A.
Konsep
Dasar Medis
1 Pengertian
GEA (Gastroenteritis Akut) adalah peradangan yang terjadi
pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai
muntah.
GEA (Gastroenteritis Akut) adalah defekasi encer lebih dari
tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/lender dalam tinja.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa GEA (Gastroenteritis Akut) adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan diare dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
parasit yang pathogen. ( Menurut Rudi Haryono 2012)
GEA (Gastroenteritis Akut) adalah peradangan pada mukosa
lambung dan usus halus. (Menurut Taufan,Srtting & Layout 2011)
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai adanya
muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleransi
terhadap makanan / minuman tertentu.(Menurut Deden & Taufik 2010).
2.
Anatomi
Fisiologi
Gambar 1. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Anatomi
Sistem pencernaan atau system gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat di cerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan lambung usus halus , usus besar, rectum dan anus, system
pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pancreas, hati dan kandung
empedu.
a. Mulut
Merupakan
suatu rongga terbuka masuknya makanan dan air paada hewan.Mulut biasanya
terletak dikepala dan umumnya merupakan bagian awal dari system pencernaan
lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk system
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lender. Pengecapan
dirasakan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah. Pengecapan
ralatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Dalam mulut
terdiri proses potong memotong yang dilakukan oleh gigi depan dan dikunyah oleh
gigi belakang (molar,geraham) ludah akan
membungkus bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
pencernaan ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
b. Faring
dan Esofagus
Faring
merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Esofagus
merupakan saluran berotot yang relative lurus dan berjalan memanjang di antara
faring dan lambung. Sebagian besar esophagus terletak didalam rongga toraks dan
menembus diagfragma untuk menyatu dengan lambung dirongga abdomen beberapa
sentimeter dibawah diafragma. Mobilitas yang berkaitan dengan faring dan
esophagus(kerongkongan) adalah menelan/ dalam proses menelan yang sebenarnya mengacu
pada keseluruhan proses pemindahan makanan dari mulut melalui esophagus(kerongkongan)
lalu kedalam lambung. Dalam proses menelan dibagi menjadi dua tahap, yaitu;
Tahap orofaring dan tahap esophagus(kerongkongan).Tahap orofaring
berlangsung sekitar satu detik yang
berupa perpindahan bolus dari mulut melalui faring dan masuk ke kerongkongan.
c. Lambung
Lambung adalah ruang berbentuk
kantung yang mirip huruf “J” yang terletak di antara esophagus dan usus halus.
Lambung dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan pebedaan anatomis, histologist dan fungsional, diantaranya yaitu;
Fundus, dan antrum.Dalam lambung terdapat empat aspek motilitas lambung, yaitu
:
1) Pengisian
lambung
2) Penyimpanan
lambung
3) Pencampuran
lambung
4) Pengosongan
lambung
Tiga factor terpenting yang
mempengaruhi pengosongan lambung adalah
d. Lemak
Lemak
merupakan perangsang terkuat untuk menghambat motilitas lambung sehingga
apabila kita amati kecepatan pengosongan makanan yang sangat berlemak itu
memakan waktu kurang lebih enam jam dibandingkan dengan makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein itu mungkin
telah meninggalkan lambung kurang lebih tiga jam yang lalu.
e. Asam
lambung
Karena
lambung mengeluarkan asam HCL (hidroklorida) kimus-kimus yang sangat asam akan
dikeluarkan kedalam duodenum tempat mengalami
netralisis oleh natrium bikarbonat.
f. Hipertonisitas
Pada
pencernaan molekul protein dan kanji dilumen duodenum, dibebaskan jumlah besar mulekol
asam amino dan glukosa. Apabila kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat
maka molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut tetap berada didalam kimus dan
akan meninggalkan osmolaritas isi duodenum, apabila hal ini terus berlanjut
maka secara reflex pengosongan lambung akan dihambat hingga proses penyerapan
mengimbang proses pencernaan.
g. Usus
halus
Usus
halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan pencernaan dan
penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus, maka tidak terjadi lagi
pencernaan, walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air.
h. Usus
besar
Terdiri
dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen trans-versum yang memanjang
dari abdomen kanan atas kekiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen.
Bagian ujung dari usus besar terdiri dari kolon sigmoid dan rectum berlanjut
pada anus.
3.
Etiologi
Tingginya
angka kematian akibat diare tersebut
masih disebabkan oleh beberapa factor memuaskan, kepadatan penduduk, social ekonomi
maupun pendidikan pendidikan atau pengetahuan dan perilaku masyarakat yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penyakit diare ini.penyebab
diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
a. Faktor
infeksi
Infeksi internal adalah
infeksi pencernaan yang merupakan penyebab diare pada anak di sebabkan oleh
bakteri shigella, Salmonella, dan E.coli.
b. Infeksi
Parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media
Akut yang banyak terdapat pada bayi dan anak dibawah dua tahun.
c. Faktor
Mal Absorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoransi, Laktosa Maltosa dan Subkorosa)
dan monosakarida (intolerance Glukosa, Fruktosa dan Glukosa) pada bayi dan anak
yang terpenting dan terserang malabsorbsi lemak dan protein.
d. Faktor
makanan
Faktor makanan adalah seperti
makanan beracun, basi dan alergi terhadap makanan yang ia makan.
e. Faktor
Psikologis
Faktor psikologis yaitu rasa
takut dan cemas (jarang terjadi pada anak namun sering terjadi).
4.
Insiden
Setiap tahun
diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita, dan hamper tidak ada
perubahan dalam dua decade terakhir. Anak-anak adalah kelompok usia rentan
terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah dua
tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.
Menurut
hasil riskesdas tahun 2013, insiden penyakit diare pada balita adalah 10,2 %
kejadian luar biasa Diare di Indonesia
pada tahun 2011 adalah 0,29 % meningkat menjadi 2,06 % ditahun 2012 lalu
mengalami penurunan ditahun 2013 meningkat menjadi 11,76 %.Proporsi kasus diare
yang ditangani adalh 41,34 % sedangkan sisanya 58,66 % tidak mendapatkan
penanganan.
5. Manifestasi klinik
Mula-mula
anak balita menjadi cengeng, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai linder atau dan
darah. Warna tinja lama kelamaan akan berubah kehijau-hijauan karena tercampur empedu,karena
seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi
asam akibat banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala
muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Anak-anak yang tidak
mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan jatuh pada keadaan-keadaan
seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, gamgguan
gizi, gangguan sirkulasi.
6. Patofisiologi
Yang merupakan dampak dari timbulnya diare adalah :
1. Gangguan
osmolitik akibat terdapat makanan atau zat yang tidak diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi. Sehinnga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isis rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan
sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan rongga usus.
3. Gangguan
motilitas usus, hiperpelistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan ,sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesisnya :
a. Masuknya
jasad renik yang masi hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewatkan rintangan
asam lambung.
b. Jasad
renik tersebut berkembang biak dalam usus halus.
c. Oleh
jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
d. Akibat
toksin itu, terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan timbul diare
7.
Pemeriksaan
diagnostik
1. Pemeriksaan
fisik
a. Makroskopis
dan mikroskopis
b. pH(potential
of hydrogen) dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest
bila diduga terdapat intoleransi glukosa.
c. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dan darah dengan cara menentukan pH(potential
of hydrogen) dan cadangan alkali (lebih tepat lagi dengan pemeriksaan AGD
(Analisa gas darah) Bila memungkinkan.
3. Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan
elektrolit
Terutama pada Na, K, Ca, (Natrium,klorida,circa)
dan Fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5. Pemeriksaan
intubasi
Untuk mengetahui jenis jasad
renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
8. Pengobatan
MedisDasar pengobatan diare
adalah :
a. Pemberian
cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan
peroral
Pada
klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl(Natrium clorida) dan NaHACO3(Natrium karbonat) dan glukosa.untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mg/l. pada anak
dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan ralutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl(Natrium klorida) dan
sukrosa.
2) Cairan parental
Diberikan pada klien yang
mengalami dehidrasi berat dengan rincian sebagai berikut :
Untuk anak umur 1 bulan-2
tahun berat badan 3-10 kg
a) jam
pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/menit (infuset berukuran 1 ml= 15 tts
atau 13 tts/kgBB/menit (set infuse 1 ml=20 tts).
b) 7 jam
berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/menit (set infuse 1 ml= 15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infuse 1 ml= 20 tetes).
c) 16 jam
berikutnya : 12 ml/kgBB/oralit
Untuk
anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 10-15 kg
a) 1 jam
pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/menit (1 ml= 20 tetes).
b) 7 jam
berikutnya : 10 ml/kgBB/menit atau 2,5 tts/kg/BB/menit (1 ml= 15 tetes atau 3
tetes/kgBB/menit ( 1 ml=20 tetes).
c) 16 jam
berikutnya : 105 ml/kgBB oralit peroral.
Untuk
bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
a) Kebutuhan
cairan :125 + 100 ml + 25ml = 250 ml/kgBB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %. Kecepatan
: 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/menit (1 menit = 20 tts)
b) Untuk
bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan : 250
ml/kg/BB/24jam, jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %
d) Pengobatan
diadetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan
anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan.
a) ASI (air susu ibu), susu formula yang mengandung
laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
b) Makanan
setengah padat (bubur atau makanan padat(nasi tim)
c) Susu
khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan missal susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
d) Obat-obatan
prinsip
: mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan/tanpa muntah dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa/karbohidrat lain (gula, air tajin,
tepung beras, dll).
a) Obat
anti sekresi
Asetosal. Dosis 25mg/thn
dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin. Dosis 0,5 – 1
mg/kg BB/hari.
b) Obat
spasmolitik.
Papaverin, ekstrak beladon,
opium loperamid tidak digunakan pada klien diare.obat pengeras tinja seperti
kaolin, pectin, charcoal tabonal tidak bermanfaat mengatasi diare sehingga
tidak diberikan lagi.
c) Antibiotik
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.Pads
klien kolera diberikan tetrasiklin 20-50 mg/kgBB/hari.
9.
Komplikasi
Sebagai
akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti :
a. Dehidrasi
(ringan, sedang, berat,hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik
c. Hpokalemia
(dengan gejal meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada EKG(Elektrokardiogram)
d. Hipoklikemia
e. Intoleransi
laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim lactase karena kerusakan
villi mukosa usus halus
f. Kejang,
terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi
energy protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
B.
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Diare
akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk
neunatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari.
Status ekonomi yang merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi
terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan dan perawatan.
Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perilaku kesehatan
dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara.
b. Keluhan
utama
Keluhan
yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klinis yang berupa BAB(buang
air besar) yang tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya.
c. Riwayat
penyakit sekarang
Paliatif,
apakah yang menyebabkan gejala gastroenteritis akut dan apa yang telah
dilkukan. Gastroenteritis akut dapat disebabkan oleh karena infeksi,
malabsorbsi, faktor makanan dan psikologis.
Kuatitatif, gejala yang
dirasakan akibat diare biasanya berak lebih dari 3x dalam sehari dengan atau
tanpa darah atau lender, mules, muntah, kualitas, bab konsistensi, regional,
perut terasa mules, anus terasa basah.
Timing,
gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau
factor lain,lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari
dan diare kronik > 14 hari.
d. Riwayat
penyakit sebelumnya
Infeksi
parental seperti ISPA(infeksi saluran pernapasan atas), infeksi saluran kemih,
OMA (otitis media akut) merupakan factor predisposisi terjadinya diare
e. Riwayat
kesehatan keluarga
1) Penyakit
Apakah ada anggota keluarga
yang menderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan distribusi
penularan.
2) Lingkungan
rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan
kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare.
3) Perilaku
yang mempengaruhi kesehatan
BAB (Buang air besar) yang tidak
pada tempat (sembarang/di sungai dan cara bermain anak yang kurang higienis
dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
4) Persepsi
keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang
berlebihan perlu suatu keputusan untuk penanganan awal atau lanjutan ini bergantung
pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki anggota keluarga (orang
tua).
f. Pola
fungsi kesehatan
1) Pola
nutrisi
Makanan yang terinfeksi,
pengelolahan yang kurang higyene berpengaruh terjadinya diare, sehingga status
gizi dapat berubah ringan sampai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia.
Kehilangan berat badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi.
2) Pola
eliminasi
BAB(Buang air besar)
(frekuensi, warna dan bau) atau tanpa lender, dapat mendukung secara
makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penanganan lebih lanjut, BAK(Buang
air kecil) perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
3) Pola
istrahat
Pada bayi, anak dengan diare
kebutuhan istrahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan,
sehingga menjadi rewel.
4) Pola
aktivitas
Klien Nampak lemah, gelisah
sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa yang mungki muncul pada pasien yang mengalami
diare adalah :
a. cairan
dan elektrolit Ketidakseimbangan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder
terhadap diare
b. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
dan diare
c. Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan hiperistaltik, diare lama, iritasi kulit
atau jaringan
d. Resiko
infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare, kurangnya
pengetahuan tentang pencegahan penyebab penyakit
e. Resiko
shock hipovolemik berhubungan dengan hilangnya cairan yang berlebihan
f. Resiko
injuru kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare
g. Gangguan
pola eliminasi BAB (buang air besar); diare berhubungan dengan proses inflamasi
usus
h. Cemas
berhubungan dengan ketidaktahuan orang tua terhadap penyakit anaknya
i. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
a. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap
diare
Tujuan : setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat dipertahankan secara optimal, dengan criteria hasil :
1) Tanda-tanda
vital dalam batas normal
2) Tanda-tanda
dehidrasi (-), turgor kulit elastik, membran mukosa basah, haluaran urine
terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung
3) Konsistensi
BAB(buang air besar) liat/lembek dan frekuensi 1x dalam sehari.
4) Pemeriksaan
laboratorium serum BJ(blow job) urine 1,008-1,010; BUN dalam batas normal
5) BGA
(Ball Grid Array) dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pantau
tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
2. Pantau
intake dan out put
3. Timbang
BB setiap hari
4. Penatalaksanaan
dehidrasi :
a. Anjurkan
keluarga bersama klien untuk minum yang banyak (LGG oralit atau pedyalid 10
cc/kg BB/mencret
b. Pemberian
cairan parental (1V line) sesuai dengan umur dan penyakit (penyakit penyerta)
5. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan.
a. Pemeriksaan
serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
b. Obat-obatan
(antisekresi, antispasmolitik dan antibiotic)
|
1. Penurunan
volume caira bersirkulasi menyebabkan kekeringan cairan dan pemekatan urine
2. Haluran
dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk
3. mengkompesasi
kehilangan cairan
4. kandungan
Na(Natrium) dan glukosa, oralit dan pedyalit mengandung elektrolit sebagai
ganti cairan yang hilang secara peroral .
a. Klien
yang tidak
sadar
atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi
berat perlu pemberian cairan dapat melalui 1V line sebagai pengganti cairan
yang telah hilang
5. Mempercepat
proses penyembuhan
a. serum
elektrolit sebagai koreksi
keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Antisekresi
berfungsi untuk menurunkan
sekresi cairan dan elektrolit untuk keseimbangannya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar