopi adalah menangkap sel ovum, menyalurkan spermatozoa dan tempat
konsepsi, pertumbuhan dan perkembangan konsepsi sampai blastula.
4. Ovarium.
Ovarium
merupakan kelenjar yang berada di permukaan posterior ligamentum latum, di
dekat infundibulum. Terdiri dari 2 buah, berbentuk seperti almond, berwarna
putih keruh. Memiliki panjang 4 cm, lebar 0,4 cm dan berat sekitar 3 gr.
Ovarium di bungkus oleh pertonium dan di topang oleh ligament mesovarium,
ligamentum latum, ligament ovarika dan ligament infudibulum.
Ovarium
di bagi atas dua bagian yaitu korteks atau kulit dan bagian medulla. Korteks
merupakan lapisan terluar, terdiri atas stroma dan folikel ovarian yaitu unit
fungsional pada ovarium yang sangat penting dalam proses oogenosit. Sedangkan
bagian medulla terdiri stroma, pembuluh darah, limfatik, serabut saraaf dan
otot polos.
3.
Sumber: Internet
Gambar
2.3
|
Adapun
siklus haid (Anwar, Ilmu kandungan, 2011) yaitu:
1. Siklus ovarium
a. Fase folikulogenesis.
Hari
1-8 pada awal siklus, kadar FSH dan LH relative tinggi dan memacu perkembangan
10-20 folikel dengan satu folikel dominan. Relatif tingginya kadar FSH dan LH
merupakan trigger turunnya estrogen dan progesterone pada akhir siklus. Selama
dan segera setelah haid, kadar estrogen relatif rendah tetapi mulai meningkat
karena telah terjadi perkembangan folikel.
Hari
ke 9-14 pada fase ini, terjadi kenaikan yang progresif dalam produksi estrogen
(terutama estradio) oleh sel granulose dari sel folikel yang berkembang. Karena kadar estrogen sel
folikel yang berkembang. Karena kadar estrogen meningkat, maka terjadi umpan
balik negative ke hormone gonadtropin.
b. Fase ovulasi
Hari
ke 14 lonjakan LH sangat penting pada proses ovulas. Ovulasi adalah pembesaran
folikel secara tepat yang di ikuti dengan protrusi dari permukaan korteks
ovarium dan pecahnya folikel dengan pengeluaran oosit.
c. Fase luteal
Hari
ke 15-28 sel granulose mengalami leteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus
luteum akan meningkatkan produksi progesterone dan estradiol. Korpus luteum
akan mengalami regresi pada hari ke 26-28 dan terjadilah haid jika terjadi
konsepsi maka korpus luteum akan bertahan dan berubah menjadi korpus luteum
gravidarum.
2.
Siklus Uterus endomatrium
a. Fase proliferasi.
Selam
fase folikular di ovarium, endomatrium berada di bawah pengaruh estrogen. Pada
akhir haid, proses regenerasi berjalan dengan cepat (fase proliferasi), pada
fase ploriferasi peran estrogen sangat menonjol.
b. Fase sekretorik.
Setelah
ovulasi, produksi progesterone menginduksi perubahan sekresi endomatrium. Pada
fase sekresi tampak kelenjar menjadi lebih berliku dan menggembung.
c. Fase haid.
Normal
fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada akhir fase ini terjadi regresi
corpus luteum yang berkaitan dengan menurunnya produksi estrogen dan
progesterone. Penurunan ini di ikuti dengan kontraksi spasmodic dari bagian
arteri spiralis sehingga endomatrium menjadi iskemik dan nekrosis sehingga
terjadi pengelupasan lapisan endomatrium dan terjadi perdarahan (haid).
Prostaglandin di produksi local dalam uterus akan meningkatkan kontraksi uterus
bersamaan dengan pengeluaran darah haid.
4. Etiologi anemia dan menoragia.
Banyak
sekali jenis anemia yang sudah di ketahui dengan berbagai manifestasi dan
etiologinya sehingga sebenarnya sulit untuk menyusun klasifikasi kelainan ini.
Namun ada beberapa ahli sependapat bahwa penyebab anemia dapat di
klasifikasikan dalam 3 kelas besar (prawirohardjo, 2014) yaitu :
·
Kerusakan produksi
eritroid sumsum tulang (hipopoliferasi).
·
Kerusakan maturasi
eritrosit (eritroipoesis yang tidak aktif).
·
Penurunan daya hidup
eritrisit (kehilangan darah dan hemolisis).
Anemia
bukanlah suatu penyakit tersendiri, akan tetapi merupakan gejala berbagai macam
penyakit dasar. Pada dasarnya anemia di sebabkan oleh : gangguan pembentukan
eritrosit oleh sumsum tulang,kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan),dan
proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis). (Nanda, 2013)
Penyebab anemia adalah :
a. Genetik
- Hemoglobinopati
- Thalasemia
- Abnormal ensim
glikolitik
- Fanconi anemia.
b.
Nutrisi
-
Difesiensi besi, difesiensi asam folat
-
Difisiensi cobal/vitamin B12
-
Alkoholis, kekurangan nutrisi/malnutrisi.
c. Perdarahan.
d. Obat-obatan dan
zat kimia.
Sedangkan
penyebab dari gangguan haid (menstruasi) sangat banyak, menurut (prawirohardjo, 2014) dan secara
sistematis dibagi menjadi tiga kategori penyebab utama, yaitu :
1. Keadaan patologi panggul.
a. Lesi pada permukaan pada traktus
genital.
- Mioma uteri, adenomiosis.
- Polip endomatrium (polip rahim).
- Hyperplasia endomatrium,
- Adenokarsinoma endomatrium, sarcoma.
- Infeksi pada serviks, polip.
- Trauma.
b. Lesi dalam.
- Adenomiosis difus, mioma uteri, hepetropi
mio etrium.
- Endometriosis.
- Malformasi arteri vena pada uterus.
2. Penyakit medis sistemik
- Gangguan hemostasi : penyakit von
willebrand, gangguan trombositopenia, dan gangguan platelets.
- Penyakit tiroid, hepar, gagal
ginjal, disfungfi kelenjar adrenal, SLE.
- Gangguan hypothalamus hipifisis:
adenoma, prolaktinoma, stres, olahraga berlebihan.
3. Perdarahan uterus disfungsi.
Merupakan
gangguan haid tanpa di temukan keadaan patologi pada panggul dan penyakit
sistemik.
Menoragia dibagi menjadi 3 bagian :
a. Gangguan pembekuan.
Keluhan
saat haid bersifat terbatas karena berlangsung sangat simultan di seluruh
endomatrium serta jaringan endomatrium yang terbentuk estrogen dan progesterone normal yang bersifat stabil.
Perdarahan menyebabkan lapisan endomatrium menjadi semakin menebal namun
akhirnya runtuh karena kurang sempurnanya progesterone yang ada di banding
dengan jumlah estrogen.
b. Gangguan dalam organ dalam pelvis.
Menoragia
biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus adenomiosis infeksi pelvis,
polips endometrial dan adanya benda asing seperti IUD. Wanita dengan pendarahan
haid melebihi 200 cc, 50% mengalami fibroid, sedangkan 40% pasien dengan
adenomiosis mengalami perdarahan haid melebihi 800 cc.
Meoragia
pada retrofleksi di sebabkan karena bendungan pada vena uterus sedangkan pada
mioma uteri, menoragia di sebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat,
perumukaan endomatrium yang luas dan bendungan vena uterus.
c. Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan
kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, kegemukan, dll
5. Patofisiologi Anemia dan Menoragia.
Timbulnya
anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah
merah atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
terpajan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di
ketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hempilisis(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Pada
siklus ovulasi terjadi perdarahan uterus disfungsi yang di sebabkan oleh
terganggunya kontrol lokal homeostasis dan vasokontriksi yang berguna untuk
mekanisme membatasi jumlah darah saat pelepasan jaringan endomatrium haid. Saat
ini telah di ketahui berbagai molekul yang berguna untuk mekanisme kontrol
tersebut, antara lain yaitu: endotelin, prostaglandin, enzim lisosom dan fungsi
platelet beberapa keadaan lain yang menyebabkan terjadinya perdarahan uterus
disfungsi pada siklus ovulasi adalah korpus luteum resisten dan insufisiensi
korpus luteum (Anwar m. , 2011).
Pada
siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan pada endomatrium.
Endomatrium mengalami poliferasi berlebih tetapi tidak di ikuti dengan
pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesterone rendah.
Endomatrium jadi tebal tapi rapuh, jaringan endomatrium lepas tidak bersamaan
dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak teratur.
Penyebab anovulasi bermacam-macam mulai dari belum matangnya aksis hypothalamus, hipofisis
ovarium sampai suatu keadaan yang menganggu aksis hypothalamus-hipofisis
ovarium sehingga terjadi perdarahan uterus disfungsi anovulasi (Anwar m. ,
2011).
6. Tanda dan gejala Anemia dan Menoragia.
Tanda dan gejala anemia :
a. Anemia ringan.
- Kelelahan.
- Penurunan energy
- Kelemahan
- Sesak nafas
- Palpitasi (rasa jantung balap atau pemukulan tidak teratur)
- Tampak pucat. (Proverwati, 2011)
b. Anemia berat.
Beberapa
tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada seseorang dapat mencakup :
- Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja
lengket dan berbau busuk, berwarna merah marun atau tampak berdaraah jika
anemia karena kehilangan darah melalui saluran pecernaan.
- Denyut jantung cepat.
- Tekanan darah rendah.
- Frekuensi pernafasan cepat.
- Pucat, kulit dingin.
- Kulit kering, disebut juga jaundice jika anemia karena
kerusakan sel darah merah.
- Murmur jantung
- Pembesaran limfa dengan penyebab anemia tertentu.
- Nyeri dada, angina, atau serangan jantung, dan pingsan.
- Pusing atau kepala terasa ringan (terutama ketika berdiri
atau dengan tenaga)
- Tidak berkonsentrasi.
Beberapa
jenis anemia mungkin memiliki gejala yang lainnya seperti :
- Sembelit.
- Daya konsentrasi rendah
- Kesemutan.
- Rambut rontok
- Malaise (rasa tidak sehat) dan
- Memburuknya masalah jantung.
Tanda
dan gejala menoragia :
- Perdarahan
fase menstruasi yang berlebihan.
- Perdarahan
diantara dua siklus haid.
- Nyeri
mengejang pada abdomen bagian bawah.
- Lesu
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
- Sakit
kepala.
- Kelemahan.
- Kelelahan;
- Kesemutan
pada kaki dan tangan.
7. Klasifikasi Anemia dan Manoragia.
Adapun
macam-macam anemia (Proverwati, 2011) :
a. Anemia defesiensi vitamin B12
Anemia
defesiensi vitamin B12 adalah jumlah sel darah merah yang rendah,
yang di sebabkan karena kekurangan vitamin B12. Kurangnya vitamin B12
dalam diet mungkin disebabkan oleh:
·
Makan makanan
vegetarian.
·
Miskin diet di masa
bayi.
·
Kurang gizi selama
kehamilan.
b. Anemia defesiensi asam folat
Anemia
defesiensi folat adalah penurunan jumlah sel-sel darah merah (anemia) karena
kekurangan folat. Anemia adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak memiliki cukup
sehat sel darah merah. Sel darah merah menyediakan oksigen ke jaringan tubuh.
Penyebab dari anemia defesiensi folat, yaitu:
·
Obat-obatan tertentu,
alcohol, methotrexate, sulfasalazine, triamterene dsb.
·
Alkoholisme kronis.
·
Infeksi dengan cacing
pita ikan, atau masalah lain yang membuat sulit bagi tubuh untuk mencerna
makanan.
·
Kurang mengonsumsi
makanan asam folat.
·
Operasi yang menghapus
bagian tertentu dari perut atau usus kecil, seperti beberapa operasi penurunan
berat badan.
c. Anemia defesiensi besi
Anemia
adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak memiliki cukup sehat sel darah merah.
Sel darah merah menyediakan oksigen ke jaringan tubuh. Penyebab anemia
defesiensi besi, adalah:
·
Pendarahan. Jika
pendarahan berlebihan atau terjadi selama periode tertentu (kronis), tubuh
tidak akan dapat mencukupi kebutuhan zat besi untuk di simpan untuk
menghasilkan hemoglobin yang cukup untuk menggantikan yang hilang.
·
Kurang asupan makanan.
Kurangnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi pada anak-anak maupun
ibu hamil.
·
Gangguan penyerapan.
d. Anemia penyakit kronis.
Anemia
adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak memiliki sel darah merah yang cukup dan
sehat. Penyebab dari anemia penyakit kronis adalah :
·
Gangguan autoimun.
·
Kanker, terutama
limfoma.
·
Penyakit ginjal kronik.
·
Infeksi jangka panjang
HIV/AIDS, osteomielitis, hepatitis B dan C.
e. Anemia hemolitik.
Anemia
hemolitik adalah suatu kondisi dimana tidak cukup sel darah merah dalam darah,
karena kerusakan dini sel-sel darah merah. Penyebab dari anemia hemolitik yaitu
:
·
Kelainan pada protein
yang membangun sel-sel darah merah normal.
·
Perbedaan protein di
dalam sel darah merah yang membawa oksigen.
f. Anemia aplastik idiopatik.
Anemia
aplastik idiopatik adalah suatu kondisi dimana sumsum tulang gagal membuat
sel-sel darah secara normal. Sumsum tulang adalah jaringan lembut, mengandung banyak
lemak di pusat tulang. Anemia aplastik idiopati disebabkan oleh cedera pada sel
induk darah, sel belum matang dalam sumsum tulang yang menimbulkan efek pada
semua jenis sel darah lainnya.
g. Anemia megaloblastik.
Anemia
megaloblastik adalah gangguan darah dimana ukuran sel lebih besar dari sel
darah merah normal. Adapun penyebabnya, yaitu :
·
Penyalahgunaan alcohol.
·
Mewarisi gangguan
tertentu.
·
Obat yang mempengaruhi
DNA, seperti obat kemoterapi.
·
Leukemia.
·
Kekurangan vitamin B12.
h. Anemia pernisiosa.
Anemia
pernisiosa adalah penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan.
Adapun penyebabnya karena kurang vitamin B12 untuk membuat sel-sel
darah merah.
i. Anemia aplastik sekunder.
Anemia
aplastik sekunder adalah kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah
yang cukup. Penyebab dari anemia aplastik sekunder, yaitu :
·
Obat tertentu.
·
Kemoterapi.
·
Muncul pada saat lahir.
·
Terapi obat untuk
menekan system kekebalan tubuh.
·
Kehamilan.
·
Terapi radiasi.
j. Anemia sel sabut (Proverwati, 2011)
anemia
sel sabit adalah penyakit keturunan dimana sel darah merah berbentuk sabit
abnormal. Anemia sel sabit di sebabkan
oleh jenis abnormal hemoglobin, berupa hemoglobin S. disebut hemoglobin S
Karena mendistorsi bentuk sel darah merah.
Adapun
macam-macam gangguan pada siklus haid:
a. Menoragia (hiperminore)
Peradarahan
haid dengan jumlah darah lebih banyak dan durasi/waktu lebih lama dari normal
dengan siklus yang teratur. Atau perdarahan dengan 80 ml/siklus dan durasi
lebih lama dari normal atau lebih dari 7 hari.
b. Hipomenorea.
Perdarahan
haid dengan darah lebih sedikit dan atau durasi lebih pendek.
c. Polimenoria.
Perdarahan
haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal yaitu kurang dari 21 hari.
d. Oligomenoria.
Haid
dengan siklus lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari.
e. Amenorea.
Tidak
terjadi haid pada seorang wanita dengan mencakup salah satu dari tiga tanda,
yaitu :
1. Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, di sertai tidak
adanya pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder.
2. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, di sertai adanya
pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin sekunder.
3. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
pada perempuan yang sebelumnya pernah haid.
4. Dismenorhea.
Yaitu
nyeri haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat pada bagian bawah abdomen.
Keluhan nyeri haid ini berpariasi dari yang mulai ringan sampai ke terberat.
5. Sindroma prahaid.
Berbagai
keluhan muncul sebelum haid, yaitu cemas, lelah, susah konsentrasi, susah
tidur, hilang energy, sakit kepala, sakit perut, dan sakit payudara. Sindroma
prahaid biasanya di temukan pada 7-10 hari menjelang haid (Anwar m. ,
2011).
8. Pemeriksaan
Diagnostik .
a. Pemeriksaan Lab lengkap.
b. Darah kadar vitamin B12, asam folat, dan vitamin
dan mineralnya.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
d. USG.
9. Pengobatan Anemia dan Menoragia.
Pengobatan
harus di tunjuk pada penyebab anemia, dan mungkin termasuk :
a. Transfuse darah.
b. Kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan system
kekebalan tubuh.
c. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat
sel-sel darah.
d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau
vitamin dan mineral lainnya.
Pengobatan
medikamentosa untuk menoragia dapat di lakukan seperti:
a. Kombinasi estrogen progestin(tata cara pengobatan
perdarahan ireguler).
b. Progestin (diberikan
bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen. Tata cara pengobatan sesuai
dengan pengobatan perdarahan ireguler.
c. NSAID (obat anti inflamasi nonsteroid).
d. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi levonorgestrel.
10. Komplikasi.
- Hipoksia .
- Penyakit jantung.
- Anemia (bagi Menoragia).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
Pengkajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,verifikasi dan komunikasi
data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah
pengumpulan data dari sumber primer(klien) dan pengumpulan data dari sumber
sekunder(keluarga tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk
diagnose keperawatan.
Tujuan
dari pengkajian adalah menetapkan dasar tentang kebutuhan, masalah
kesehatan,pengalaman yang berkaitan, praktek kesehatan, tujuan, nilai dan gaya
hidup yang di lakukan klien. Informasi yang terkandung dalam dasar data adalah
dasar untuk mengindividualisasikan
rencana asuhan keperawatan, mengembang dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan
keperawatan untuk klien (potter&perry 2005)
a. Aktivitas/istrahat.
- Gejala : keletihan,kelemahan,malaise
umum. Kehilangan
produktivitas,
penurunan semangat bekerja.toleransi
terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istrahat
lebih banyak.
- Tanda : takikardia/takipnea
: dispnea pada bekerja atau istrahat.
Lateragi menarik diri, apatis, lesu, kurang
tertarik pada
Sekitanya. Kelemahan otot dan penurunan
kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun,
postur
Lunglai,berjalan lambat dan tanda-tanda lain
yaitu
keletihan.
b. Sirkulasi
-
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis
: perdarahan GI
kronis,,menstruasi berat (DB), angina CHF
(akibat kerja
jantung berlebihan, riwayat endokarditis
infektif kronis,
palpitasi (takikardia kompensasi)
-
Tanda : TD : peningkatan sistolik dan diastolic
stabil dan
tekanan darah melebar : hipotensi postural,
distritmia :
EKG abnormal, bunyi jantung murmur.
Ektremitas
(Warna) : pucat pada kulit dan membran mukosa
(konjungtiva,mulut,faring,bibir)dan dasar
kuku.(pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai
keabu-
abuan), scelera biru atau putih, pengisian
kapiler lambat,
rambut kering, mudah putus, menipis, dan
beruban
secara tidak teratur.
c. Integritas ego.
- Gejala :
Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilhan
pengobatan,
mis : penolakan transfuse darah.
- Tanda :
Depresi.
d. Eliminasi.
- Gejala : riwayat
pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom
malabsorbsi, hematemesis, feces dengan
darah segar,
melena, diare atau konstipasi
- Tanda :
distensi abdomen
e. Makanan/cairan.
- Gejala :
penurunan masukan diet protein hewani, dan zat besi.
Nyeri
mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring),mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia, adanya
penurunan BB
- Tanda : lidah
Nampak merah daging/halus, membrane mukosa
kering,pucat. Turgor kulit:buruk, kering,
tampak
kusut/hilang elastasis, stomatitis dan
glositis (status
defesieensi). Bibir:selitis, mis, inflamasi
bibir dengan
sudut mulut pecah.
f. Personal higyene.
- Tanda :
kurang bertenaga,penampilan tak rapih.
g. Neurosensori.
- Gejala : sakit
kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tintius,
ketidakmampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan
penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk,
kaki goyah, parestesia
tangan/kaki,
klaudikasi sensasi merasa menjadi dingin.
- Tanda : peka
rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur,apatis.
Mental: tak mampu berespon lambat dan
dangkal.
Oftalmik: hemoragis retina, epitaksis,
perdarahan dari
lubang-lubang. Gangguan koordinasi, ataksia:
penurunan rasa getar dan posisi.
h. Nyeri/kenyamanan.
- Gejala : nyeri
abdomen samar, sakit kepala.
i. Pernafasan.
- Gejala : riwayat
TB, abses paru, nafas pendek pada istrahat dan
aktivitas
- Tanda :
takipnea, ortopnea, dan dispnea.
j. Keamanan.
- Gejala :
riwayat pekerjaan terpajan bahan kimia, mis; benzen,
insektisida, fenilbutazon, nafatalen.
Riwayat terpajan
pada
radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak
toleran terhadap dingin dan/panas. Transfuse darah
sebelumnya.Gangguan penglihatan, penyembuhan
luka
buruk,sering infeksi.
- Tanda : demam
rendah, menggigil, berkeringat pada malam.
Limfadenopati umum, patekie dan ekimosis.
k. Seksualitas.
- Gejala : perubahan
aliran menstruasi, mis; menoragia atau
amnore,
hilang libido (pria dan wanita), impoten.
- Tanda : serviks
dan dinding vagina pucat.
l. Penyuluhan/pembelajaran
- Gejala :
kecendrungan keluarga untuk anemia, penggunaan
alcohol kronis, adanya perdarahan aktif.
Riwayat
penyakit;hati, ginjal, kanker.
2. Diagnosa keperawatan.
Diagnose
keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial
klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten
untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien di dapatkan dari data
dasar pengkajian, tinjauan literature yang berkaitan, catatan medis klien masa
lalu, dan konsultasi dengan professional lain, yang kesemuanya di kumpulkan
selama pengkajian.
Diagnose
keperawatan yang dirumuskan memberi arahan untuk proses perencanaan dan
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang di inginkan Selain
itu, itu diagnose keperawatan dan rencana asuhan yang mengikutinya membantu
dalam mengomunisasikan pada professional lain masalah yang berpusat pada klien
melalui rencana asuhan keperawatan, konsultasi, perencanaan pemulangan, dan
konferensi klien (potter, 2005)
Adapun
diagnose yang muncul pada gangguan anemia(doenges 2014) yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan, perubahan berhubungan dengan
penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke
sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
anatara suplai oksigen (pengirim) dan kebutuhan.
3. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan/labsorpsi nutrient
yang di perlukan untuk pembentukan SDM normal.
4. Integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap perubahan
sirkulasi dan neurologis (anemia) .
5. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan
diet;perubahan proses pencernaan efek samping terapi obat.
6. Infeksi, resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak
adekuat, msi;penurunan Hb.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan
tubuh pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
3. Intervensi Keperawatan.
Terdapat
3 kategori intervensi keperawatan: intervensi yang di prakarsai oleh
perawat,dokter dan kolaboratif.
Intervensi
perawat adalah respon perawat terhadap kebutuhan perawat kesehatan dan diagnose
keperawatan. Tipe intervensi ini adalah suatu tindakan autonom berdasarkan
rasional ilmiah yang di lakukan untuk
keuntungan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan
diagnose keperawatan dan tujuan klien. Intervensi perawat mencakup mencakup
aspek praktek keperawatan professional yang tercakup oleh lisensi dan hukum.
Intervensi
dokter didasarkan pada respon dokter terhadap diagnose medis, dan perawat
menyelesaikan instruksi tertulis dokter. Memberikan
medikasi,mengimplementasikan suatu prosedur invasive, mengganti balutan, dan
menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic merupakan contoh dari intevensi
tersebut.
Intervensi
kolaboratif adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan
keahlian dari berbagai professional perawatan kesehatan. (potter, 2005)
Adapun
intervensi dari diagnose keperawatan (doengos 2014), yaitu:
1.
Dx I : Gangguan perfusi
jaringan, perubahan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel,
Kemungkinan di buktikan oleh :
-
Palpitasi, angina.
-
Kulit pucat, membrane
mukosa kering, kuku dan rambut rapuh.
-
Ektremitas dingin.
-
Penurunan haluaran
urine.
-
Mual/muntah, distetnsi
abdomen.
-
Perubahan TD, pengisian
kapiler lambat
- Ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi.
Hasil yang di
harapkan/criteria evaluasi :
-
Menunjukkan perfusi
adekuat, mis; tandavital stabil, membrane mukosa warna merah mudah.
-
Pengisian kapiler baik,
haluara urine adekuat.
- Mental seperti biasa (rileks).
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian
kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
|
Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
|
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi
|
Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler, catatan; kontraindikasi bila ada
hipotensi.
|
Awasi upaya pernafasan; auskultasi bunyi
nafas perhatikan bunyi adventisius.
|
Dispnea, gemercik menunjukkan GJK karean
regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.s
|
Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
|
Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
|
Kaji untuk respon verbal melambat, mudah
terangsang, agitasi, gangguan memori, bingung.
|
Dapat mengidentifikasi ganguan fungsi
serebral karena hipoksia.
|
Orientasikan ulang pasien sesuaai kebutuhan.
Catat jadwal aktivitas pasien untuk di rujuk. Berikan cukup waktu untuk
pasien berfikir, komunikasi dan aktivitas.
|
Membantu memperbaiki proses fikir dan
ketidakmampuan melakukan/mempertahankan kebutuhan AKS.
|
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu
lingkungan dan tubuh hangat sesui indikasi.
|
Vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan
sirkulasi perifer. Kenyamanan pasein/kebutuhan rasa hangat harus seimbang
dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatsi.
(penurunan perfusi organ)
|
Hindari penggunaan bantalan penghangat atau
botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
|
Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena
gangguan oksigen.
|
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboraturium, mis: Hb/Ht
dan jumlah SDM, GDA
|
Mengidentifikasi defesiensi dan kebutuhan
pengobatan respon terhadap terapi.
|
Berikan SDM darah lengkap, awasi ketat untuk
komplikasi transfuse.
|
Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki
defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.
|
Berikan O2 sesuai kebutuhan
|
Memaksimalkan transpor O2 ke
jaringan.
|
Siapkan intervensi pembedahan sesuai
indikasi.
|
Tranplantasi sumsum tulang di lakukan pada ke
gagalan sumsum tulang/anemia aplastik.
|
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
anatara suplai oksigen (pengirim) dan kebutuhan.
Kemungkinan di buktikan oleh :
- Kelemahan dan kelelahan.
- Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan.
- Lebih banyak memerlukan istrahat/tidur.
- Palpitasi, takikardia, peningkatan TD/ respon pernafasan
dengan kerja ringan.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
- Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
aktivitas sehari-hari).
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis;
nadi pernafasan, dan TD dalam rentang normal pasien.
Tindakan/Intevensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Kaji kemampuan
klien untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan
kesulitan menyelesaikan tugas.
|
Mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.
|
Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan
gaya jalan kelemahan otot
|
Menunjukkan perubahan neurologi karena
defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan klien/resiko cidera.
|
Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan
sesudah aktivitas (mis; peningkatan denyut jantung/TD, Distritmia, pusing,
dispnea, takipnea,dsb.
|
Manifestasi kordiopulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
|
Berikan lingkungan tenang. Pertahankan
tirah baring bila di indikasikan . pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan
gangguan berulang tindakan yang tidak di rencanakan.
|
Meningkatkan istrahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
|
Ubah posisi pasien dengan perlahan dan
pantau terhadap pusing.
|
Hipotensi postural atau hipoksia
serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko cidera.
|
Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan
untuk meningkatkan istrahat. Pilih periode istrahat dengan periode aktivitas.
|
Mempertahankan tingkat energy dan
meningkatkan regangan pada system jantung dan pernafasan.
|
Berikan bantuan dalam
aktivitas/ambulsi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak
mungkin.
|
Membantu bila perlu, harga diri di
tingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
|
Rencanakan kemajuan aktivitas dengan
pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan aktivitas
seni sesuai toleransi
|
Meningkatkan secara bertahap tingkat
aktivitas sampai normal dan memperbaiki harga diri dan rasa terkontrol.
|
Gunakan tekhnik penghematan energi
mis;mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.
|
Mendorong pasien melakukan banyak
dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelelahan.
|
Anjurkan pasien untuk menghentikan
aktivitas bila palpitasi,nyeri dada,napas pendek,kelemahan,atau pusing
|
Regangan stres kordipilmonal
berlebihan/stres dapat menimbulkan dekompensasi/kegagalan.
|
3. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan/labsorpsi nutrient
yang di perlukan untuk pembentukan SDM normal.
Kemungkinan di buktikan oleh :
- Penurunan BB/ BB di bawah normal untuk usia, tinggi dan
bangun badan.
- Penurunan lipatan kulit trisep.
- Perubahan gusi, membrane mukosa kulit.
- Penurunan toleransi untuk aktivitas,kelemahan, dan
kehilangan tonus otot.
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan BB atau BB dalam batas normal.
- Tidak mengalami malnutrisi.
- Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan/mempertahankan BB yang sesuai.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Kaji riwayat
nutrisi, termasuk makanan yang di sukai.
|
Mengidentifikasi defisiensi, menduga
kemungkinan intervensi
|
Observasi dan catat masukan makanan
pasien.
|
Mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan
|
Timbang BB tiap hari
|
Mengawasi penurunan BB atau
efektivitas intervensi nutrisi
|
Berikan makanan sedikit frekuensi
sering dan/atau makan diantara waktu makan.
|
Makan sedikti dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
|
Observasi dan catat kajadian
mual/muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan.
|
Gejala GI dapat menunjukkan efek
anemia (hipoksia) pada organ
|
Berikan dan bantu hygiene mulut yang
baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk menyikat gigi,
berikan pencuci mulut yang di encerkan
bila mukosa oral luka.
|
Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan
oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
Tekhnik perawatan mulut khusus mungkin di perlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
|
Kolaborasi :
Konsul ahli gizi
|
Membantu dalam membuat rencana diet
untuk memnuhi kebutuhan individual.
|
Pantau pemeriksaan Laboraturium, mis;
Hb/Ht, BUN, albumin, protein, transferin, besi serum, B12 asam
folat, TIBC, elektrolit serum
|
Membantu dalam membuat rencana diet
untuk memenuhi kebutuhan individual.
|
Berikan obat sesuai indikasi, mis;
vitamin, suplemen mineral.
|
Meningkatkan efektivitas program
pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang di butuhkan.
|
Tambahan besi oral, mis; fero
sulfat(feosol), fero glukonat (fergon).
|
Mungkin berguna pada beberapa tipe
anemia difesiensi besi.
|
Berikan diet halus, rendah serat,
menghindari makanan panas, pedas, atau terlalu asam sesuai indikasi.
|
Bila ada lesi oral, nyeri dapat
membatsi tipe makanan yang dapat di toleransi pasien.
|
Berikan suplemen nutrisi, mis; ensure,
isocal.
|
Meningkatkan masukan protein dan
kalori.
|
4. Integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap
perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia) .
Kemungkinan di buktikan oleh :
- Tidak dapat di terapkan; adanya tanda-tanda gejala-gejala
membuat diagnose actual.
Kriteria hasil/ hasil yang di harapkan :
- Mempertahankan integritas ego.
- Mengidentifikasi faktor resiko/perilaku individual untuk
mencegah cidera dermal.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Kaji integritas
kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritmia,
ekskoriasi.
|
Kondisi kulit di pengaruhi oleh
sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi, jaringan dapat menjadi rapuh dan
cenderung untuk infeksi dan rusak.
|
Ubah posisi secara periodic dan pijat
permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur.
|
Meningkatkan sirkulasi ke semua area
kulit membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
|
Ajarkan permukaan kulit kering dan
bersih. Batasi penggunaan sabun.
|
Area lembap, terkontaminasi memberikan
media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat
mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningktkan iritasi.
|
Bantu klien untuk latihan rentabf
gerak aktif dan pasif.
|
Meningkatkan sirkulasi jaringan,
mencegah statis.
|
Kolaborasi:
Gunakan alat
pelindung, mis; kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air, pelindungn
tumit/siku, dan bantal sesuai indikasi.
|
Menghindari kerusakan kulit dengan
mencegah/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.
|
5. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan
diet;perubahan proses pencernaan efek samping terapi obat.
Kemungkinan di buktikan oleh :
- Perubahan pada frekuensi, karakteristi, dan jumlah feces.
- Mual/muntah, penurunan nafsu makan.
- Laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram
- Gangguan bunyi usus.
Hasil yang di harapkan./kriteria hasil :
- Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
- Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang di perlukan
sebagai penyebab, faktor pemberat.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Observasi warna
feces, konsistensi, frekuensi, dan jumlah
|
Membantu mengidentifikasikan
penyebab/faktor memperberat dan intervensi yang tepat
|
Auskultasi bunyi usus
|
Bunyi usus secara umum meningkat pada
diare dan menurun pada konstipasi.
|
Awasi masukan dan pengeluaran dengan
perhatian khusus pada makanan/cairan.
|
Dapat mengidentifikasikan dehidrasi,
kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasikan defesiensi diet.
|
Dorong masukan cairan 2500-3000
ml/hari dalam toleransi jantung.
|
Membantu dalam memperbaiki konsistensi
feces bila konstipasi. Akan membantu mempertahankan status hidrasi pada
diare.
|
Hindari makanan yang membentuk gas.
|
Menurunkan distress gastric dan
distensi abdomen.
|
Kaji kondisi kulit perianal setiap
defekasi bila terjadi diare.
|
Mencegah ekskoriasi kuli dan kerusakan
|
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli
gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi serat dan bulk
|
Serat menahan enzim pencernaan dan
mengabsorbsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan
demikian menghasilkan buil, yang bekerja dengan sebagai perangsang untuk
defekasi.
|
Berikan pelembek feces,stimulant
ringan,laktasif pembentuk bulk,atau edema sesuai indikasi. Pantau ke
efektifan
|
Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
|
Berikan obat antidiare, dan obat
pengabsosrbsi air.
|
Menurunkan motilitas usus bila terjadi
diare.
|
6. Infeksi, resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak
adekuat, msi;penurunan Hb.
Kemungkinan di buktikan oleh :
- Tidak dapat di terapkan tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnose actual.
Hasil yang di harapkan :
- Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
- Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau
eritema, dan demam.
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Tingkatkan cuci
tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien.
|
Mencegah kontaminasi silang/kolonisasi
bacterial, catatan;pasien anemia berat/aplastik dapat beresiko akibat flora
normal kulit.
|
Pertahankan tekhnik aseptic ketat pada
prosedur/perawatan luka.
|
Menurunkan resiko kolonisasi/infeksi
bakteri.
|
Berikan perawatan kulit, perianal dan
oral dengan cermat.
|
Menurunkan resiko kerusakan
kulit/jaringan infeksi.
|
Dorong perubahan posisi/ambulasi yang
sering, latihan batuk, dan napas dalam
|
Meningkatkan ventilasi semua segmen
paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
|
Tingkatkan caia adekuat.
|
Membantu dalam pengenceran secret
pernafsan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
(mis; pernafasan dan ginjal)
|
Pantau suhu. Catat adanya menggigil
dan takikardia dengan atau tanpa demam.
|
Adanya proses inflamasi/infeksi
membutuhkan evaluasi.
|
Amati aritema/cairan luka
|
Indicator infeksi lokal. Catatan:
pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
|
Kolaborasi:
Ambil specimen
untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi.
|
Memebedakan adanya infeksi,
mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
|
Berikan antiseptic topical; antibiotic
sistemik.
|
Mengkin digunakan secara propilaktik
untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.
|
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan
tubuh pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
Kemungkinan di buktikan oleh :
- Pertanyaan, meminta informasi.
- Pernyataan salah konsepsi.
- Tidak akurat mengikuti instruksi.
- Terjadi komplikasi yang dapat di cegah.
Hasil yang di harapkan/kriteria hasil:
-
Menyatakan pemahaman
proses penyakit, prosedur diagnostic, dan rencana pengobatan.
-
Mengidentifikasi faktor
penyebab.
-
Melakukan tindakan yang
perlu/perubahan pola hidup.
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
Berikan
informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
|
Memberikan
dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
|
Tinjau
tinjauan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
|
Ansietas/takut
tentang ketidakadekuatan meningkatkan tingkat stres, yang selanjutnya
meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa yang di perkirakan
menurunkan ansietas.
|
Kaji
sumber-sumber (mis; keuangan dan memasak )
|
Sumber tidak
adekuat dapat mempengaruhi kemampuan untuk membuat/menyiapkan makanan yang
tepat.
|
Diskusikan
pentingnya hanya minum obat yang di resepkan.
|
Kelebihan
dosis obat besi dapat menjadi toksik.
|
Sarankan
minum obat dengan makan atau segera setelah makan.
|
Besi paling
baik diabsorpsi pada lambung kosong. Namun garam besi merupakan iritan
lambung dan dapat menyebabkan
dyspepsia, diare, dan distensi abdomen bila di minum saat lambung
kosong.
|
Tekankan
pentingnya menjaga kebersihkan mulut.
|
Suplemen
besi tertentu dapat meninggalkan sisa pada gigi dan gusi.
|
Telaah
kebersihan mulut, pentingya perawatan gigi teratur.
|
Efek anemia
dan suplemen besi meningkatkan resiko infeksi.
|
Instruksikan
untuk menghindari produk aspirin.
|
Meningkatkan
kecederungan perdarahan.
|
Rujuk ke
sumber komunitas yang tepat bila indikasi, mis; kupon makan dari pelayanan
social.
|
Mungkin
memerlukan bantuan dengan persiapan makan/penjual makanan.
|
4. Implementasi.
Implementasi
yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang di perkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan di selesaikan.
Implementasi
mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari. (potter, 2005)
5. Evaluasi.
Evaluasi
dari pelayanan kesehatan adalah proses yang di gunakan menentukan kualitas
asuhan dan pelayanan yang di berikan kepada klien. Setiap perawatan yang
professional di harapkan untuk mengevaluasi keberhasilan dirinya dalam
memberikan asuhan keperawatan yang efektif. (potter, 2005)
Suatu
evaluasi dapat di katakana berhasil, apabila :
1. Gangguan perfusi jaringan teratasi.
2. Intoleransi aktivitas tidak tejadi.
3. Gangguan nutrisi teratasi.
4. Integritas, kerusakan, resiko, tidak terjadi.
5. Konstipasi atau diare dapat teratasi.
6. Infeksi, resiko tidak terjadi.
7. Kecemasan berkurang/teratasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar